Share

Bab 144

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jack menghela napas panjang. Tidak mungkin baginya menceritakan tentang penyerangan dan penyergapan Donald Pasmod dan komplotannya. Dia tidak ingin mengontaminasi pikiran Claire dengan hal-hal semacam itu.

Jack menyalakan mesin mobil untuk melaju ke Steakhouse Prime. Beberapa saat tidak ada suara di dalam mobil. Baik dia maupun Claire sama-sama diam dalam suasana yang tidak nyaman.

Jika Jack diam memikirkan jawaban yang pas, Claire diam menunggu jawaban itu.

"Sebenarnya, aku menyelesaikan sesuatu yang semestinya aku bereskan," jawab Jack kemudian.

"Apa itu? Apa ada orang yang bersikap buruk padamu? Apa kamu terluka?" Claire memeriksa tubuh Jack dengan teliti.

"Ti-tidak, Claire. Aku baik-baik saja. Sudahlah, untuk apa membicarakan hari kemarin, sebaiknya kita bicarakan saja tentang reuni sekolahmu."

Merasa Jack tidak ingin menceritakan sesuatu yang terjadi kemarin, Claire berusaha untuk menekan rasa ingin tahunya. Mungkin saja hal itu memang bersifat privat dan tidak untuk diceritakan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 145

    "Jangan heran. Itu sangat wajar karena aku memang seorang tuan muda." Jack menjawab pertanyaan Claire sambil tersenyum. Jack jelas berkata jujur. Namun, tentu saja Claire tidak mempercayai ucapannya.Claire malah mencebik. "Kamu selalu bercanda. Jika diingat-ingat, belum pernah aku mendengar pelayan restoran memanggil pengunjung pria dengan sebutan tuan muda. Kalaupun ada, ya karena orang yang dipanggil memang berasal dari keluarga konglomerat. Rasanya aneh mendengar mereka memanggilmu tuan muda.""Aku jelaskan pun kamu tidak akan percaya."Claire melanjutkan lagi, "Menjadi semakin aneh karena mereka seperti tidak melihat keberadaanku. Mereka tidak memanggil atau menyapaku karena terlalu fokus menyambutmu, seolah-olah kamu ini orang penting dan berpengaruh saja. Apa karena setelan jas yang kamu sewa ini memang terlalu bagus ya? Mereka mengira kamu berasal dari keluarga kelas atas.""Mereka tidak menyapamu karena kamu diam saja. Sejak tadi hanya aku yang berbicara. Sudahlah Claire, ja

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 146

    "Tentu saja," jawab Jack mantap. "Memang itu kenyataannya," lanjutnya. Wajah Claire menjadi pucat seperti kertas. Dia menengok ke belakang untuk melihat penjaga pintu. Dadanya turun naik karena khawatir ucapan Jack terdengar oleh orang lain. "Jack, jangan sembarangan berbicara. Kamu kira keluarga Roodenburg akan diam saja jika ada orang lain yang mengaku-ngaku sebagai Tuan Muda Roodenburg?" Claire memegang kedua lengan Jack sebelum menatapnya lekat-lekat. "Dengar, Meskipun sampai detik ini wajah Tuan Muda Roodenburg belum diketahui oleh khalayak umum, jangan sekali-kali menyebut dirimu sebagai dirinya. Hal itu bisa membahayakan keselamatanmu. Iya kalau mereka melaporkanmu ke polisi, lalu kamu ditangkap dan dipenjara. Bagaimana kalau mereka bergerak sendiri, menculikmu dan melenyapkanmu?" "Jangan berpikir berlebihan, Claire. Aku-" "Aku mohon," ucap Claire menyela ucapan Jack. Dia menggeleng saat melanjutkan, "Jangan berbicara seperti itu lagi. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pad

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 147

    Jeremy berjalan memutari Claire dan Jack. "Sangat mengejutkan karena akhirnya kamu datang juga, Claire. Ya meskipun terlambat tidak masalah. Kedatanganmu di acara reuni ini saja sudah merupakan sejarah. Berkali-kali reuni diselenggarakan kamu tidak pernah datang dengan berbagai macam alasan." Jeremy berhenti kembali di depan Claire. "Sebagai temanmu, aku menjadi lega karena tahu bahwa kamu masih hidup dan cantik. Penampilanmu sangat mengesankan. Ada progres yang bagus dari penampilan Claire remaja di sekolah dahulu. Tapi, jujur saja penampilan kamu masih jauh di bawah penampilan pacarku." Dia menunjuk wanita di sampingnya. "Oh ya perkenalkan ini adalah pacarku, Jasmine Moores. Dia adalah seorang pengusaha muda di bidang biometrik. Jika kamu memerlukan akses kontrol, CCTV, fingerprint, atau semacamnya, kamu bisa menghubungi pacarku. Dia pasti akan mengirimkan karyawannya untuk menjelaskan barang-barang itu lebih detail lagi. Pacarku memang sangat luar biasa." Lalu, tanpa diminta, Jer

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 148

    Jeremy menjadi semakin senang melihat wajah Claire yang pucat seperti melihat hantu. Itu artinya, hal yang tidak baik memang sedang mereka tutup-tutupi. 'Kalian tidak akan bisa lolos dariku!' batin Jeremy tersenyum licik. "Sebenarnya jabatanku adalah -" Jack menghentikan kalimatnya karena di balik meja, Claire memegang tangannya, berusaha mencegahnya untuk berbicara.Melihat Jack menoleh pada Claire, Jeremy menjadi semakin bersemangat untuk mendesak Jack mengatakan yang sebenarnya."Tidak masalah Jack, kamu bisa mengatakannya. Tidak perlu merasa berkecil hati atau malu. Pekerjaan tetaplah pekerjaan. Pria sejati adalah mereka yang mau bekerja. Bagaimana kamu akan menghidupi Claire saat sudah menikah nanti jika tidak memiliki pekerjaan? Benar 'kan? Itu sebabnya pekerjaan apa pun sangatlah berharga."Pelipis Claire berkedut mendengar ucapan Jeremy yang terkesan sebagai orang paling bijak. Padahal mantannya itu hanya bermaksud untuk merendahkan Jack.'Apa dia pikir Jack-ku bodoh?' desis

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 149

    Untuk pertanyaan pancingan itu, Claire menjawab dengan wajah dan suara dingin, "Semua orang di Rhineland mengetahuinya."'Apalagi Tuan Jack! Tidak ada yang mengenal Tuan Muda Roodenburg lebih baik darinya.' Dalam diam, pelayan laki-laki ikut menjawab juga. Sejak tadi pelipisnya tidak berhenti berkedut karena menyaksikan kekonyolan yang sangat nyata."Dia pemuda yang sangat hebat. Sayang sekali aku tidak tahu manakah Tuan Muda Roodenburg di antara tamu undangan lainnya. Bahkan setelah menggelontorkan uang sebanyak itu, dia tidak menunjukkan diri di depan semua orang," ujar pacar Jeremy dengan penuh kekaguman."Tapi Claire," Jeremy mengambil jeda setelah mengejutkan Claire dengan panggilan mendadak yang dia lakukan. "Membicarakan tentang acara amal di Greenroad Villa, aku jadi teringat dengan satu hal.""Apa itu, Sayang?" Pacar Jeremy memberikan pancingan lainnya. "Entah bagaimana wajah Jack mengingatkanku pada seseorang di acara itu. Coba kamu perhatikan lagi wajah Jack, Sayang. Bukan

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 150

    Belum sampai Claire menyelesaikan dugaan di dalam hatinya, Jeremy telah memberikan pengumuman. "Pria ini adalah seorang kurir pengantar pizza!!" Sontak saja apa yang dikatakan oleh Jeremy itu membuat teman-teman kelas Claire berbisik. Mereka sangat terkejut karena penampilan Jack tidak terlihat seperti orang dari kalangan rendah. Sebaliknya apa yang dikenakan oleh Jack tampak sangat berkelas karena merupakan barang-barang bermerek dengan harga selangit. "Jeremy, itu tidak mungkin. Seorang kurir pengantar pizza tidak akan mampu membeli setelan jas dan sepatu sebagus itu. Apalagi jika kita melihat arloji yang digunakan. Gajiku selama satu tahun bahkan masih belum cukup untuk membeli arloji semewah itu." Eleanor mencoba membela Jack. Sebagai teman dekat Claire, dia tidak ingin pria yang dikenalkan sebagai tunangan temannya itu mendapat penghinaan seperti ini. Lebih dari itu, Eleanor tahu benar bahwa barang-barang yang dikenakan Jack adalah asli! "Jadi kamu tidak percaya pada pacarku?

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 151

    Semua orang menjadi tegang. Jika tidak ada yang merasa memesan semua hidangan itu, apa itu berarti mereka yang harus membayar tagihannya?Sungguh, mereka sangat ingin mencicipi kenikmatan steak premium. Akan tetapi, jika untuk itu mereka harus menghabiskan banyak uang, mereka bisa menekan keinginan mereka. Mereka bisa menelan kembali semua ludah yang mencuat dengan sendirinya karena membayangkan kenikmatan rasa steak premium.Namun, di tengah-tengah kegusaran yang melanda hati semua orang, satu kata yang terucap terdengar begitu merdu."Aku."Claire refleks menutup mulutnya yang menganga dengan tangan. Dia menatap Jack dengan mata berkaca-kaca akibat perasaannya yang campur aduk.Jack memang pernah memberikan steak keju premium padanya, tapi itu hanya satu porsi. Dan sekarang, ada puluhan bahkan ratusan porsi steak premium di hadapannya.'Jika ini benar, dengan apa kamu akan membayar ini semua, Jack?' batin Claire sambil menelan ludahnya dengan susah payah.Berbeda dengan Claire yang

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 152

    Claire yang semula menunduk sambil terus berusaha untuk menenangkan diri, kini mendongak demi melihat wajah Jack.‘Tuan Muda?’ Kening Claire berkerut.Dalam benak Claire terlintas kenbali percakapan antara dirinya dan Jack di depan pintu tadi. Jack dengan sangat yakin menyebut dirinya sebagai Tuan Muda Roodenburg. Jack bahkan hendak mengoreksi nama yang telah Claire sebutkan pada penjaga pintu. Namun, tidak satu pun dari ucapan Jack yang dia anggap serius. Semua terdengar seperti lelucon yang biasa disampaikan Jack untuk mencairkan suasana.‘Mungkinkah ...’Claire tidak berani meneruskan dugaannya. Dia memegangi dadanya untuk memastikan jantungnya masih tersimpan di sana. Claire tidak berhenti menatap wajah Jack yang tidak terus menyunggingkan senyum, melihat para pelayan melaksanakan perintahnya.Claire bukan satu-satunya orang di ruangan itu yang terkejut atas sikap para pelayan pada Jack. Tapi semua teman-temannya juga sangat kaget. Mereka semua bergeming duduk di kursi masing-mas

Bab terbaru

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 204

    Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 203

    Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 202

    Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 201

    Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 200

    Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 199

    Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 198

    “Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 197

    "Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 196

    Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.

DMCA.com Protection Status