Share

Bab 185

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Para petinggi University of Carnaby, dosen-dosen, dan staf sampai berdiri, seolah mereka ingin memastikan kembali bahwa pria yang berjalan di depan Matthew Devall memang benar Jack Marshall.

Lantas, salah seorang dosen yang memiliki sentimen tersendiri pada para mahasiswa miskin, tidak terkecuali pada Jack, bertanya dengan nada sinis, “Jangan-jangan Jack menemui Tuan Muda Roodenburg di ruangan eksklusif, lalu berbicara sesuatu yang membuatnya tersinggung, sehingga tidak mau naik ke podium untuk menyampaikan pidato? Ya, itu lebih masuk akal! Pasti Jack sengaja melakukannya supaya tamu yang mendapat kehormatan berpidato di depan para wisudawan adalah dia.”

Profesor Jim refleks menggeleng. “Itu tidak mungkin, Nyonya Sarah. Aku tahu pasti, Jack bukan tipikal orang seperti itu.”

“Profesor, mungkin Jack Marshall yang dulu memang tidak seperti itu, tapi waktu sudah berlalu, dan siapa saja bisa berubah. Sekarang katakan, apa anda telah memberitahu Jack, bahwa hanya ada satu orang yang akan be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 186

    Rahang Nyonya Sarah beserta orang-orang lainnya, yang telah mengenal Jack sejak lama, terbuka lebar hingga cukup untuk dimasuki sebutir telur angsa. Mereka terlalu kaget hingga rasanya seperti tersengat listrik.Sementara itu, melihat Jack menaiki podium, para tamu undangan bersorak riuh rendah. Mereka merasa sangat beruntung karena menjadi orang ‘pertama’ yang mengetahui seperti apa rupa Tuan Muda Roodenburg yang diidolakan banyak orang.“Dia sangat tampan, lebih tampan dari yang aku bayangkan,” komentar salah seorang wanita.Audiens lainnya juga memuji, “Menjadi konglomerat yang memiliki kekayaan yang tidak akan habis, yang memiliki hati sangat mulia, yang memiliki wajah rupawan mempesona, dengan tubuh tinggi tegap dan gagah perkasa, apalagi kata yang lebih tepat untuk menggambarkan Tuan Muda selain sempurna?”“Coba lihat tatapannya, sangat teduh. Melihat Tuan Muda membuat hatiku terasa tenang. Aku sampai lupa dengan kecemasanku pada wawancara kerja besok.”Dan masih banyak lagi.Ta

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 187

    "Maaf, Tuan Muda." Rektor ragu pada pendengarnya sendiri. Dia khawatir apa yang didengar tidak benar. Oleh sebab itu, dia memilih untuk menanyakan kembali apa yang tadi dikatakan oleh Jack. Jack tertawa kecil. Dia berkata, "Bagaimana aku harus mengatakan ini?" Dia terlihat berpikir. Kemudian Jack menjelaskan, "Sebetulnya, aku, tunanganku, dan juga Matthew, tidak kebagian kursi. Oleh sebab itu, tadi kami berdiri di belakang. Tidak ada kursi untuk kami." Wajah rektor menjadi pucat seperti kertas. Dia menoleh sesaat ke belakang untuk melihat wajah para dewan kampus. Tentu saja semuanya tampak tidak senang. Ini sungguh hal yang sangat memalukan! Tuan Muda yang bermurah hati membuka peluang bagi lulusan University of Carnaby untuk bekerja di perusahaannya, bersedia memberikan rekomendasi bagi 20 mahasiswa terbaik untuk mendapatkan pekerjaan terbaik, serta telah memberikan uang 200 juta dolar secara tunai pada pihak kampus, tidak mendapat fasilitas meski hanya sekadar kursi? Bahkan ka

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 188

    Kaki Elena bergetar hebat. Rasanya begitu sulit baginya untuk berjalan memenuhi panggilan dari MC. Oleh karena itu, dia masih belum bergerak dari tempatnya.Orang-orang mulai berbisik, termasuk mereka yang berada di deret depan, para dewan kampus dan rektor, yang sejak tadi mencari keberadaan Elena di auditorium itu. Pasalnya, mereka ingin mempertanyakan kinerja dari wanita itu. Apa saja yang dilakukan hingga tidak becus memberikan tempat duduk yang layak untuk Tuan Muda Roodenburg, hingga dia memintanya sendiri.“Nona Stuart, dengan hormat kami persilakan untuk menaiki podium.” MC kembali memanggil. Dia tentu mengenal siapa orang yang dipanggil, ialah salah satu dosen paling menyebalkan yang sering berbicara kasar pada para mahasiswa, kecuali pada mereka yang berasal dari keluarga yang kuat.MC tidak tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan Elena di hadapan semua orang. Yang jelas, ini akan menjadi sesi yang memuakkan jika Elena mulai memuji dirinya sendiri. Menurutnya, mendengarkan

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 189

    Melihat Elena demikian, MC tidak bisa tahan lagi untuk menunggu. Dia mengambil inisiatif dengan menghampiri Elena.“Mari saya bantu, Nona Stuart.” MC mengulurkan tangannya, seolah Elena tidak mampu naik ke atas panggung sendiri.Sejujurnya, sejak awal pemuda itu ingin sekali menjemput dan menarik Elena supaya lebih cepat tiba di podium. Hanya saja, dia menahan keinginannya itu karena masih berusaha hormat pada Elena.‘Sialan! Apa dia pikir aku ini sudah tua! Awas saja, aku tidak akan melepaskanmu nanti. Dasar mahasiswa melarat!’Biarpun dalam hatinya Elena berbicara sangat kasar, yang dia tunjukkan hanyalah sebuah senyum. Dia tidak mungkin berteriak-teriak memaki pemuda di hadapannya itu ketika ada Tuan Muda Roodenburg di sana. Dia tidak ingin Jack mengira bahwa dia tidak menyesali sikap buruknya dan masih saja bersikap seperti itu saat berhadapan dengan orang lain.Elena ingin meyakinkan Jack, bahwa dirinya telah berubah menjadi lebih baik. Dengan demikian dia masih memiliki harapan

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 190

    Tepat sekali, suara wanita yang berteriak memberi semangat itu memang bukan Nyonya Sarah lagi, melainkan Claire. Tentu saja apa yang dikatakan Claire membuat orang-orang terbelalak. “Mengakui kesalahan? Jadi, Nona Stuart naik ke atas panggung bukan untuk memberikan pidato motivasi atau laporan kegiatan? Dia di sana untuk mengakui kesalahan?” kata salah seorang wisudawan. Biarpun dia mengatakan dengan suara biasa saja, cukup untuk terdengar oleh telinga banyak orang karena tempat itu begitu hening. Seorang pemuda menimpali, “Aku jadi khawatir acara ini akan terus berlanjut hingga satu pekan.” Wajahnya menjadi sangat masam. “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” Ibunya bertanya. “Karena Nona Stuart memiliki banyak sekali kesalahan, Mama. Dari semua mahasiswa yang pernah dia ajar, aku yakin banyak di antaranya yang pernah sakit hati atas ucapan dan tindakan, Nona Stuart.” Para audiens tertawa. Sedangkan mereka yang tidak mendengar ucapan pemuda itu bertanya pada ornag di sampingnya. Dem

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 191

    Air mata Elena semakin deras menetes. Dia menangis tersedu-sedu di atas podium, di hadapan semua orang. Tidak ada lagi kesombongan yang tersisa darinya. Dia terlihat begitu menyedihkan.Hal paling buruk adalah tidak ada satu pun di antara hadirin yang merasakan kesedihannya. Tidak ada orang yang iba atau prihatin atas apa yang menimpa Elena, bahkan termasuk Nyonya Sarah.Nyonya Sarah sepenuhnya sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan juga karena sempat membela orang yang salah. Dia tentu tidak ingin orang-orang memandangnya sebelah mata karena menjadi teman dan pendukung dari Elena.Kesalahan yang dilakukan Elena terlalu besar untuk dilupakan. Para dosen dan staf pasti akan membicarakannya di kemudian hari. Biarpun seandainya Tuan Muda memberikan maaf untuk Elena, hal itu hanya akan menambah citra positif Tuan Muda, dan tidak akan mengubah pandangan buruk orang-orang terhadap Elena. Dan, Nyonya Sarah tidak ingin namanya dihubung-hubungkan lagi dengan Elena Stuart.“Aku sungguh menye

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 192

    "Saya dan dewan kampus telah membicarakan masalah ini. Biar bagaimanapun, kesalahan anda tidak bisa diabaikan. Adapun Tuan Muda Roodenburg dan Profesor Jim memberikan maaf pada anda, itu adalah karena kebesaran hati mereka."Sungguh, apa yang dikatakan oleh rektor itu terdengar tidak enak. Perasaan Elena pun menjadi tidak tenang.Dengan suara terbata Elena bertanya lagi, "Ma-maksud anda apa, Tuan?" Elena meringis kecut."Nona Stuart, mulai hari ini, anda dipecat dari University of Carnaby. Mohon untuk segera mengemasi barang-barang anda dan pergi dari kampus ini secepatnya." Rektor berbicara dengan suara tegas dan tanpa ampun.Claire menutup mulutnya dengan tangan. Matanya membesar karena terkejut. Biarpun dia mengharapkan hal ini terjadi sebagai bentuk dari hukuman tegas kepada Elena, dia tidak menyangka jika pemecatan itu dilakukan di atas panggung juga. Claire pikir, jika pihak kampus memberhentikan Elena, mereka akan meminta Elena untuk menemui mereka di ruang tertentu.'I-ini ...

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 193

    Teriakan histeris dari mulut Elena menjadi suara yang mendominasi di dalam auditorium. Wanita itu benar-benar terlihat menyedihkan. Segala keangkuhan dan kesombongannya berubah menjadi hal memalukan seperti ini.Banyak orang menghela napas setelah pihak keamanan berhasil membawanya keluar dari auditorium. Sejak tadi napas mereka memang terasa sesak karena keberadaan Elena. Sekarang mereka bisa duduk dengan lega dan tenang.Terlihat Rektor sedang berbicara kepada Jack. Wajah pria itu tampak sangat menyesal. Sepertinya dia meminta maaf dengan sangat atas kerusuhan yang terjadi."Tidak semestinya anda menyaksikan ini semua. Kami sangat menyesal." Rektor membungkuk sangat rendah kepada Jack, kemudian kepada Claire, serta pada Matthew.Jack tersenyum dan menepuk-nepuk pundak rektor. "Tidak masalah. Kami akan senang untuk mengikuti acara berikutnya."Rektor bersyukur mendengar respons positif dari sang tuan muda. Dia pun memerintahkan MC untuk kembali memimpin jalannya acara. Dan setelah ke

Bab terbaru

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 204

    Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 203

    Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 202

    Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 201

    Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 200

    Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 199

    Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 198

    “Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 197

    "Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 196

    Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.

DMCA.com Protection Status