"Tentu saja," jawab Jack mantap. "Memang itu kenyataannya," lanjutnya. Wajah Claire menjadi pucat seperti kertas. Dia menengok ke belakang untuk melihat penjaga pintu. Dadanya turun naik karena khawatir ucapan Jack terdengar oleh orang lain. "Jack, jangan sembarangan berbicara. Kamu kira keluarga Roodenburg akan diam saja jika ada orang lain yang mengaku-ngaku sebagai Tuan Muda Roodenburg?" Claire memegang kedua lengan Jack sebelum menatapnya lekat-lekat. "Dengar, Meskipun sampai detik ini wajah Tuan Muda Roodenburg belum diketahui oleh khalayak umum, jangan sekali-kali menyebut dirimu sebagai dirinya. Hal itu bisa membahayakan keselamatanmu. Iya kalau mereka melaporkanmu ke polisi, lalu kamu ditangkap dan dipenjara. Bagaimana kalau mereka bergerak sendiri, menculikmu dan melenyapkanmu?" "Jangan berpikir berlebihan, Claire. Aku-" "Aku mohon," ucap Claire menyela ucapan Jack. Dia menggeleng saat melanjutkan, "Jangan berbicara seperti itu lagi. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pad
Jeremy berjalan memutari Claire dan Jack. "Sangat mengejutkan karena akhirnya kamu datang juga, Claire. Ya meskipun terlambat tidak masalah. Kedatanganmu di acara reuni ini saja sudah merupakan sejarah. Berkali-kali reuni diselenggarakan kamu tidak pernah datang dengan berbagai macam alasan." Jeremy berhenti kembali di depan Claire. "Sebagai temanmu, aku menjadi lega karena tahu bahwa kamu masih hidup dan cantik. Penampilanmu sangat mengesankan. Ada progres yang bagus dari penampilan Claire remaja di sekolah dahulu. Tapi, jujur saja penampilan kamu masih jauh di bawah penampilan pacarku." Dia menunjuk wanita di sampingnya. "Oh ya perkenalkan ini adalah pacarku, Jasmine Moores. Dia adalah seorang pengusaha muda di bidang biometrik. Jika kamu memerlukan akses kontrol, CCTV, fingerprint, atau semacamnya, kamu bisa menghubungi pacarku. Dia pasti akan mengirimkan karyawannya untuk menjelaskan barang-barang itu lebih detail lagi. Pacarku memang sangat luar biasa." Lalu, tanpa diminta, Jer
Jeremy menjadi semakin senang melihat wajah Claire yang pucat seperti melihat hantu. Itu artinya, hal yang tidak baik memang sedang mereka tutup-tutupi. 'Kalian tidak akan bisa lolos dariku!' batin Jeremy tersenyum licik. "Sebenarnya jabatanku adalah -" Jack menghentikan kalimatnya karena di balik meja, Claire memegang tangannya, berusaha mencegahnya untuk berbicara.Melihat Jack menoleh pada Claire, Jeremy menjadi semakin bersemangat untuk mendesak Jack mengatakan yang sebenarnya."Tidak masalah Jack, kamu bisa mengatakannya. Tidak perlu merasa berkecil hati atau malu. Pekerjaan tetaplah pekerjaan. Pria sejati adalah mereka yang mau bekerja. Bagaimana kamu akan menghidupi Claire saat sudah menikah nanti jika tidak memiliki pekerjaan? Benar 'kan? Itu sebabnya pekerjaan apa pun sangatlah berharga."Pelipis Claire berkedut mendengar ucapan Jeremy yang terkesan sebagai orang paling bijak. Padahal mantannya itu hanya bermaksud untuk merendahkan Jack.'Apa dia pikir Jack-ku bodoh?' desis
Untuk pertanyaan pancingan itu, Claire menjawab dengan wajah dan suara dingin, "Semua orang di Rhineland mengetahuinya."'Apalagi Tuan Jack! Tidak ada yang mengenal Tuan Muda Roodenburg lebih baik darinya.' Dalam diam, pelayan laki-laki ikut menjawab juga. Sejak tadi pelipisnya tidak berhenti berkedut karena menyaksikan kekonyolan yang sangat nyata."Dia pemuda yang sangat hebat. Sayang sekali aku tidak tahu manakah Tuan Muda Roodenburg di antara tamu undangan lainnya. Bahkan setelah menggelontorkan uang sebanyak itu, dia tidak menunjukkan diri di depan semua orang," ujar pacar Jeremy dengan penuh kekaguman."Tapi Claire," Jeremy mengambil jeda setelah mengejutkan Claire dengan panggilan mendadak yang dia lakukan. "Membicarakan tentang acara amal di Greenroad Villa, aku jadi teringat dengan satu hal.""Apa itu, Sayang?" Pacar Jeremy memberikan pancingan lainnya. "Entah bagaimana wajah Jack mengingatkanku pada seseorang di acara itu. Coba kamu perhatikan lagi wajah Jack, Sayang. Bukan
Belum sampai Claire menyelesaikan dugaan di dalam hatinya, Jeremy telah memberikan pengumuman. "Pria ini adalah seorang kurir pengantar pizza!!" Sontak saja apa yang dikatakan oleh Jeremy itu membuat teman-teman kelas Claire berbisik. Mereka sangat terkejut karena penampilan Jack tidak terlihat seperti orang dari kalangan rendah. Sebaliknya apa yang dikenakan oleh Jack tampak sangat berkelas karena merupakan barang-barang bermerek dengan harga selangit. "Jeremy, itu tidak mungkin. Seorang kurir pengantar pizza tidak akan mampu membeli setelan jas dan sepatu sebagus itu. Apalagi jika kita melihat arloji yang digunakan. Gajiku selama satu tahun bahkan masih belum cukup untuk membeli arloji semewah itu." Eleanor mencoba membela Jack. Sebagai teman dekat Claire, dia tidak ingin pria yang dikenalkan sebagai tunangan temannya itu mendapat penghinaan seperti ini. Lebih dari itu, Eleanor tahu benar bahwa barang-barang yang dikenakan Jack adalah asli! "Jadi kamu tidak percaya pada pacarku?
Semua orang menjadi tegang. Jika tidak ada yang merasa memesan semua hidangan itu, apa itu berarti mereka yang harus membayar tagihannya?Sungguh, mereka sangat ingin mencicipi kenikmatan steak premium. Akan tetapi, jika untuk itu mereka harus menghabiskan banyak uang, mereka bisa menekan keinginan mereka. Mereka bisa menelan kembali semua ludah yang mencuat dengan sendirinya karena membayangkan kenikmatan rasa steak premium.Namun, di tengah-tengah kegusaran yang melanda hati semua orang, satu kata yang terucap terdengar begitu merdu."Aku."Claire refleks menutup mulutnya yang menganga dengan tangan. Dia menatap Jack dengan mata berkaca-kaca akibat perasaannya yang campur aduk.Jack memang pernah memberikan steak keju premium padanya, tapi itu hanya satu porsi. Dan sekarang, ada puluhan bahkan ratusan porsi steak premium di hadapannya.'Jika ini benar, dengan apa kamu akan membayar ini semua, Jack?' batin Claire sambil menelan ludahnya dengan susah payah.Berbeda dengan Claire yang
Claire yang semula menunduk sambil terus berusaha untuk menenangkan diri, kini mendongak demi melihat wajah Jack.‘Tuan Muda?’ Kening Claire berkerut.Dalam benak Claire terlintas kenbali percakapan antara dirinya dan Jack di depan pintu tadi. Jack dengan sangat yakin menyebut dirinya sebagai Tuan Muda Roodenburg. Jack bahkan hendak mengoreksi nama yang telah Claire sebutkan pada penjaga pintu. Namun, tidak satu pun dari ucapan Jack yang dia anggap serius. Semua terdengar seperti lelucon yang biasa disampaikan Jack untuk mencairkan suasana.‘Mungkinkah ...’Claire tidak berani meneruskan dugaannya. Dia memegangi dadanya untuk memastikan jantungnya masih tersimpan di sana. Claire tidak berhenti menatap wajah Jack yang tidak terus menyunggingkan senyum, melihat para pelayan melaksanakan perintahnya.Claire bukan satu-satunya orang di ruangan itu yang terkejut atas sikap para pelayan pada Jack. Tapi semua teman-temannya juga sangat kaget. Mereka semua bergeming duduk di kursi masing-mas
Melihat Mario Braxton memasuki ruangan, Jeremy segera bngkit dari duduknya untuk menyambut. Di belakangnya, Jessie juga turut menghampiri sang manajer.Hal itu berhasil menarik perhatian semua orang. Mereka melihat Jeremy yang membungkuk hormat sebelum berjabat tangan dengan Mario. Walaupun Mario beberapa tahun lebih muda darinya, Jeremy tetap bersikap sopan karena kesuksesan karier yang berhasil diraih oleh pemuda itu.“Siapa pemuda itu? Jeremy terlihat sangat sopan padanya,” komentar Eleanor.“Dia manajer di restoran ini,” jawab Jack.Teman Claire lainnya menanggapi, “Pantas saja Jeremy seperti itu. Sejak dulu sikap Jeremy pada orang lain memang sangat dipengaruhi oleh status, jabatan, dan kekuasaan orang itu. Jika dia berhadapan dengan orang yang dia anggap lemah ataupun miskin, dia pasti mulai kurang ajar. Semakin lemah dan miskin seseorang, semakin buruk juga perlakuan yang akan Jeremy berikan.”Jack hanya tersenyum tanpa berkomentar lebih jauh. Sementara itu, di dekat meja lain