Jack memang kesal atas sikap Elena padanya. Namun, dia menjadi marah karena mengetahui bahwa Elena juga begitu kurang ajar pada dosen yang sangat dia hormati.Menyinggung perasaan tuan muda sudah merupakan kesalahan besar, apalagi sampai membuatnya murka.Biarpun Profesor Jim tidak terlalu memikirkan sikap Elena, Jack tetap tidak bisa melupakannya begitu saja. "Kamu harus mengakui semua kesalahanmu dan meminta maaf secara terbuka pada Profesor Jim. Hanya dengan cara itu aku akan memaafkanmu." Jack memberi penegasan. Kali ini ekspresi wajahnya dingin, tanpa senyum sama sekali.Claire tersenyum puas mendengar syarat yang diberikan Jack. Itu sangat setimpal.'Rasakan! Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Aku yakin kamu tidak akan menelan kembali kata-kata yang telah keluar dari mulutmu. Dan itu artinya, kamu tidak bisa menyelamatkan harga dirimu lagi!' batin Claire sambil merangkul lengan Jack dan menyandarkan kepala di pundaknya.Sebagaimana Claire, Matthew juga menjadi senang dan lega
Para petinggi University of Carnaby, dosen-dosen, dan staf sampai berdiri, seolah mereka ingin memastikan kembali bahwa pria yang berjalan di depan Matthew Devall memang benar Jack Marshall.Lantas, salah seorang dosen yang memiliki sentimen tersendiri pada para mahasiswa miskin, tidak terkecuali pada Jack, bertanya dengan nada sinis, “Jangan-jangan Jack menemui Tuan Muda Roodenburg di ruangan eksklusif, lalu berbicara sesuatu yang membuatnya tersinggung, sehingga tidak mau naik ke podium untuk menyampaikan pidato? Ya, itu lebih masuk akal! Pasti Jack sengaja melakukannya supaya tamu yang mendapat kehormatan berpidato di depan para wisudawan adalah dia.”Profesor Jim refleks menggeleng. “Itu tidak mungkin, Nyonya Sarah. Aku tahu pasti, Jack bukan tipikal orang seperti itu.”“Profesor, mungkin Jack Marshall yang dulu memang tidak seperti itu, tapi waktu sudah berlalu, dan siapa saja bisa berubah. Sekarang katakan, apa anda telah memberitahu Jack, bahwa hanya ada satu orang yang akan be
Rahang Nyonya Sarah beserta orang-orang lainnya, yang telah mengenal Jack sejak lama, terbuka lebar hingga cukup untuk dimasuki sebutir telur angsa. Mereka terlalu kaget hingga rasanya seperti tersengat listrik.Sementara itu, melihat Jack menaiki podium, para tamu undangan bersorak riuh rendah. Mereka merasa sangat beruntung karena menjadi orang ‘pertama’ yang mengetahui seperti apa rupa Tuan Muda Roodenburg yang diidolakan banyak orang.“Dia sangat tampan, lebih tampan dari yang aku bayangkan,” komentar salah seorang wanita.Audiens lainnya juga memuji, “Menjadi konglomerat yang memiliki kekayaan yang tidak akan habis, yang memiliki hati sangat mulia, yang memiliki wajah rupawan mempesona, dengan tubuh tinggi tegap dan gagah perkasa, apalagi kata yang lebih tepat untuk menggambarkan Tuan Muda selain sempurna?”“Coba lihat tatapannya, sangat teduh. Melihat Tuan Muda membuat hatiku terasa tenang. Aku sampai lupa dengan kecemasanku pada wawancara kerja besok.”Dan masih banyak lagi.Ta
"Maaf, Tuan Muda." Rektor ragu pada pendengarnya sendiri. Dia khawatir apa yang didengar tidak benar. Oleh sebab itu, dia memilih untuk menanyakan kembali apa yang tadi dikatakan oleh Jack. Jack tertawa kecil. Dia berkata, "Bagaimana aku harus mengatakan ini?" Dia terlihat berpikir. Kemudian Jack menjelaskan, "Sebetulnya, aku, tunanganku, dan juga Matthew, tidak kebagian kursi. Oleh sebab itu, tadi kami berdiri di belakang. Tidak ada kursi untuk kami." Wajah rektor menjadi pucat seperti kertas. Dia menoleh sesaat ke belakang untuk melihat wajah para dewan kampus. Tentu saja semuanya tampak tidak senang. Ini sungguh hal yang sangat memalukan! Tuan Muda yang bermurah hati membuka peluang bagi lulusan University of Carnaby untuk bekerja di perusahaannya, bersedia memberikan rekomendasi bagi 20 mahasiswa terbaik untuk mendapatkan pekerjaan terbaik, serta telah memberikan uang 200 juta dolar secara tunai pada pihak kampus, tidak mendapat fasilitas meski hanya sekadar kursi? Bahkan ka
Kaki Elena bergetar hebat. Rasanya begitu sulit baginya untuk berjalan memenuhi panggilan dari MC. Oleh karena itu, dia masih belum bergerak dari tempatnya.Orang-orang mulai berbisik, termasuk mereka yang berada di deret depan, para dewan kampus dan rektor, yang sejak tadi mencari keberadaan Elena di auditorium itu. Pasalnya, mereka ingin mempertanyakan kinerja dari wanita itu. Apa saja yang dilakukan hingga tidak becus memberikan tempat duduk yang layak untuk Tuan Muda Roodenburg, hingga dia memintanya sendiri.“Nona Stuart, dengan hormat kami persilakan untuk menaiki podium.” MC kembali memanggil. Dia tentu mengenal siapa orang yang dipanggil, ialah salah satu dosen paling menyebalkan yang sering berbicara kasar pada para mahasiswa, kecuali pada mereka yang berasal dari keluarga yang kuat.MC tidak tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan Elena di hadapan semua orang. Yang jelas, ini akan menjadi sesi yang memuakkan jika Elena mulai memuji dirinya sendiri. Menurutnya, mendengarkan
Melihat Elena demikian, MC tidak bisa tahan lagi untuk menunggu. Dia mengambil inisiatif dengan menghampiri Elena.“Mari saya bantu, Nona Stuart.” MC mengulurkan tangannya, seolah Elena tidak mampu naik ke atas panggung sendiri.Sejujurnya, sejak awal pemuda itu ingin sekali menjemput dan menarik Elena supaya lebih cepat tiba di podium. Hanya saja, dia menahan keinginannya itu karena masih berusaha hormat pada Elena.‘Sialan! Apa dia pikir aku ini sudah tua! Awas saja, aku tidak akan melepaskanmu nanti. Dasar mahasiswa melarat!’Biarpun dalam hatinya Elena berbicara sangat kasar, yang dia tunjukkan hanyalah sebuah senyum. Dia tidak mungkin berteriak-teriak memaki pemuda di hadapannya itu ketika ada Tuan Muda Roodenburg di sana. Dia tidak ingin Jack mengira bahwa dia tidak menyesali sikap buruknya dan masih saja bersikap seperti itu saat berhadapan dengan orang lain.Elena ingin meyakinkan Jack, bahwa dirinya telah berubah menjadi lebih baik. Dengan demikian dia masih memiliki harapan
Tepat sekali, suara wanita yang berteriak memberi semangat itu memang bukan Nyonya Sarah lagi, melainkan Claire. Tentu saja apa yang dikatakan Claire membuat orang-orang terbelalak. “Mengakui kesalahan? Jadi, Nona Stuart naik ke atas panggung bukan untuk memberikan pidato motivasi atau laporan kegiatan? Dia di sana untuk mengakui kesalahan?” kata salah seorang wisudawan. Biarpun dia mengatakan dengan suara biasa saja, cukup untuk terdengar oleh telinga banyak orang karena tempat itu begitu hening. Seorang pemuda menimpali, “Aku jadi khawatir acara ini akan terus berlanjut hingga satu pekan.” Wajahnya menjadi sangat masam. “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” Ibunya bertanya. “Karena Nona Stuart memiliki banyak sekali kesalahan, Mama. Dari semua mahasiswa yang pernah dia ajar, aku yakin banyak di antaranya yang pernah sakit hati atas ucapan dan tindakan, Nona Stuart.” Para audiens tertawa. Sedangkan mereka yang tidak mendengar ucapan pemuda itu bertanya pada ornag di sampingnya. Dem
Air mata Elena semakin deras menetes. Dia menangis tersedu-sedu di atas podium, di hadapan semua orang. Tidak ada lagi kesombongan yang tersisa darinya. Dia terlihat begitu menyedihkan.Hal paling buruk adalah tidak ada satu pun di antara hadirin yang merasakan kesedihannya. Tidak ada orang yang iba atau prihatin atas apa yang menimpa Elena, bahkan termasuk Nyonya Sarah.Nyonya Sarah sepenuhnya sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan juga karena sempat membela orang yang salah. Dia tentu tidak ingin orang-orang memandangnya sebelah mata karena menjadi teman dan pendukung dari Elena.Kesalahan yang dilakukan Elena terlalu besar untuk dilupakan. Para dosen dan staf pasti akan membicarakannya di kemudian hari. Biarpun seandainya Tuan Muda memberikan maaf untuk Elena, hal itu hanya akan menambah citra positif Tuan Muda, dan tidak akan mengubah pandangan buruk orang-orang terhadap Elena. Dan, Nyonya Sarah tidak ingin namanya dihubung-hubungkan lagi dengan Elena Stuart.“Aku sungguh menye