Claire yang semula menunduk sambil terus berusaha untuk menenangkan diri, kini mendongak demi melihat wajah Jack.‘Tuan Muda?’ Kening Claire berkerut.Dalam benak Claire terlintas kenbali percakapan antara dirinya dan Jack di depan pintu tadi. Jack dengan sangat yakin menyebut dirinya sebagai Tuan Muda Roodenburg. Jack bahkan hendak mengoreksi nama yang telah Claire sebutkan pada penjaga pintu. Namun, tidak satu pun dari ucapan Jack yang dia anggap serius. Semua terdengar seperti lelucon yang biasa disampaikan Jack untuk mencairkan suasana.‘Mungkinkah ...’Claire tidak berani meneruskan dugaannya. Dia memegangi dadanya untuk memastikan jantungnya masih tersimpan di sana. Claire tidak berhenti menatap wajah Jack yang tidak terus menyunggingkan senyum, melihat para pelayan melaksanakan perintahnya.Claire bukan satu-satunya orang di ruangan itu yang terkejut atas sikap para pelayan pada Jack. Tapi semua teman-temannya juga sangat kaget. Mereka semua bergeming duduk di kursi masing-mas
Melihat Mario Braxton memasuki ruangan, Jeremy segera bngkit dari duduknya untuk menyambut. Di belakangnya, Jessie juga turut menghampiri sang manajer.Hal itu berhasil menarik perhatian semua orang. Mereka melihat Jeremy yang membungkuk hormat sebelum berjabat tangan dengan Mario. Walaupun Mario beberapa tahun lebih muda darinya, Jeremy tetap bersikap sopan karena kesuksesan karier yang berhasil diraih oleh pemuda itu.“Siapa pemuda itu? Jeremy terlihat sangat sopan padanya,” komentar Eleanor.“Dia manajer di restoran ini,” jawab Jack.Teman Claire lainnya menanggapi, “Pantas saja Jeremy seperti itu. Sejak dulu sikap Jeremy pada orang lain memang sangat dipengaruhi oleh status, jabatan, dan kekuasaan orang itu. Jika dia berhadapan dengan orang yang dia anggap lemah ataupun miskin, dia pasti mulai kurang ajar. Semakin lemah dan miskin seseorang, semakin buruk juga perlakuan yang akan Jeremy berikan.”Jack hanya tersenyum tanpa berkomentar lebih jauh. Sementara itu, di dekat meja lain
Jeremy harus menderita rasa sakit yang lebih besar lagi akibat tendangan keras yang diberikan oleh Mario. Semua orang tentu sangat terkejut dengan reaksi yang diberikan oleh Mario. Mereka menjadi sangat penasaran mengapa Mario begitu murka setelah mendengar kesaksian dari orang-orang itu tentang perbuatan Jeremy yang sangat buruk pada Jack."Bangun! Ayo bangun cepat!!" Mario membentak sangat keras. Dia menarik kerah baju Jeremy hingga membuat pria itu berdiri lagi."Tuan Mario, tolong hentikan semua ini. Anda tidak bisa memukuli saya seenaknya, sedangkan saya tidak melakukan kesalahan apa pun.""Ternyata kamu masih berani membela diri. Dengarkan baik-baik. Kamu dan pacarmu telah melakukan kesalahan besar dengan bersikap buruk kepada Tuan Muda Roodenburg.""Apa?" Kata tanya itu hampir mencuat dari mulut semua orang. Mereka sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Mario.Merasa dirinya menjadi korban salah sasaran, Jeremy kemudian membantah, "Tidak, Tuan Mario. Itu sama sekali
"Tentu tidak, Tuan Muda. Aku sudah insyaf. Aku tidak akan lagi bersikap buruk kepada siapa pun tanpa peduli siapa orang yang aku hadapi. Aku sangat menyesal atas semua kebodohanku. Aku bahkan jijik pada diriku sendiri karena telah berani bersikap sombong. Padahal anda yang memiliki segalanya tetap rendah hati dan tidak meremehkan siapa pun.""Itu karena kamu sudah tahu bahwa Jack adalah Tuan Muda Roodenburg." Eleanor turut berkomentar. Wanita itu sangat tidak rela jika Jeremy bebas begitu saja atas segala kesalahan yang telah dia perbuat. Jeremy pantas mendapatkan hukuman yang sangat berat supaya pria itu mengambil pelajaran berharga. Jika dia terlepas begitu saja tanpa hukuman yang berarti, bisa jadi Jeremy akan mengulangi kesalahannya pada orang lain.Sementara itu, melihat kekasihnya memohon ampun di hadapan Jack Roodenburg, Jessie juga berpikir bahwa dia perlu melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan diri. Dia tentu masih sangat ingat bagaimana dirinya menyombongkan diri di ha
Semua orang menjadi tegang menunggu Jack melanjutkan kalimatnya. Sebelumnya Jack memang sengaja mengambil jeda untuk mendatangkan rasa cemas yang lebih besar di hati Jeremy dan Jessie."Hukuman untuk kalian adalah jangan pernah sekali pun menunjukkan wajah kalian di hadapanku. Jika tidak, aku sendiri yang akan menghajar kalian hingga memohon untuk mati." Sungguh ucapan Jack itu disampaikan dengan nada yang biasa saja, tetapi kalimatnya berhasil membuat semua orang merasa sangat terintimidasi, terutama tentu saja Jeremy dan Jessie.Jeremy dan Jessie saling menatap satu sama lain. Mereka dengan kompak menelan ludah dengan susah payah. Rasanya seperti ada bongkahan batu besar yang tersangkut di tenggorokan mereka.Jujur saja hukuman yang diberikan Jack kepada mereka sangatlah berat. Mereka masih ingin bertemu dan berbicara dengan sang tuan muda dengan baik-baik. Bahkan mereka berharap bisa menjalin hubungan lagi setelah insiden yang sangat memalukan ini.Namun, apakah mereka masih beran
Jantung Claire berdebar hebat mendengar pertanyaan dari Jack. Dia segera memalingkan wajah untuk menghindar dari tatapan mata sang tuan muda.Jack tersenyum melihat sahabatnya memejamkan mata erat-erat. Namun, dia tidak berpikir untuk membuat Claire berhenti bergeming. Jack membiarkan Claire mengisi ruangan itu dengan keheningan.Tidak dipungkiri, Claire mendapat serangan gugup yang sangat besar. Dia memang sering menghabiskan waktu bersama Jack, menceritakan banyak hal padanya, juga tanpa segan memberikan pelukan hangat. Tapi semua dia lakukan di atas status 'persahabatan'.Bisa dikatakan tidak ada hal yang Claire rahasiakan dari Jack, kecuali satu hal, yakni perasaannya. Dia tidak tahu sejak kapan mencintai Jack, tapi sejak awal dia tidak berani mengharapkan bisa menjadi kekasih sahabatnya itu.Semua sudah lebih dari cukup untuk Claire.Maka, ketika Claire dihadapkan dengan situasi semacam ini, dia tidak tahu harus berjingkrak-jingkrak kegirangan atau melakukan yang lainnya.Sementa
Di dalam mobilnya yang dikemudikan Jack, Claire tersenyum sambil menatap steak daging kobe premium di pangkuannya. Sebenarnya Jack sudah memintanya untuk meletakkan steak itu di depan, tetapi Claire ingin memegangi steak itu. “Sampai kapan kamu akan menatapnya?”Claire menoleh sesaat pada Jack. Dia tidak mengatakan apa pun dan hanya melemparkan senyum sebagai jawabannya. Sesudah itu, dia kembali menatap oleh-oleh untuk Paman Bob dari tunangannya, Jack Roodenburg.“Bagaimana reaksi Ayah jika tahu bahwa kamu adalah Tuan Muda Roodenburg?”Jack tersenyum hangat. “Tunggu sampai aku memberikan kejutan untuknya besok. Karena satu hal, aku tidak bisa pergi makan malam bersamamu dan Paman Bob. Besok aku akan membuat jamuan di tempat tinggalku, khusus untuk si tukang kayu teladan!”Claire menyerongkan tubuhnya agar bisa lebih leluasa menghadap Jack. Dia baru menyadari satu hal. “Kamu belum mengatakan padaku, di mana sebenarnya kamu tinggal setelah pergi dari kos milik Ross.”“O, kalau begitu,
Claire menggigit bibirnya sambil berjalan mondar-mandir di dekat pintu. Sesekali dia berkacak pinggang ketika melihat ke depan, tidak ada siapa pun yang datang.“Claire, ini masih pagi. Udara pagi sangat baik ‘kan? Jadi berhentilah mondar-mandir di situ. Kamu menghalang-halangi udara segar untuk masuk ke rumah.” Paman Bob melanjutkan aktivitasnya membaca koran.Claire mendengus kesal. “Ayah, putrimu ini sedang cemas, tapi Ayah malah mencemaskan udara.”“Itu bukan hal baru. Kamu selalu cemas setiap hari. Padahal ini masih terlalu pagi. Memangnya siapa yang kamu tunggu? Sejak pagi kamu sudah rapi seperti bersiap mau pergi. Apa kamu ada lembur di King Pizza?”Claire tidak menyahut. Dia berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan saling bertaut erat. Matanya tidak berhenti memperhatikan jalan.Akan tetapi, beberapa detik kemudian, Claire berlari masuk ke dalam rumahnya. Dia duduk di samping sang ayah. Dia merangkul lengan ayahnya sambil menyandarkan kepala di pundak sang ayah.Tentu saja
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.