‘Ayo, ayo, cepat keluar. Tunjukkan dirimu, Tuan Muda,’ batin Elena tidak bisa berhenti berbicara. Dia bahkan mengepalkan tangannya karena gemas menunggu sosok keluar dari dalam Lamborghini Egoista.“Akhirnya,” desis Elena ketika melihat seseorang dari dalam mobil itu menurunkan kakinya.Itu memang kaki seorang laki-laki yang mengenakan celana panjang dan sepatu fantofel.Memperhatikan model dan merk sepatu yang dikenakan sosok tersebut, Elena tersenyum lebar. Itu jelas bukan sepatu sembarang yang bisa didapatkan hanya dengan membayar tagihan yang murah.Elena tahu, pria tersebut mengenakan sepatu branded edisi terbatas dengan kuaitas nomor satu. Jika ingatan Elena tidak salah tidak, sepatu itu hanya ada tujuh pasang saja di dunia. Jadi, tidak mungkin jika sepatu tersebut dimiliki oleh orang kalangan menengah, bahkan pria dari kalangan atas pun belum tentu bisa mendapatkannya.“Aku yakin, dia memang Tuan Muda Roodenburg.” Elena membuat penjaga yang ada di sampingnya menoleh beberapa ka
Dengan langkah dipercepat dan dipanjang-panjangkan Elena memasuki pintu utama auditorium kampus. Dadanya ingin meledak atas kemarahan yang sangat besar.‘Kurang ajar! Pecundang itu memang sialan! Berani sekali dia bertindak begitu jauh? Aku tidak menyangka jika Jack nekat berbuat seperti ini. Dia merusak segalanya. Memang setan!” Di kepalanya muncul banyak sekali umpatan yang ditujukan untuk Jack.Maka, ketika wanita itu sudah lebih dekat dengan deret kursi undangan, matanya menyisir ke area belakang untuk menemukan sosok Jack. Dia menautkan kedua alisnya bermaksud untuk membuat penglihatannya menjadi lebih tajam. Auditorium itu sangat luas. Elena harus lebih teliti untuk bisa menemukan apa yang dicari.Ketika itu, rektor kampus sedang menyampaikan pidatonya. Jelas saja Elena mengumpat tiada akhir karena semestinya dia duduk tenang dengan penuh kebanggaan detik ini. Rektor pasti akan memberikan sanjungan padanya karena telah berhasil menyelenggarakan acara dengan sangat baik, telah me
Jack mengerutkan keningnya ketika melongok ke arah belakang Matthew. Matanya menangkap sosok wanita yang sedang diperbincangkan Matthew."Bagaimana jika kamu bertanya langsung pada Elena?" Jack melambai-lambaikan tangannya. "Halo, Elena!" Claire menatap pacarnya lekat-lekat dengan kedua mata terbuka lebar. Ekspresi keheranan terlihat jelas di wajahnya.Bagaimana mungkin Jack menyapa wanita menyebalkan dengan begitu ramah?Meskipun Jack tidak terlihat marah atau kesal, wajah Elena mendadak pucat seperti kertas, seolah dia baru saja melihat hantu paling menyeramkan. Tidak hanya itu, jantung Elena juga berdetak sangat cepat hingga dadanya bergetar.Elena mematung dengan ekspresi wajah yang rumit. Dia tidak tahu harus berbuat dan berkata apa ketika Matthew berbalik dan menatapnya.Saat itu auditorium yang luas dan diisi oleh banyak orang terasa begitu sempit dan sunyi, seolah itu adalah ruangan hampa udara yang membuat napasnya menjadi sesak."Nona Stuart, kebetulan sekali anda di sini.
Matthew terbelalak mendengar pernyataan Claire. Dia menatap tajam ke arah Elena hingga membuat wanita itu semakin ketakutan."Tuan Matthew, sebenarnya kami berdiri di sini karena Elena tidak mengizinkan kami untuk duduk. Dosen Jack telah menyanggupi untuk meminta pihak perlengkapan untuk mengambilkan kami kursi, tetapi Elena melarang dengan dalih menyalahi prosedur. Tak tahu prosedur mana yang dia maksud, mungkin prosedur mempermalukan orang lain!" Claire meluapkan kemarahannya.Sejak tadi dia berusaha keras untuk diam, bahkan sangat diam. Itu tidak seperti dirinya yang biasanya tidak pernah berhenti berbicara. "Anda tahu Tuan Matthew, wanita ini telah menghina Jack dengan kata-kata yang sangat kasar. Jika Jack tidak memperingatkanku untuk mengendalikan diri sejak kemarin, sudah pasti aku akan memberikan tamparan keras di wajahnya." Claire mengangkat tangan kanannya. Dia membuat Elena takut!Tapi itu masih belum cukup, Claire melanjutkan, "Aku juga berpikir untuk meninju bibirnya hin
Elena tahu dia tidak memiliki kesempatan untuk membela diri. Pasalnya kesalahan yang dia lakukan terlalu nyata, dan sungguh sial karena Jack sebagai Tuan Muda Roodenburg, justru menjadi korban sekaligus saksi utama.Jadi bagaimana bisa dia mengelak atau menyampaikan alasan untuk membuatnya tidak terlihat seperti wanita yang buruk?Elena menurunkan pandangannya, melihat ke arah tangan Jack. Tepat sekali, dia memang berpikir akan meminta maaf dengan memegang tangan itu, menciumnya seperti tangan yang suci."Tuan muda, tolong maafkan saya. Saya tahu kesalahan yang saya lakukan sangat sangat besar, dan mungkin tidak bisa diampuni lagi. Sikap saya sangat keterlaluan. Saya sudah melakukan hal-hal buruk kepada anda, meskipun anda selalu bersikap baik kepada saya selama ini. Tuan Muda memang orang yang sangat baik. Anda memiliki hati seperti malaikat. Sedangkan saya, saya begitu buruk, bahkan lebih buruk dari iblis sekalipun." Elena sengaja memuji-muji Jack sekaligus merendahkan dirinya send
Jack memang kesal atas sikap Elena padanya. Namun, dia menjadi marah karena mengetahui bahwa Elena juga begitu kurang ajar pada dosen yang sangat dia hormati.Menyinggung perasaan tuan muda sudah merupakan kesalahan besar, apalagi sampai membuatnya murka.Biarpun Profesor Jim tidak terlalu memikirkan sikap Elena, Jack tetap tidak bisa melupakannya begitu saja. "Kamu harus mengakui semua kesalahanmu dan meminta maaf secara terbuka pada Profesor Jim. Hanya dengan cara itu aku akan memaafkanmu." Jack memberi penegasan. Kali ini ekspresi wajahnya dingin, tanpa senyum sama sekali.Claire tersenyum puas mendengar syarat yang diberikan Jack. Itu sangat setimpal.'Rasakan! Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Aku yakin kamu tidak akan menelan kembali kata-kata yang telah keluar dari mulutmu. Dan itu artinya, kamu tidak bisa menyelamatkan harga dirimu lagi!' batin Claire sambil merangkul lengan Jack dan menyandarkan kepala di pundaknya.Sebagaimana Claire, Matthew juga menjadi senang dan lega
Para petinggi University of Carnaby, dosen-dosen, dan staf sampai berdiri, seolah mereka ingin memastikan kembali bahwa pria yang berjalan di depan Matthew Devall memang benar Jack Marshall.Lantas, salah seorang dosen yang memiliki sentimen tersendiri pada para mahasiswa miskin, tidak terkecuali pada Jack, bertanya dengan nada sinis, “Jangan-jangan Jack menemui Tuan Muda Roodenburg di ruangan eksklusif, lalu berbicara sesuatu yang membuatnya tersinggung, sehingga tidak mau naik ke podium untuk menyampaikan pidato? Ya, itu lebih masuk akal! Pasti Jack sengaja melakukannya supaya tamu yang mendapat kehormatan berpidato di depan para wisudawan adalah dia.”Profesor Jim refleks menggeleng. “Itu tidak mungkin, Nyonya Sarah. Aku tahu pasti, Jack bukan tipikal orang seperti itu.”“Profesor, mungkin Jack Marshall yang dulu memang tidak seperti itu, tapi waktu sudah berlalu, dan siapa saja bisa berubah. Sekarang katakan, apa anda telah memberitahu Jack, bahwa hanya ada satu orang yang akan be
Rahang Nyonya Sarah beserta orang-orang lainnya, yang telah mengenal Jack sejak lama, terbuka lebar hingga cukup untuk dimasuki sebutir telur angsa. Mereka terlalu kaget hingga rasanya seperti tersengat listrik.Sementara itu, melihat Jack menaiki podium, para tamu undangan bersorak riuh rendah. Mereka merasa sangat beruntung karena menjadi orang ‘pertama’ yang mengetahui seperti apa rupa Tuan Muda Roodenburg yang diidolakan banyak orang.“Dia sangat tampan, lebih tampan dari yang aku bayangkan,” komentar salah seorang wanita.Audiens lainnya juga memuji, “Menjadi konglomerat yang memiliki kekayaan yang tidak akan habis, yang memiliki hati sangat mulia, yang memiliki wajah rupawan mempesona, dengan tubuh tinggi tegap dan gagah perkasa, apalagi kata yang lebih tepat untuk menggambarkan Tuan Muda selain sempurna?”“Coba lihat tatapannya, sangat teduh. Melihat Tuan Muda membuat hatiku terasa tenang. Aku sampai lupa dengan kecemasanku pada wawancara kerja besok.”Dan masih banyak lagi.Ta