Share

Pembunuh

last update Last Updated: 2021-03-27 00:02:25

Aku berteriak. Hanya berteriak. Aku merasa tidak berguna karena aku hanya bisa berteriak. Tatapan kosong itu masih bisa terlihat meski dia sudah berada begitu jauh di bawah. Terlebih, senyumannya yang menurutku itu adalah sebuah senyuman yang tulus. Seakan-akan merasa terbebas. Padahal aku tidak mengenal siapa dia. Tapi apa yang dia lakukan membuat ku sangat terpukul. Orang-orang disekitar ku ikut berteriak.

“Pembunuh.”

“Wanita ini sudah membiarkannya mati.”

“Tidak punya hati.”

“Aku tidak akan bisa tidur jika aku jadi dia.”

Suara-suara itu muncul di belakang ku. Aku rasa mereka benar. Manusia macam apa yang diam saja melihat orang yang berada di depannya akan mengakhiri hidupnya?. Sial, aku benar-benar merasa jika dia mati karena aku. Namun tiba-tiba saja aku merasa seseorang menarik tanganku dengan kuat. Membuatku menjauh dari kerumunan orang-orang yang masih shock karena apa yang mereka lihat. Aku mencoba melihat wajahnya. Masih terlihat samar-samar karena mataku masih berderai air mata. Kami berhenti di sebuah mobil pick-up dan dia membukakan pintu untuk ku. Aku hanya bisa menurut ketika dia sedikit mendorong tubuhku untuk masuk ke dalam mobil itu. Tak lama kemudian dia pun masuk dan langsung mengendarai mobil ini dengan kecepatan penuh.

“Bukan salah mu.” Suara beratnya mengagetkan ku yang sedang melamun.

“Tentu saja salah ku.” Memang salah ku.

“Kau tidak membunuhnya," katanya lagi.

“Aku membiarkan dia mati,” ucapku sambil menutup wajahku menggunakan telapak tangan.

“Kau tidak membiarkan dia mati. Itu pilihan yang dia ambil," katanya sambil melihat aku

“Jangan menasihati ku. Kita baru saja bertemu dan bisa saja kau adalah orang jahat yang memanfaatkan situasi saat aku sedang lemah.” Aku asal bicara. Sejujurnya aku bahkan tidak bisa memikirkan hal lain selain pria yang melompat itu.

“Bagaimana bisa kau bilang seperti itu saat kau sendiri merasa bahwa kau telah membunuh seseorang?” katanya yang membuatku terdiam. Dia benar, aku lah orang jahatnya

“Tenang saja, aku akan mengantarmu pulang,” katanya.

“Aku tidak mau pulang, suasana rumahku ditambah kondisiku yang seperti ini akan membuatku menyusul pria itu.” Yah, aku rasa aku memang benar. Mungkin saja aku jadi ikut mengharapkan kematian apabila aku pulang.

“Ucapan gila.” Katanya dengan setengah tertawa.

“Kau tidak akan mengerti.”

“Kau tidak memiliki tempat untuk pulang, kau mau kerumah ku?.” Katanya sambil berhenti di sebuah tempat pengisian bahan bakar.

“Terserah.” Jawabku asal.

Aku masih tidak bisa berhenti memikirkannya. Entah kenapa senyuman dan tatapan itu membuatku membeku. Luka sayatan di pergelangan tangan kirinya masih membekas di ingatan ku. Aku memejamkan mataku yang terasa sangat berat. Aku mengantuk. Selamat malam.

“Hey, Bangun.” Dia membangunkan ku.

“Dimana kita?” tanyaku.

“Apartemen ku, tempat aku dan nenek ku tinggal.” jawabnya sambil mengunci mobilnya.

“Orang tua mu?” tanyaku lagi

“Berpisah sejak aku 4 tahun.”

“Oh.”

“Kau bisa beristirahat untuk sementara disini. Nenek ku orang yang baik, dia akan senang dengan kehadiranmu.” Katanya sambil melepaskan jaketnya.

“Aku tidak mengenalmu.”

“Temui saja nenek ku dan kau akan tahu orang seperti apa aku. Dia tidak pernah berbohong dan tidak akan berbohong.” Jelasnya.

“Bagaimana aku mengetahuinya?” tanyaku.

“Dia bahkan tidak bisa berbicara.”

“Kenapa?”

“Beberapa preman memotong lidahnya ketika hendak memperkosanya ketika ia masih muda dulu.” Jelasnya yang membuatku merinding. Dari ceritanya dia mungkin bisa dipercaya. Aku melangkah masuk dan menaiki tangga untuk sampai ke tempat dia tinggal.

“Disini?” tanyaku.

“Ketuk saja pintunya.”

Aku mengetuk pintu berwana putih pucat itu. Tak lama kemudian seorang wanita berusia 60 tahunan membuka pintunya. Wajahnya keriput namun menunjukkan aura kedamaian, dia pasti nenek pria ini. Dia tersenyum kepadaku dan mempersilahkan aku masuk. Aku masuk ke dalam dan ku lihat pria yang tadi bersama ku sedang berbicara dengan neneknya. Tapi, neneknya membalas dengan bahasa isyarat. Pria ini jujur.

Aku memperhatikan tempat ini. Tempat ini jauh dari kata bagus. Beberapa bagian temboknya memiliki cat yang sudah terkelupas, langit-langit dengan lubang di beberapa titik. Dan hanya ada 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Ruang tengah dengan sofa berwarna merah yang sudah pudar serta televisi tabung yang sangat ketinggalan jaman. Tapi tempat ini damai. Tidak ada teriakan, makian, dan lantainya tidak memiliki pecahan kaca.

“Dia bertanya nama mu,” katanya seraya menghampiriku.

“Ava. Agatha Vavreu,” kataku memperkenalkan diriku kepada nenek pria ini

“Liam, Liam Morrison,” katanya sambil meminum air.

Dia lalu kembali ke nenek nya untuk memberi tahukan namaku. Neneknya tersenyum dan menjabat tanganku sambil terus tersenyum dengan indah. Mulutku pun tergerak untuk ikut tersenyum setelah melihatnya.

“Kau boleh berada disini untuk sementara waktu, dan seperti yang aku katakan, nenek ku senang sekali atas kehadiranmu.” Katanya sambil memakai jaketnya.

“Kau ingin pergi kemana?” tanyaku.

“Bekerja, aku akan pulang jam 8 malam.”

“Tidak sekolah?” tanyaku lagi.

“Tidak,” jawabnya

“Kenapa?”

“Karena sekarang hari Sabtu.”

Sial, aku merasa bodoh.

“Dimana kau bekerja?.” Aku bertanya lagi untuk menutupi kebodohan ku.

“Chevron Hurricane,” jawabnya.

“Benarkah? Di situ adalah tempat ayahku bekerja.” Yap, ayahku yang tukang selingkuh

“Oh ya? Di divisi mana kah dia bekerja?” tanya Liam.

“Dia bos nya.”

Matanya melebar mendengar hal itu. Dia berusaha menutupinya dengan berpura-pura mengucek matanya.

“Ehm ... Jadi ayahmu adalah atasan ku. Aku hanya seorang pengawas gudang” Katanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Kau tidak perlu malu,” kataku sambil terkekeh

Dia menggaruk ke seluruh bagian tubuhnya. Konyol sekali. Aku hanya tertawa melihatnya.

“Ya sudah. Aku berangkat. Tolong temani nenek ku ya,” katanya sambil membuka pintu

“Hey, Liam. Bolehkah aku meminta buku tulis dan sebuah pulpen? Aku ingin mengobrol dengan nenek mu. Aku tidak bisa bahasa isyarat," kataku seraya menghampiri nenek.

“Oh tentu.”

Dia memberiku pulpen dan sebuah buku tulis. Lalu mencium neneknya. Dia lalu melambaikan tangannya kepada ku dan aku membalas lambaian tangannya. Nenek Liam mempersilahkan aku untuk duduk di sofa. Dia lalu duduk di sebelahku sambil menyalakan televisi. Tidak ku sangka ternyata televisinya masih bekerja.

“Nenek, siapa nama nenek?” tanyaku.

Dia lalu meminta buku yang berada di tanganku dan menulis namanya

Hermione Morrison.

Nama yang bagus. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Dia lalu menulis apakah aku lapar dan aku hanya menggelengkan kepala saja.

“Seorang pria ditemukan tewas mengambang di laut Carbonara, di bawah jembatan Huntsman Bridge. Para saksi mata mengatakan jika pria ini melompat dari Huntsman Bridge. Bisakah anda mengatakan kepada kami bagaimana kejadian ini berlangsung?” Tanya reporter televisi pada seorang pria bernama Kevin

“Dia bisa saja selamat, jika saja wanita yang terakhir bersamanya tidak diam saja dan menghentikan tindakannya. Jika aku adalah kerabat dari korban, maka aku tidak akan pernah memaafkannya.” Kata narasumber bernama Kevin itu.

“Apakah wanita itu memiliki hubungan dengan korban?” tanya reporter itu kepada Kevin

“Entahlah. Mungkin saja ia adalah mantan pacarnya," jawab Kevin

“Baiklah, kami akan memberikan informasi lebih lanjut mengenai perkembangan kasus setelah pesan-pesan berikut ini.” Kata reporter itu menyudahi liputannya.

Dia salah. Aku hanya orang yang kebetulan sedang lewat. Aku tidak mengenalnya sama sekali. Tapi dia tidak salah tentang aku yang membiarkan pria itu mati. Aku menangis dan nenek menyadari hal itu lalu mengganti saluran televisinya. Namun seluruh saluran dalam negeri memberitakan hal serupa, dan semuanya menghubungkan kematian pria itu dengan wanita yang terakhir bersamanya yaitu aku. Nenek hanya mengusap kepala ku sambil menenangkan ku.

Aku pembunuh. Aku membunuhnya. Aku membiarkan dia mati. Dan sekarang aku berada di rumah orang yang baru saja aku kenal dan diperlakukan dengan baik oleh si tuan rumah. Aku tidak pantas dengan semua ini. Aku lelah. Nenek lalu mengambilkan aku segelas air putih dan memberikan isyarat agar aku meminumnya.

“Nenek, terima kasih.” Dan dia tersenyum sambil mengusap kepalaku

“Nenek, menurutmu, apakah orang jahat itu merasa jahat setelah melakukan kejahatan?” Tanyaku kepadanya

Nenek lalu menulis

“Baik dan buruk itu tidak ada. Hanya tergantung bagaimana kau melihatnya.”

“Maksud nenek?”

Dia menulis lagi.

“Seorang vegetarian akan menganggap orang yang non-vegetarian pembunuh binatang. Sementara aku yang bukan seorang vegetarian akan sangat menikmati kalkun panggang yang dimasak Liam saat natal.”

Aku mengerti. Mungkin aku bukan lah orang jahat. Mungkin aku tidak membunuhnya. Jika melihat dari sudut pandang pria itu, dia akan merasa itu adalah pilihan yang baik karena aku membiarkan dia mati. Namun, tetap saja, memikirkannya di saat-saat terakhirnya masih terasa menyakitkan untuk ku.

“Sial, kenapa hal seperti ini harus terjadi kepadaku,” umpatku di dalam hati.

 Aku lalu meminta izin kepada nenek untuk menggunakan kamar mandi. Aku lalu mencuci muka ku dan memperhatikan wajahku yang terlihat lelah.

“Aku orang baik. Kau orang yang baik Ava,” kataku kepada cermin.

“Kau hanya seorang gadis SMA. Kau tidak mungkin mampu membunuh orang,” kataku lagi sambil menahan air mata.

Tiba-tiba saja tanganku seperti bergerak sendiri lalu meninju cermin itu hingga hancur berkeping-keping. Darah segar mengalir dari tanganku yang terkena pecahan kaca.

“Pembunuh itu ada di dalam cermin.” Sebuah bisikan yang membuatku terkejut dan mencari-cari darimana bisikan itu berasal.

Namun, tiba-tiba saja, semuanya menjadi gelap.

Related chapters

  • Don't Be Silly. It's Precious   Luka

    Aku membuka mataku dan menemukan diriku sedang terbaring di atas kasur. Badanku terasa sakit di beberapa titik. Tanganku yang sebelumnya berdarah sekarang sudah diperban. Terasa nyeri sekali. Aku mengambil dompet dan ponsel ku lalu melangkah keluar dari ruangan ini dengan tertatih-tatih. Aku bisa melihat Liam sedang tertidur diatas sofa.“Liam, bangun.” Aku mencoba membangunkan Liam dan mengguncang-guncangkan tubuhnya. Dia terbangun lalu mengucek matanya dan duduk diatas sofa. Dia kemudian memperhatikan aku, sepertinya dia cemas sekaligus kesal dengan apa yang sudah terjadi hari ini.“Apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri?” tanya Liam.“Aku tidak tahu, Liam. Rasanya tanganku bergerak sendiri. Bukan aku yang menggerakkannya.”“Jadi menurutmu sesuatu yang tak terlihat menggerakan tanganmu? Menurutmu apartemen ku berhantu? Jika itu alasanmu menyakiti dirimu kau sungguh sudah gila.”

    Last Updated : 2021-03-28
  • Don't Be Silly. It's Precious   Bertemu dengannya

    Liam’s POVAku mencoba untuk tetap sadar setelah orang-orang brengsek ini memukuliku. Mereka memukuli ku karena aku meninju salah satu dari ke empat orang ini karena mereka tertangkap basah olehku hendak memperkosa seorang wanita di depan ku. Namun aku tidak berdaya menghadapi mereka. Hal terakhir yang aku ingat adalah salah satu dari mereka menendang wajahku dan semuanya menjadi gelap.Saat aku bangun seluruh badanku terasa sakit dan sepertinya wanita tadi pada akhirnya bernasib buruk, karena aku menemukan dirinya tergeletak dengan pakaian yang sudah terkoyak-koyak dan darah di kepala dan disekitar pahanya beberapa meter dari tempat aku pingsan. Aku menghampirinya dan memeriksa apakah dia masih bernapas atau tidak. Dia bernapas.Aku lalu menutupi badannya dengan jaket yang aku pakai dan menggendongnya ke mobil pick-up usang ku. Aku tidak mungkin membawanya ke rumah sakit karena aku tidak mungkin memiliki uang untuk membayarnya. Jadi

    Last Updated : 2021-03-30
  • Don't Be Silly. It's Precious   Gagal (lagi)

    Hari ini adalah hari ketiga masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Namun, ini adalah awal semester terburuk yang pernah aku alami. Sebuah video tersebar di sekolah dan sosial media. Video tersesbut adalah video Alita yang tengah diperkosa oleh orang-orang brengsek itu. Hari itu, Alita langsung menjadi pusat perhatian satu sekolah. Beberapa merasa prihatin dengan apa yang sudah dilalui Alita dan mencoba membuat Alita merasa lebih baik. Namun, yang lainnya seperti tidak memiliki otak di dalam kepalanya.Seminggu kemudian, Alita tidak pernah lagi datang ke sekolah. Mungkin karena dia tidak tahan berkali-kali dikerjai dan dicap pelacur oleh murid sekolah ini. Bahkan, dia pun menolak menemuiku dan melarangku datang kerumahnya di minggu pertama sejak ia mengurung diri.Aku pun tidak tahan lagi. Apakah mereka tidak mengerti jika Alita adalah korban dari pemerkosaan? Kenapa mereka begitu kekanak-kanakan menganggap kasus pemerkosaan adalah hal yang lucu? Aku tidak tahan me

    Last Updated : 2021-04-01
  • Don't Be Silly. It's Precious   Mencintainya

    Dia mencoba menyembunyikan air matanya. Namun aku masih bisa melihatnya. Dia lalu tersenyum kepadaku, namun aku bisa melihat kalau itu adalah senyuman yang dipaksakan. Aku merasa kesal dengannya, namun tidak sampai membencinya. Dia memberiku peringatan sebelum menceritakan cerita itu. Namun, aku pun merasa kasihan dengannya yang sudah kehilangan orang yang ia cintai. Dia memang tidak peka, sikap bodohnya membuatnya ingin membunuh dirinya sendiri. Tapi tidak semuanya salah Liam. Tentu saja dia akan merasa bersalah atas kematian Alita karena dia mencintainya.“Bagaimana? Kau membenciku?” tanya Liam kepadaku.“Tidak.”“Syukurlah.”“Lalu, bagaimana kau bisa tetap hidup?”“Sepertinya seseorang menemukan diriku dan pihak sekolah membawaku kerumah sakit. Aku tidak pernah tau siapa dia karena satu sekolah menjaga jarak denganku.”“Eric?”“Dia baru mengetahuinya dari

    Last Updated : 2021-04-03
  • Don't Be Silly. It's Precious   Putri seorang bos

    Ayah menghampiriku dan menampar aku dengan keras hingga aku terjatuh. Kepala ku yang terasa sangat pusing kemudian ditendang oleh ayahku yang sepertinya belum puas menamparku. Ibuku hanya melihat dari sofa dengan tatapan yang memang kesal.“KAU ANAK SIALAN. KENAPA KAU MEMPERMALUKAN AKU?” tanya ayahku dengan berteriak di telingaku. Aku tidak bisa menjawab karena kepalaku terasa sakit sekali.“Ayah, sakit,” kataku dengan lemas.Namun, ayah menginjak jari-jariku dan menendang tubuhku. Rasanya benar-benar sakit. Aku berteriak namun ayahku menutup mulutku menggunakan sepatunya.“KAU BENAR-BENAR BODOH. NAMA BAIK AYAHMU SEKARNG TERCEMAR. DAN ITU SEMUA SALAHMU ANAK SIALAN.”Aku meronta-ronta meminta ayahku melepaskan sepatunya dari mulutku. Namun dia semakin menjejalkan sepatu mahalnya itu di mulut anak perempuannya yang membuat salah satu gigiku ada yang patah Kau kejam sekali, ayah.Ayahku kemudian melepas

    Last Updated : 2021-04-04
  • Don't Be Silly. It's Precious   Seperti yang kau lakukan

    Hari senin yang cerah. Aku sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Aku mengambil kunci mobil dan berangkat ke sekolah. Ayah sedang sarapan dan dia terlihat tidak senang melihatku, dia lalu melempar gelas yang ia pegang ke arahku. Aku buru-buru berlari mengambil kunci mobil dan pergi keluar menuju mobil. Ibuku yang sedang berada di luar rumah berpura-oura tidak melihatku dan lanjut memainkan ponselnya.Saat aku sampai sekolah, aku sudah menduga bahwa orang-orang akan memperhatikan aku dengan tatapan seolah-olah aku binatang yang menjijikan. Sekolah tempatku belajar adalah sekolah elite berisikan murid-murid dengan orang tua yang kaya.Saat aku masuk kelas seluruh murid di kelas menjaga jarak denganku. Semuanya berbisik-bisik soal kasus itu dan juga memar di wajahku. Aku rasa mereka pun paham bagaimana cara orang-orang kaya menyelesaikan masalah, namun mereka tidak tahu bagaimana ayahku menyelesaikan masalahnya denganku. Aku tidak peduli bagaimana mereka memperlakukank

    Last Updated : 2021-04-07
  • Don't Be Silly. It's Precious   Sial, aku memang mencintainya

    Aku mencoba untuk fokus ke jalan, namun aku tidak mampu melakukannya. Mataku terus tertuju pada pria di sebelahku ini. Jika ini terus berlanjut, kita berdua akan berakhir di rumah sakit karena keteledoranku.“Liam, gantikan aku menyetir,” kataku seraya berhenti di tepi jalan.“Memangnya ada apa denganmu?” tanya Liam yang kemudian turun dari mobilku.“Aku tidak bisa fokus pada jalan, aku sedang banyak pikiran,” ujarku beralasan.Kami lalu bertukar posisi dan kami pun melanjutkan perjalanan kami yang tidak bertujuan. Namun, sebagian besar alasan aku bertukar dengannya adalah karena dengan begini aku bisa memperhatikannya tanpa harus khawatir akan terjadi kecelakaan.“Kita mau kemana, nyonya?” tanya Liam yang membuatku tersadar dari lamunanku.“Aku lapar,” jawabku asal.“Kalau begitu kita pulang.”“Kenapa tidak makan diluar?” tanyaku.&ldquo

    Last Updated : 2021-04-08
  • Don't Be Silly. It's Precious   Dimana?

    Aku rasa aku tidak pernah mencintai seseorang, atau mungkin aku pernah mencintai kedua orang tuaku. Tapi sekarang aku hanya mencintai harta mereka. Tapi kali ini berbeda, aku mencintai Liam, sungguh.“Hey, kau masih akan terdiam disana dan memperhatikan aku dengan mata seram itu?” tanya Liam yang membuatku tersadar. Tidak aku sangka aku sudah terlalu lama memikirkannya.“Kau bisa tidur di kamarku, aku akan tidur disini,” kata Liam sambil menunjuk kearah kamarnya. Aku hanya mengangguk dan melangkahkan kakiku menuju kamar itu. Aku benar-benar seperti orang bodoh. Aku lalu berbaring diatas ranjang Liam dan mencoba untuk tidur. Namun, semua pikiran tentang Liam datang dan membuatku tidak mengantuk. Aku bangun dari tempat tidur dan mengintip Liam dari balik pintu. Liam yang merasa kalau sedang diperhatikan lalu melihatku dan mengacungkan jari tengahnya kepadaku. Aku hanya tertawa ringan dan kembali ke tempat tidur. Selamat malam.Sinar matahar

    Last Updated : 2021-04-11

Latest chapter

  • Don't Be Silly. It's Precious   Seperti aku

    Aku bangun pagi ini dengan perasaaan segar dan bersemangat karena aku memiliki hal penting untuk dilakukan hari ini. Aku bergegas menuju ke kamar mandi dan mandi untuk membuat tubuhku semakin segar.Setelah mandi, aku pergi menuju ke ruang tamu dan mendapati ibuku yang tengah memasak sarapan. Dia tampak heran melihat aku yang masih pagi begini sudah mandi.“Mau kemana pagi-pagi sekali?” tanya ibuku.“Tidak kemana-mana, sedang ingin saja,” jawabku seraya tersenyum dan menunjukkan gigiku.Ibuku hanya menggelengkan kepala dan memasang ekspresi yang mengisyaratkan “terserah kau saja” di wajahnya.“Dimana ayah?” tanyaku.“Sepertinya di taman, bersama Finn,” jawab ibuku seraya membalik telur goreng.Semenjak Finn datang, ayahku selalu bangun sangat pagi dan menghabiskan waktu bersama Finn sampai waktu sarapan. Entah itu jalan-jalan pagi mengelilingi lingkungan rumah kami, atau hany

  • Don't Be Silly. It's Precious   Keributan di rumah

    Malam menyapa. Kegiatan bakti sosial itu berlangsung sampai sore dan kami semua melewatkan jam makan siang sehingga kami memutuskan untuk makan bersama di restoran. Aku melihat unggahan akun sosial media yayasan kami yang dikelola oleh Yura sebagai bagian dokumentasi.Semua komentar positif dilontarkan oleh para pengguna sosial media di tiap unggahan serta semua hati dan ibu jari yang berjumlah ribuan berada disana. Aku tersenyum bahagia, dan aku ingin sedikit berteriak mengetahui rasa senangku, tapi aku tidak ingin terlihat memalukan di restoran ini.“Haruskah kita melakukan rapat sekarang? Nyonya ketua?” tanya Mason seraya menyeruput es tehnya.“Entahlah, aku rasa kita bisa melakukannya di pertemuan berikutnya, aku memiliki semua hal yang perlu kita evaluasi, aku bisa melakukan pertemuan kapan saja, tergantung kepada kalian, mungkin ada yang sibuk? Atau tidak bisa datang? Karena itu, untuk menghindari hal tersebut, aku ingin agar kita menyesu

  • Don't Be Silly. It's Precious   Diberkati

    “Ada satu tempat lagi yang harus kita datangi, ini sangat penting, jadi kau tidak boleh menolak, ajak saja Finn, mereka tidak melarang anjing untuk datang,” ucap Carla seraya menyeruput minumannya.“Kemana?” tanyaku ingin tahu.Carla tidak menjawab dan Finn mengonggong dari belakang. Dia tampak senang berada di dalam mobil, dan aku mengelus kepalanya.Kami lalu masuk ke sebuah komplek perumahan elit dimana banyak sekali rumah-rumah berukuran besar. Aku tidak pernah pergi kesini sebelumnya, jadi ini semua terasa asing untukku.“Ini mau kemana? Aku tidak pernah kesini,” ucapku kebingungan.Carla masih tidak menjawab, namun dia tersenyum riang dan kami kemudian berhenti di sebuah rumah mewah dengan banyak mobil terparkir di depannya. Carla lalu mengajak kami masuk ke dalam dan aku membukakan pintu untuk Finn. Ketika aku sampai di depan pintu, terdengar suara berisik dari dalam.“Hai Ava!” teriak s

  • Don't Be Silly. It's Precious   Finn

    “SELAMAT DATANG DI PET CONVENTION TAHUNAN!!”Seorang wanita menyambut kami yang tengah berjalan memasuki sebuah tanah lapang yang dipenuhi tenda-tenda dan balon-balon. Carla yang terlihat sangat bersemangat menarik tanganku menuju ke salah satu dari tenda-tenda itu.Aku melihat ke sekelilingku dan memang benar, ada banyak sekali binatang-binatang unik dan lucu disini. Aku menghampiri sebuah tenda yang memiliki beberapa ekor landak berwarna putih dan aku mengelus duri-duri di punggungnya dengan lembut. Landak itu terlihat menyukai perlakuanku kepadanya. Entahlah, dia memejamkan matanya dan terlihat santai, jadi aku berasumsi kalau dia menyukaiku.“Ava Ava!! Lihat ini, dia sangat lucu!” teriak Carla dari tenda disebelahku. Dia menggendong seekor anak monyet berwarna putih.“Ah kau benar, dia sangat lucu!” ucapku seraya mengelus rambut putihnya. Dia juga terlihat mneyukainya.“Dia spesies yang langka, negara t

  • Don't Be Silly. It's Precious   Solusi(?)

    Sesampainya dirumah, aku membaringkan tubuhku di atas ranjang empuk di kamarku dan memandangi langit-langit kamarku. Aku memperhatikan lenganku yang terlihat sedikit berisi dibandingkan beberapa bulan yang lalu.“Aku rasa aku sedikit gendut, sepertinya memang benar,” gumamku seraya meremas lengan kiriku dengan tanganku.Aku lalu berdiri menghadap cermin dan memandangi cermin. Memandangi tubuhku dan beralih menatap mataku sendiri yang juga menatapku di sisi lain cermin.Asap. Dimana-mana ada asap, dan cerminku mulai retak. Luka di wajahku yang sudah mengering, terkelupas. Kakiku bergemetar hebat. Aku sudah mengalami ini berkali-kali, namun, aku masih merasa takut. Di dalam hati, aku berteriak. Ketika aku mengalihkan pandangan ke tempat tidurku, disana terbaring tubuh Carla dengan darah berlumuran dimana-dimana.“AVA!!”Aku menoleh, mencari asal suara yang ternyata datang dari ibuku yang tengah memperhatikan aku dari pintu kam

  • Don't Be Silly. It's Precious   Urusan wanita

    Makanan yang kami pesan datang dan aku masih belum menyentuh steak yang aku pesan. Aku masih memikirkan semua yang Liam katakan seraya melihat ke arah ayah dan ibuku yang tengah bercanda bersama Ruby dan juga nenek Liam.“Beberapa jam sebelum makan malam, menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku yang menyenangkan ini,” ucapku dalam hati.Sejak awal bertemu dengannya, dia merubah hidupku. Dan aku rasa aku sudah mengatakannya ratusan kali. Gadis bergelimang harta namun sarat akan kasih sayang, gadis yang memiliki sebuah istana namun tidak bisa dianggap rumah, gadis yang bisa mendapatkan semua yang dia inginkan kecuali cinta yang tulus, semuanya berubah hanya dalam satu hari dimana aku memutuskan untuk mencari sarapan di pagi yang cerah dalam kondisi mengantuk.“Ava, sayang, kenapa kau tidak makan?” tanya ayahku yang tengah mengobrol dengan Liam. Dia melihatku dengan wajah khawatir.“Ah iya, aku hanya sedang memikir

  • Don't Be Silly. It's Precious   Pikir lagi

    Kakiku tidak bisa berhenti bergemetar karena makan malam bersama Liam yang akan dilangsungkan beberapa jam lagi. Ayah dan ibuku sudah siap, begitu juga dengan aku. Tapi, aku benar-benar merasa takut yang tidak wajar, padahal aku hanya akan pergi makan malam di luar bersama keluargaku.“Sayang, apa kau benar-benar se-takut itu?” tanya ibuku yang sepertinya melihat kegelisahan di wajahku.“Entahlah, tapi, aku tidak bisa selamanya menghindar bukan?”“Kau benar, tapi kau tidak perlu buru-buru,” ujar ibuku lagi.“Tidak apa-apa, ini hanya makan malam, lagipula, aku tidak tahu kenapa aku harus merasakan ini, padahal aku sempat mencintai orang lain setelah aku dan dia tidak lagi saling menghubungi, jadi, aku berkesimpulan kalau rasa takut ini hanya rasa takut untuk sementara waktu, setelah beberapa saat aku di meja makan, tentu saja aku akan baik-baik saja,” jelasku.Ibuku hanya tersenyum dan kami meninggalka

  • Don't Be Silly. It's Precious   Karena beriita pagi ini

    Aku membuka mataku setelah semalaman tertidur di depan televisi. Semalam, aku memutar film Titanic untuk membantuku tidur, karena itu film yang sangat membosankan dan benar saja, aku bisa bangun pagi ini karena aku berhasil tidur semalam.“Selamat pagi, sayang,” ucap ibuku seraya membuka gorden dan mematikan lampu yang masih menyala.“Pagi, bu, apa ayah belum bangun?”“Belum, dia masih tidur sekarang, apa kau mau sarapan duluan?” tanya ibuku.“Boleh, aku ingin sereal milik ayah, sepertinya enak,” pintaku kepada ibuku.“Beberapa hari yang lalu kau meledek ayah karena makan sereal itu, tapi sekarang kau menginginkannya,” komentar ibuku seraya menahan tawa.“Ah sudahlah, semalam ada iklan tentang sereal itu dan itu benar-benar menggugah selera,” ucapku seraya memanyunkan bibir.“Kalau begitu kau cuci dulu wajahmu, agar terlihat lebih segar,” ucap ibuku de

  • Don't Be Silly. It's Precious   Tidak butuh uang

    Pertemuanku dengan orang tua Michael Pattertson kemarin, sejujurnya masih membuatku bingung. Sudah ada beberapa orang di dalam hidupku yang menganggap kalau uang akan memberiku kebahagiaan, padahal, tidak seperti itu.Jika aku ceritakan ulang, aku baru merasa bahagia ketika seseorang mau mengerti akan diriku, ketika aku merasa di cintai meskipun pada akhirnya itu hanya kebohongan dan juga kegagalan, ketika aku bisa bersama keluargaku, bersenda gurau bersama mereka, ketika aku bisa menceritakan berbagai masalah kepada teman baikku, aku sudah cukup bahagia.Aku rasa, kebahagiaanku tidak melulu soal uang, karena sebelum aku bertemu dengan Liam, aku juga belum paham bagaimana bahagia menurut orang-orang, dan ternyata, mereka hanya berpikiran kalau ada uang, maka akan bahagia.Liam dan Sam, membuatku merasa bahagia. Mereka membuatku merasa di cintai, namun, keduanya berakhir dalam kegagalan, dan yang kedua membuat semuanya menjadi runyam. Kebohongan, ancaman, dan ras

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status