Share

Dimana?

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-11 22:58:49

Aku rasa aku tidak pernah mencintai seseorang, atau mungkin aku pernah mencintai kedua orang tuaku. Tapi sekarang aku hanya mencintai harta mereka. Tapi kali ini berbeda, aku mencintai Liam, sungguh.

“Hey, kau masih akan terdiam disana dan memperhatikan aku dengan mata seram itu?” tanya Liam yang membuatku tersadar. Tidak aku sangka aku sudah terlalu lama memikirkannya.

“Kau bisa tidur di kamarku, aku akan tidur disini,” kata Liam sambil menunjuk kearah kamarnya. Aku hanya mengangguk dan melangkahkan kakiku menuju kamar itu. Aku benar-benar seperti orang bodoh. Aku lalu berbaring diatas ranjang Liam dan mencoba untuk tidur. Namun, semua pikiran tentang Liam datang dan membuatku tidak mengantuk. Aku bangun dari tempat tidur dan mengintip Liam dari balik pintu. Liam yang merasa kalau sedang diperhatikan lalu melihatku dan mengacungkan jari tengahnya kepadaku. Aku hanya tertawa ringan dan kembali ke tempat tidur. Selamat malam.

Sinar matahar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Don't Be Silly. It's Precious   Kabur

    Aku terkejut melihat ayah Ava di tempat ini dan Ava pun sama terkejutnya dengan aku. Aku tidak bisa berkata apa-apa karena aku khawatir akan pekerjaanku. Ruby sudah menuju ke lorong tempat ruang interogasi berada dan aku bisa melihat Ava yang tidak bisa bergerak karena tangannya di cengkram dengan sangat kuat oleh ayahnya, ayah kejam Ava sekaligus bos tempat aku bekerja.Aku segera menyusul Ruby menuju ruang interogasi dan meninggalkan Ava berdua dengan ayahnya di lobby kantor polisi. Beruntung ayahnya tidak menyadari aku yang berada di sampingnya. Aku lalu melihat orang berjas hitam dan 3 orang polisi yang mengawal Ruby masuk ke sebuah ruangan. Jendela ruangan itu sangat bersih sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi di dalam.Di dalam ruangan itu ada seorang pria berbadan kekar yang menggunakan jaket kulit hitam. Pria itu lalu mengeluarkan sebuah koper hitam dan meletakkan koper itu sesaat setelah polisi dan juga Ruby masuk ke dalam ruangan itu. Pria dengan jas hi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-13
  • Don't Be Silly. It's Precious   Tak ada jawaban

    Hari sudah malam dan aku bisa mendengar ayahku yang sudah datang dan membanting pintu dengan keras. Aku berjalan tertatih-tatih menuju pintu kamarku dan menguncinya karena takut ayahku masuk kesini. Aku lalu kembali menuju tempat tidur, mencoba untuk tenang dan menahan rasa sakitku. Aku ingin pergi dari rumah ini, sungguh.Aku berpikir untuk pergi ke apartemen Liam, mungkin saja dia ada disana dan aku bisa bertemu dengan Ruby. Tapi, saat aku melihat ponselku, aku melihat pesan singkat yang Liam kirim untukku. Dia tidak ada di apartemennya dan sedang berada di kota tetangga karena membawa kabur Ruby dan juga uang ayahku. Kepalaku terasa seperti akan meledak mengetahui itu, sungguh. Bagaimana mereka berdua bisa bersama? Bukankah Martin bersama Ruby ketika di kantor polisi?Jika Liam berada di luar kota sekarang, maka nenek sekarang sendirian. Aku harus menemuinya. Sayang sekali itu tidak mudah dengan kondisiku yang sekarang, seluruh tubuhku terasa sakit dan yang lebih pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • Don't Be Silly. It's Precious   Bahaya

    Liam’s PoVKami berhenti di sebuah stasiun pengisian bahan bakar karena bensin mobil sudah menipis. Aku bisa melihat Ruby yang tengah tertidur dengan pulas, mungkin dia memang kelelahan. Setelah selesai aku pergi ke minimarket yang terletak tidak jauh dari tempat pengisian bahan bakar untuk membeli beberapa makanan ringan dan minuman karena hari sudah malam dan aku lapar. Sial, isi dompetku juga ikut menipis. Saat aku kembali ke mobil aku melihat Ruby sudah terbangun.“Darimana kau? Kenapa kau tidak membangunkanku?” tanya Ruby saat aku kembali.“Minimarket, aku lapar,” ucapku seraya memberikan belanjaanku kepadanya. Dia lalu melihat isinya dan mengambil roti dan juga minuman dingin.“Kita harus beristirahat, aku lelah sekali,” ucapku.Aku lalu menyusuri jalan kota ini dan melihat sebuah hotel yang tidak terlalu besar. Aku lalu memarkirkan mobil dan turun.“Kenapa kita pergi ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • Don't Be Silly. It's Precious   (Belum) Aman

    Liam’s PoVHidup Ruby dalam bahaya, namun itu hanya perkiraan saja karena aku merasa ada yang janggal di dalam cerita Ava. Aku sebenarnya tidak tahu bagaimana caranya, hanya saja, aku tahu aku akan pulang dengan selamat.“Liam, bahaya apa yang kau maksud?” tanya Ruby yang bergidik ketakutan.“Akan kuceritakan ketika kita masuk ke kamar, saat ini, sebaiknya kita biarkan ponselku terisi dulu baterainya,” ucapku sambil melangkah menuju bar. Aku lalu meninggalkan ponselku di meja resepsionis dan memesan minuman di bar. Wajah Ruby terlihat pucat, mungkin dia memang sedang memikirkan bahaya apa yang aku maksud.“Liam, apakah aku akan mati?” tanya Ruby.“Entahlah.”“Aku tidak mau mati dulu,” ucapnya.Mendengarnya mengatakan itu membuatku teringat dengan Alita. Aku tidak sanggup menahan air mataku karena teringat dengannya. Ruby menyadari air mataku dan bertanya ada apa denganku, namun aku hanya menggeleng dan menuju ke resepsionis

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • Don't Be Silly. It's Precious   Jujur

    Liam’s PoVAku mengambil pelacak itu dan membuangnya ke pantai. Semoga saja mereka tidak menyangka kalau aku akan menyadarinya secepat ini. Aku segera masuk ke dalam mobil dan menjauh dari tempat ini. Ruby memperhatikan aku dengan keheranan dan bertanya tentang apa yang sudah terjadi. Ketika aku menceritakan tentang pelacak itu, wajahnya terlihat ketakutan.“Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Ruby.“Aku rasa kita akan pergi ke bengkel terdekat, aku harus tahu apa mereka memasang pelacak lagi di mobil ini,” jawabku.“Liam, kita akan selamat kan? Kau sudah berjanji kepadaku.”“Yap, tentu saja,” ucapku seraya tersenyum kepadanya. Dia kemudian memalingkan wajahnya, menatap keluar jendela dan aku bisa melihat senyuman di wajahnya dari pantulan jendela. Dia manis sekali.Cahaya matahari sudah mulai terlihat, aku terus memacu mobil ini mengikuti jalan, aku tidak ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Don't Be Silly. It's Precious   Pulang

    Liam’s PoVKami berjalan menyusuri jalanan yang sudah mulai diterangi cahaya sang fajar. Bergandengan tangan, dan sejenak aku melupakan tentang masalah yang sedang kami hadapi saat ini. Ruby melihat ke sepanjang jalan yang sudah mulai ramai dengan orang. Beberapa sepertinya berangkat untuk kerja dan beberapa yang lainnya hanya jogging atau berjalan-jalan menikmati pagi yang cerah ini.“Liam, sepertinya ponselmu bergetar, aku bisa mendengarnya, sepertinya ponselmu bergetar cukup lama, mungkin ada yang menelpon,” ucap Ruby.“Oh ya? aku tidak merasakannya,” ucapku. Aku lalu melihat ponselku yang ternyata sudah bergetar sejak tadi. Ada 7 panggilan tak terjawab dari Ava.“Siapa?” tanya Ruby.“Ava, aku akan menelponnya sebentar.” Namun belum sempat aku menelpon balik, dia sudah terlebih dahulu menelponku. Aku pun segera mengangkatnya.“KEMANA SAJA KAU? KENAPA KAU BARU MEN

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-27
  • Don't Be Silly. It's Precious   Baik-baik saja?

    Liam’s PoVRobert menginjak pedal gas dan taksi pun melaju pelan meninggalkan mall tempat kami berbelanja. Aku memperhatikan Robert, suaranya saat menyapa kami tadi sangat familiar dengan suara yang aku dengar.“Liam.” Suara Ruby mengagetkanku yang sedang melamun memikirkan Robert.“Ada apa?”“Apakah Ava sudah membaca pesanmu?” tanya Ruby yang membuatku melihat pesan yang kukirimkan kepada Ava. Aku lalu menggelengkan kepala karena pesan yang kukirim masih belum dibaca oleh Ava.“Anda mengenal nona Ava?” ucap Robert tiba-tiba.“Ya, aku temannya, apa kau pernah mengantarnya? Pantas saja suaramu terdengar familiar karena aku mendengar rekaman pembicaraanmu dengan Ava beberapa waktu lalu,” jelasku setengah terkejut. Aku baru menyadari kalau Ava mengirimkan rekaman percakapan dengan seorang supir taksi dan Robert lah orangnya.“Benarkah? Aku tidak tahu kalau dia merekamnya, soal Michael Patterson?” tanya Robert.“Ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Don't Be Silly. It's Precious   Awal yang baik

    Aku berdiri dan bersembunyi di belakang Liam. Di depan pintu apartemen yang baru saja terbuka dengan paksa, sosok ayaku berdiri disana ditemani beberapa orang berbadan besar dan berjaket hitam. Liam merentangkan tangannya berusaha menutupiku dan Ruby hanya bisa membeku melihat hal yang baru saja terjadi. Ayahku memperhatikan Ruby dengan tatapan yang mengerikan seakan ingin membunuhnya.“A-apa yang kau lakukan disini, ayah,” ucapku dengan penuh rasa takut.“Apa yang di katakan Martin sangat tepat, tadinya aku hanya ingin mengancam nenekmu, Liam, agar kau bisa mengembalikan wanita pirang itu kepadaku, namun kebetulan sekali kita semua berada disini saat ini,” ucap ayahku“Apa yang akan kau lakukan pada nenekku?!” tanya Liam dengan sangat marah.“Entahlah, sesuatu yang cukup untuk membuatmu kembali dan membawa si pirang sialan ini kepadaku,” ucap ayahku seraya menarik Ruby dengan kasar.“Hey, henti

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11

Bab terbaru

  • Don't Be Silly. It's Precious   Seperti aku

    Aku bangun pagi ini dengan perasaaan segar dan bersemangat karena aku memiliki hal penting untuk dilakukan hari ini. Aku bergegas menuju ke kamar mandi dan mandi untuk membuat tubuhku semakin segar.Setelah mandi, aku pergi menuju ke ruang tamu dan mendapati ibuku yang tengah memasak sarapan. Dia tampak heran melihat aku yang masih pagi begini sudah mandi.“Mau kemana pagi-pagi sekali?” tanya ibuku.“Tidak kemana-mana, sedang ingin saja,” jawabku seraya tersenyum dan menunjukkan gigiku.Ibuku hanya menggelengkan kepala dan memasang ekspresi yang mengisyaratkan “terserah kau saja” di wajahnya.“Dimana ayah?” tanyaku.“Sepertinya di taman, bersama Finn,” jawab ibuku seraya membalik telur goreng.Semenjak Finn datang, ayahku selalu bangun sangat pagi dan menghabiskan waktu bersama Finn sampai waktu sarapan. Entah itu jalan-jalan pagi mengelilingi lingkungan rumah kami, atau hany

  • Don't Be Silly. It's Precious   Keributan di rumah

    Malam menyapa. Kegiatan bakti sosial itu berlangsung sampai sore dan kami semua melewatkan jam makan siang sehingga kami memutuskan untuk makan bersama di restoran. Aku melihat unggahan akun sosial media yayasan kami yang dikelola oleh Yura sebagai bagian dokumentasi.Semua komentar positif dilontarkan oleh para pengguna sosial media di tiap unggahan serta semua hati dan ibu jari yang berjumlah ribuan berada disana. Aku tersenyum bahagia, dan aku ingin sedikit berteriak mengetahui rasa senangku, tapi aku tidak ingin terlihat memalukan di restoran ini.“Haruskah kita melakukan rapat sekarang? Nyonya ketua?” tanya Mason seraya menyeruput es tehnya.“Entahlah, aku rasa kita bisa melakukannya di pertemuan berikutnya, aku memiliki semua hal yang perlu kita evaluasi, aku bisa melakukan pertemuan kapan saja, tergantung kepada kalian, mungkin ada yang sibuk? Atau tidak bisa datang? Karena itu, untuk menghindari hal tersebut, aku ingin agar kita menyesu

  • Don't Be Silly. It's Precious   Diberkati

    “Ada satu tempat lagi yang harus kita datangi, ini sangat penting, jadi kau tidak boleh menolak, ajak saja Finn, mereka tidak melarang anjing untuk datang,” ucap Carla seraya menyeruput minumannya.“Kemana?” tanyaku ingin tahu.Carla tidak menjawab dan Finn mengonggong dari belakang. Dia tampak senang berada di dalam mobil, dan aku mengelus kepalanya.Kami lalu masuk ke sebuah komplek perumahan elit dimana banyak sekali rumah-rumah berukuran besar. Aku tidak pernah pergi kesini sebelumnya, jadi ini semua terasa asing untukku.“Ini mau kemana? Aku tidak pernah kesini,” ucapku kebingungan.Carla masih tidak menjawab, namun dia tersenyum riang dan kami kemudian berhenti di sebuah rumah mewah dengan banyak mobil terparkir di depannya. Carla lalu mengajak kami masuk ke dalam dan aku membukakan pintu untuk Finn. Ketika aku sampai di depan pintu, terdengar suara berisik dari dalam.“Hai Ava!” teriak s

  • Don't Be Silly. It's Precious   Finn

    “SELAMAT DATANG DI PET CONVENTION TAHUNAN!!”Seorang wanita menyambut kami yang tengah berjalan memasuki sebuah tanah lapang yang dipenuhi tenda-tenda dan balon-balon. Carla yang terlihat sangat bersemangat menarik tanganku menuju ke salah satu dari tenda-tenda itu.Aku melihat ke sekelilingku dan memang benar, ada banyak sekali binatang-binatang unik dan lucu disini. Aku menghampiri sebuah tenda yang memiliki beberapa ekor landak berwarna putih dan aku mengelus duri-duri di punggungnya dengan lembut. Landak itu terlihat menyukai perlakuanku kepadanya. Entahlah, dia memejamkan matanya dan terlihat santai, jadi aku berasumsi kalau dia menyukaiku.“Ava Ava!! Lihat ini, dia sangat lucu!” teriak Carla dari tenda disebelahku. Dia menggendong seekor anak monyet berwarna putih.“Ah kau benar, dia sangat lucu!” ucapku seraya mengelus rambut putihnya. Dia juga terlihat mneyukainya.“Dia spesies yang langka, negara t

  • Don't Be Silly. It's Precious   Solusi(?)

    Sesampainya dirumah, aku membaringkan tubuhku di atas ranjang empuk di kamarku dan memandangi langit-langit kamarku. Aku memperhatikan lenganku yang terlihat sedikit berisi dibandingkan beberapa bulan yang lalu.“Aku rasa aku sedikit gendut, sepertinya memang benar,” gumamku seraya meremas lengan kiriku dengan tanganku.Aku lalu berdiri menghadap cermin dan memandangi cermin. Memandangi tubuhku dan beralih menatap mataku sendiri yang juga menatapku di sisi lain cermin.Asap. Dimana-mana ada asap, dan cerminku mulai retak. Luka di wajahku yang sudah mengering, terkelupas. Kakiku bergemetar hebat. Aku sudah mengalami ini berkali-kali, namun, aku masih merasa takut. Di dalam hati, aku berteriak. Ketika aku mengalihkan pandangan ke tempat tidurku, disana terbaring tubuh Carla dengan darah berlumuran dimana-dimana.“AVA!!”Aku menoleh, mencari asal suara yang ternyata datang dari ibuku yang tengah memperhatikan aku dari pintu kam

  • Don't Be Silly. It's Precious   Urusan wanita

    Makanan yang kami pesan datang dan aku masih belum menyentuh steak yang aku pesan. Aku masih memikirkan semua yang Liam katakan seraya melihat ke arah ayah dan ibuku yang tengah bercanda bersama Ruby dan juga nenek Liam.“Beberapa jam sebelum makan malam, menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku yang menyenangkan ini,” ucapku dalam hati.Sejak awal bertemu dengannya, dia merubah hidupku. Dan aku rasa aku sudah mengatakannya ratusan kali. Gadis bergelimang harta namun sarat akan kasih sayang, gadis yang memiliki sebuah istana namun tidak bisa dianggap rumah, gadis yang bisa mendapatkan semua yang dia inginkan kecuali cinta yang tulus, semuanya berubah hanya dalam satu hari dimana aku memutuskan untuk mencari sarapan di pagi yang cerah dalam kondisi mengantuk.“Ava, sayang, kenapa kau tidak makan?” tanya ayahku yang tengah mengobrol dengan Liam. Dia melihatku dengan wajah khawatir.“Ah iya, aku hanya sedang memikir

  • Don't Be Silly. It's Precious   Pikir lagi

    Kakiku tidak bisa berhenti bergemetar karena makan malam bersama Liam yang akan dilangsungkan beberapa jam lagi. Ayah dan ibuku sudah siap, begitu juga dengan aku. Tapi, aku benar-benar merasa takut yang tidak wajar, padahal aku hanya akan pergi makan malam di luar bersama keluargaku.“Sayang, apa kau benar-benar se-takut itu?” tanya ibuku yang sepertinya melihat kegelisahan di wajahku.“Entahlah, tapi, aku tidak bisa selamanya menghindar bukan?”“Kau benar, tapi kau tidak perlu buru-buru,” ujar ibuku lagi.“Tidak apa-apa, ini hanya makan malam, lagipula, aku tidak tahu kenapa aku harus merasakan ini, padahal aku sempat mencintai orang lain setelah aku dan dia tidak lagi saling menghubungi, jadi, aku berkesimpulan kalau rasa takut ini hanya rasa takut untuk sementara waktu, setelah beberapa saat aku di meja makan, tentu saja aku akan baik-baik saja,” jelasku.Ibuku hanya tersenyum dan kami meninggalka

  • Don't Be Silly. It's Precious   Karena beriita pagi ini

    Aku membuka mataku setelah semalaman tertidur di depan televisi. Semalam, aku memutar film Titanic untuk membantuku tidur, karena itu film yang sangat membosankan dan benar saja, aku bisa bangun pagi ini karena aku berhasil tidur semalam.“Selamat pagi, sayang,” ucap ibuku seraya membuka gorden dan mematikan lampu yang masih menyala.“Pagi, bu, apa ayah belum bangun?”“Belum, dia masih tidur sekarang, apa kau mau sarapan duluan?” tanya ibuku.“Boleh, aku ingin sereal milik ayah, sepertinya enak,” pintaku kepada ibuku.“Beberapa hari yang lalu kau meledek ayah karena makan sereal itu, tapi sekarang kau menginginkannya,” komentar ibuku seraya menahan tawa.“Ah sudahlah, semalam ada iklan tentang sereal itu dan itu benar-benar menggugah selera,” ucapku seraya memanyunkan bibir.“Kalau begitu kau cuci dulu wajahmu, agar terlihat lebih segar,” ucap ibuku de

  • Don't Be Silly. It's Precious   Tidak butuh uang

    Pertemuanku dengan orang tua Michael Pattertson kemarin, sejujurnya masih membuatku bingung. Sudah ada beberapa orang di dalam hidupku yang menganggap kalau uang akan memberiku kebahagiaan, padahal, tidak seperti itu.Jika aku ceritakan ulang, aku baru merasa bahagia ketika seseorang mau mengerti akan diriku, ketika aku merasa di cintai meskipun pada akhirnya itu hanya kebohongan dan juga kegagalan, ketika aku bisa bersama keluargaku, bersenda gurau bersama mereka, ketika aku bisa menceritakan berbagai masalah kepada teman baikku, aku sudah cukup bahagia.Aku rasa, kebahagiaanku tidak melulu soal uang, karena sebelum aku bertemu dengan Liam, aku juga belum paham bagaimana bahagia menurut orang-orang, dan ternyata, mereka hanya berpikiran kalau ada uang, maka akan bahagia.Liam dan Sam, membuatku merasa bahagia. Mereka membuatku merasa di cintai, namun, keduanya berakhir dalam kegagalan, dan yang kedua membuat semuanya menjadi runyam. Kebohongan, ancaman, dan ras

DMCA.com Protection Status