Jack kembali ke lantai tiga bersama Robert. Ketika penjaga yang berdiri di depan restoran melihatnya, wajahnya langsung panik. Sebelum bencana besar terjadi, penjaga berinisiatif untuk menghampiri sang bos. Dia membungkuk rendah di hadapan Robert. “Tuan Lechter, saya minta maaf. Ini memang salah saya juga. Seharusnya semua ini tidak terjadi.” Penjaga mencengkeram lengan Jack. Hal tersebut jelas mengejutkan Robert. Penjaga berkata lagi, “Semestinya saya tidak membiarkan dia menginjakkan kaki di lantai ini. Saya tahu, seharusnya saya bertindak cepat dengan mencegahnya keluar dari lift. Tapi, Tuan jangan khawatir. Saya akan membereskan gembel ini sekarang.”Robert hampir pingsan mendengar kalimat kurang ajar yang dilontarkan karyawannya. Dengan susah payah dia meminta maaf dan menunjukkan kemarahannya pada dua penjaga di pintu utama, sekarang penjaga lainnya berulah lagi.Dia bahkan tidak berani menatap mata Jack. Bagaimana pesuruhnya begitu lancang mencengkeram lengan Tuan Muda Roode
Suara musik yang keras dan bersemangat menyeruak keluar ketika Jack membuka pintu restoran. Tampaknya belum ada orang yang menyadari kedatangan Jack. Dia melihat sekeliling, mengamati teman-teman kelasnya dulu. Jack tersenyum saat berkata, "Halo semua!"Beberapa orang yang mendengar ucapan Jack, menoleh ke arah pintu. Salah seorang pria kemudian mengangkat tangannya. Musik langsung berhenti. Orang-orang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat apa yang terjadi.Pria yang tadi mengangkat tangan berteriak, "Jack! Itu Jack Marshall!"Semua orang mengikuti arah telunjuk pria yang memanggil Jack. Mereka bergeming sesaat menatap Jack yang masih berdiri di ambang pintu.Jack tersenyum. Dia menutup pintu sebelum melangkah maju. "Maaf, aku terlambat."Suasana kembali riuh ketika sebagian orang menghampiri Jack. Beberapa di antara mereka memberikan pelukan hangat atau sekadar menjabat tangan Jack sebelum kembali ke tempat semula.Sementara sebagian orang lainnya tetap berdiri di tempat mereka
Wajah Jack masih tenang. Dia menerima kartu nama Gerald, lalu mengangguk. “Aku akan melakukannya.”“Bagus!” Gerald tersenyum puas. Baginya, dengan menerima kartu nama itu, Jack telah mengakui bahwa dia lebih baik dari pengantar pizza itu. “Karena kamu sudah di sini, kita lupakan saja semua masalah ekonomi yang menghimpitmu. Sekarang, waktunya kita untuk bersenang-senang dan makan!”Orang-orang bersorak menyambut seruan Gerald. Sudah sejak tadi mereka ingin makan malam. Tidak semua orang mendapat kesempatan menikmati hidangan di restoran mewah level Gold hotel tersebut. Dengan cepat mereka menuju meja menu yang dipenuhi oleh makanan-makanan menggiurkan.Para pelayan melayani orang-orang itu dengan ramah. Mereka meletakkan makanan di atas piring sesuai yang ditunjuk masing-masing tamu.“Terima kasih,” kata Jack saat pelayan telah memberikan makanan yang dia inginkan. Kurir itu kemudian mencari kursi untuk duduk.Jack mengamati sekitar. Matanya tertuju pada satu kursi kosong. Dia berjala
Luna terlihat menghela napas panjang. “Itu benar. Tapi aku sudah terikat kontrak sebagai cleaning service. Jadi, aku harus menyelesaikan kontrakku dulu.”“Begitu rupanya.” Jack memegang lengan temannya itu. “Tidak apa-apa Luna. Itu bukan pekerjaan yang buruk. Anggap saja sebagai batu loncatan. Aku sangat yakin, wanita sepertimu pasti akan mendapat pekerjaan yang bagus suatu hari nanti.”“Terima kasih, Jack. Sejak dulu kamu memang baik dan tidak pernah memilih-milih teman. Jika ada waktu, aku akan mengajak adik-adikku untuk menyantap pizza di tempatmu bekerja.”Jack kemudian beralih pada Scott. “Kalau kamu, Scott. Apa pekerjaanmu sekarang?”“Aku membantu pamanku menjaga minimarket.” Sebuah napas berat kabur dari mulut Scott. “Sebelumnya aku bekerja di sebuah hotel, menjadi staf HRD. Aku menikmati pekerjaan itu. Tapi, aku memutuskan berhenti karena harus menjaga ibuku.”“Apa ibumu sakit?” Jack membiarkan makanannya dan fokus mendengarkan cerita temannya.Scott mengangguk. “Sudah hampir
Gerald seperti tersambar petir. Pelipisnya berkedut mendengar ucapan Elena yang sebenarnya juga dia rasakan. Dia sudah tersenyum dan berbicara sangat ramah untuk menyambut Robert, tetapi Robert ataupun sang sekretaris tidak mengatakan apa-apa padanya.Gerald tersenyum kecut. Biarpun sikap Robert tadi sangat menganggu pikirannya, dia tetap berusaha tenang. Karena tidak ingin Elena berpikir kalau dirinya terabaikan, Gerald berusaha menjelaskan supaya Elena menganggap sikap Robert tadi wajar-wajar saja. “Elena, begitulah orang penting dan sibuk. Tersenyum saja mereka terkadang tidak sempat. Bukan karena tidak menganggapku atau tidak peduli padaku, tetapi mereka sangat fokus pada tujuan. Ayo kita ikuti Tuan Lechter. Aku ingin memastikan beliau merasa disambut dengan baik. Firasatku mengatakan, beliau membawa kabar baik untukku.”Gerald buru-buru mengikuti Robert. Demikian pula dengan Elena yang berpikir untuk mendaftar menjadi anggota StarIn Shine Hotel setelah melihat langsung betapa m
Melihat Jack pergi dari restoran itu bersama Robert, orang-orang yang tadi menolak untuk satu meja dengan Jack menjadi sangat menyesal. Mereka memaki diri sendiri karena sudah sangat bodoh. Andai saja mereka mau berbagi meja dengan Jack, pastilah mereka yang kini mendapat keberuntungan untuk makan malam mewah itu, dan bukan Scott ataupun Luna.“Jika tahu Jack sangat dihormati Tuan Lechter, aku tidak akan pernah menertawakannya.”“Aku juga menyesal karena ikut menghinanya. Kita semua tahu, sejak dulu Jack memang sangat sederhana. Hanya karena penampilan dan pekerjaannya yang sederhana, tanpa pikir panjang kita merendahkannya begitu saja. Oh, aku bahkan menyuruhnya untuk duduk di dekat toilet tadi.”“Benar, kita sudah melakukan kesalahan besar. Padahal, selama kuliah, Jack selalu bersikap baik. Dan sekarang, mungkin dia memang tetap hidup sederhana, tetapi siapa yang tahu, ternyata dia memiliki kedekatan dengan banyak orang penting dan berkuasa di kota ini. Jangan-jangan, dia juga dekat
Merasa penjelasan Gerald terlalu janggal, salah seorang tamu bertanya, “Gerald, jika memang begitu, mengapa Tuan Lechter harus repot-repot dengan bersandiwara segala?”Tamu lainnya menimpali, “Itu benar. Banyak orang tahu, Tuan Lechter tidak segan mengangkat senjata pada orang-orang yang membantah atau melawannya. Beliau hanya perlu mengacungkan revolver ke kepala Jack, dan Jack pasti akan pergi tanpa harus membungkukkan badan, memberi hormat, apalagi menawarkan makan malam bersama.”“Satu hal lagi, jika memang kedatangan Tuan Lechter ke mari adalah untuk mengusir Jack, mengapa dia justru mengajak wanita cantik dan bukan penjaga saja? Lagipula, terlalu aneh jika sekelas beliau harus menangani hal-hal sepele seperti ini. Ada banyak penjaga yang bisa melakukan itu untuknya.”Gerald menelan ludah sebelum tersenyum. “Teman-teman, alasannya sudah sangat jelas. Aku dan Tuan Robert Lechter memiliki hubungan yang baik. Sebagaimana aku menghormati beliau, beliau juga sangat menghormatiku. Yang
Robert pergi meninggalkan restoran tanpa membawa dua penjaga pribadinya. Seketika suasana di dalam tempat itu menjadi sangat berbeda.Berbeda di sini lebih condong pada menegangkan, atau mencekam.Dua penjaga itu membuka mata mereka lebar-lebar, menatap sekeliling, mengawasi orang-orang dengan wajah tanpa senyum sedikit pun.Gerald menelan ludah dengan susah payah. Dia tidak memiliki kata-kata yang bagus untuk membela diri dan membantah hal buruk yang terjadi. Semua terlalu gamblang! Robert membuangnya seperti sampah dan menjujung tinggi Jack seperti majikan. Semua dilakukan secara terang-terangan tanpa ampun. Dia merasa sudah tidak memiliki harga diri untuk dipertahankan. Terlebih, keberadaan dua penjaga membuatnya tidak mungkin membual sedikit pun tentang Robert Lechter.Meski dua penjaga Robert sudah berhasil membuat napas Gerald menjadi sesak, ada yang lebih menakutkan lagi, yakni tatapan teman-temannya. Semua orang memandang jijik padanya.Gerald telah membuka mulut untuk menje
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.