Share

Kepergian Saina

Penulis: Yuniartinoor
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-05 12:46:17

Jam tiga pagi aku dikagetkan dengan ketukan pintu kamar berulang-ulang, ngantuk sekali, tapi apa daya aku harus tetap bangun.

"Geeza! Ageeza bangun, Sayang, ada tamu!" panggil Ibu.

"Tamu! Jam segini, siapa?" Aku bermonolog sambil mengucek-ngucek mataku yang sangat lengket. "Tamu siapa, Bu? inikan masih malam banget."

"Katanya Om-nya Saina!" Aku kaget dan langsung menoleh ke tempat tidur. Saina sudah tak ada di Sana, aku langsung berlari ke bawah.

"Maaf Om, Tante ... saya mengganggu malam-malam. Ini sangat gak sopan, tapi ini urgen."

"Urgen bagaimana maksudnya?" tanya Geeza panik.

"Saina kritis, Arumi akan membawanya ke Singapura, kamu bisa ikut saya ke Rumah Sakit, sekarang?"

"Bagaimana saya yakin kalau kamu Om-nya Saina?"

"Arumi dari satu jam lalu sudah coba menelpon tapi handphone kamu gak aktif, jadi saya disuruh ke sini. Saya dapat alamat kamu dari Mbak Meli di Pavilliun Anggrek," ucap Omnya Saina.

"Hmmm ... iya handphone-ku habis baterai. Okey! tunggu ya, aku ganti baju dulu!"

"Bu bangunin Gaza, suruh temenin Geeza!" titah Ayah.

"Iya, Yah."

Setelah ganti baju aku disusul Bang Gaza mengikuti Om-nya Saina menuju mobil.

"Hati-hati ya kalian! semoga Saina baik-baik saja."

"Makasih, tante." Laki-laki itu menyalami Ayah dan Ibu.

Abang melanjutkan tidurnya di jok belakang, sementara aku duduk di depan.

"Mas, kenapa Saina bisa kritis?" tanyaku.

"Oh, iya. Namaku Faiz, panggil saja Faiz. Aku kurang tau soal itu, yang jelas pihak Rumah sakit sudah tidak bisa memberikan lagi penangan pada Saina. Arumi keukeuh mau Saina dirawat. Akhirnya, Bang Sakti memutuskan akan membawa Saina ke Singapura."

"Tadi malam Saina tidur bersamaku, dari Rumah Sakit maksa ingin ikut tapi pas Mas datang dia sudah menghilang, tidak ada di tempat tidur."

"Saina ikut kamu?" Mas Faiz mengernyitkan dahinya.

"Iya, maaf Mas aku indigo. Sebulanan ini Saina mengikutiku, pertama kali ketemu Saina di Rumah Sakit. Sejak saat itu kita sering berkomunikasi."

Mas Faiz hanya menggangguk seperti meyakinkan dirinya tentang aku yang Indigo. 

Kami sampai di Rumah Sakit, Abang Gaza pamit ke toilet, sementara aku berlari ke ruangan Saina disusul oleh Mas Faiz.

Kak Rumi, Bang Sakti dan Budenya Saina sudah berkumpul di sana. Kak Rumi menangis di pelukanku, ia tak kuasa melihat kondisi Saina yang makin hari semakin kurus. Hanya peralatan medis yang membuatnya bertahan.

"Kakak mau kamu bertemu Saina dulu sebelum kami berobat, Za."

"Makasih kak, semoga semuanya berjalan lancar. Kakak, Abang dan Saina mudah-mudahan kembali dalam keadaan sehat. Geeza pasti do'a kan yang terbaik untuk semuanya," ucapku.

Gadis mungil itu dipindahkan menuju ambulans, masih dengan peralatan yang menempel di tubuhnya.

Aku seperti mimpi, tadi malam kita bertiga bersama dr. Doddy masih bercanda di atas motor. Pertanyaan-pertanyaan konyolnya yang tak bisa ku jawab ternyata sebuah perpisahan.

"Jangan nangis, Za!"

"Dokter!" dr. Doddy menyeka air mata di pipiku dengan telapak tangannya yang sedingin es.

"Geeza, kamu mau aku antar pulang atau mau ikut sampai bandara?" tawar Mas Faiz.

"Boleh aku ikut ke Bandara, Mas?"

"Boleh-lah ayo!" ajak mas Faiz.

Kasian Bang Gaza dia kelihatan sangat mengantuk. Aku menyuruhnya pulang dengan taksi online sementara Mas Faiz berjanji mengantarku pulang sekembalinya dari Bandara.

Dokter Doddy? Entahlah! Setelah menyeka air mataku dia menghilang, mungkin karena sudah menjelang subuh.

Aku bertiga di mobil, bersama Mas Faiz dan Bude, sedang Kak Rumi dan Bang Sakti di Ambulans.

Bukan saudara bahkan kenal juga baru sebulanan ini tapi aku merasa begitu dekat dengan Saina. Sakit sekali rasanya ketika melihat Saina dan kedua orangtuanya menghilang di pintu keberangkatan.

Aku duduk dan tiba-tiba saja menangis sesegukan.

"Sudah jangan menangis Suster, Saina pasti kembali, dia pasti sembuh."

Budenya Saina yang tak lain Kakak dari Kak Arumi, memelukku sambil menenangkan.

Mas Faiz yang tadi pergi saat aku menangis, kembali membawa dua botol air mineral, satu untuk Bude dan satu untukku.

"Minum dulu Suster, biar sedikit tenang."

Aku dan Bude menenggak air mineral tersebut, maklumlah sejak dari Rumah sakit kami belum sempat minum.

"Gimana Suster sudah tenang? Kita bisa pulang sekarang?" tanya Mas Faiz, akupun mengangguk pelan.

"Kamu antar Suster Geeza saja, Iz! Biar Kakak naik taksi, kasihan Suster sudah kelelahan sepertinya."

"Kakak gak apa-apa naik taksi?"

"Gak apa-apa, Iz, jangan khawatirkan Kakak."

"Ya sudah, Faiz carikan taksi dulu untuk kakak, baru antar Suster Ageeza pulang."

Setelah Bude Saina pulang, aku dan Mas Faiz juga pulang dari Bandara.

"Bude itu Kakaknya Mas Faiz toh?" tanyaku.

"Iya Kak Aruna Kakakku, sedang Arumi adikku, kami tiga bersaudara," jawab mas Faiz.

******

Untunglah hari ini aku libur jadi bisa beristirahat di Rumah. Tidak enak badan kurang tidur, kepala pusing karena terlalu lama menangis.

Aku sudah seperti zombi dengan rambut kusut dan kantung mata menghitam.

"Makan dulu Dek! Sudah jangan nangis terus nanti sakit." Abang membawa nampan berisi sarapan untukku.

"Makasih, Bang, Abang baik banget. Maaf ya semalam tidurnya jadi keganggu."

"Gak apa-apa Dek, mana mungkin Abang biarkan kamu pergi sama orang asing malam-malam," sahut Abang.

"Geeza sayang Abang," ucapku.

"Abang  juga. Abang ke kampus dulu ya, kamu hati-hati di rumah! Ibu lagi ke rumah tante dulu, katanya sih bentar. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Bang."

Handphone-ku bergetar ada nama Ayah tertera di sana.

"Hallo! Yah," sapaku.

"Kamu sudah pulang, Dek?"

"Sudah, Yah. Geeza sedang sarapan di kamar, tadi Abang buatkan."

"Alhamdulillah kalau gitu, memangnya Saina itu pasien kamu, Dek?" tanya ayah.

"Bukan, Yah. Aku kenal Saina dan Ibunya sebulan lalu, waktu pertama masuk kerja. Mereka baik Yah."

"Ya sudah jangan sedih, do'a kan yang terbaik buat Saina. Sekarang kamu istirahat. Assalamualaikum."

"Makasih Ayah, waalaikumsalam."

Baru saja akan merangkai mimpi,  terdengar lagi getaran handphone-ku dari atas nakas. Tanpa melihat siapa yang menghubungi, aku langsung menyambar benda pipih itu dan menjawab panggilan tersebut.

"Apa lagi Ayah, katanya Za di suruh istirahat?" cerocosku.

"Maaf Suster Ageeza, ini Faiz."

"Oh Mas Faiz, maaf. Barusan Ayah telpon jadi ...."

"Gak apa-apa ... suster saya mau menyampaikan pesan Arumi, selama di Singapura nomor handphone-nya di ganti. Saya sudah send nomornya, ada beberapa photo Saina juga, sudah saya send ke nomor Suster."

" Terima kasih, Mas. Maaf merepotkan, saya belum sempat baca-baca notif di handphone jadi belum sempat balas."

"Tak apa Suster, silakan lanjutkan istirahatnya, saya pamit Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam, Mas."

__________

Aku memang beruntung keluargaku sungguh menyayangiku, Ibu, Ayah, Abang. Hanya satu yang belum menghampiriku saat ini yaitu pasangan. 

Bukan tidak ada yang suka, aku juga pernah pacaran saat Sekolah Menengah Atas. Namun semenjak Sekolah Perawat aku memilih menjomblo agar fokus menempuh Pendidikan.

______

Setelah shalat Isya dan makan malam kami sekeluarga nonton TV sambil berbincang santai. Ayah dan Ibu suka menonton lawakan di TV begitupun aku dan Abang. 

Rasanya bahagia bisa berkumpul dan tertawa bersama. Hampir dua jam menonton TV mata lelah juga, tak kuat sekali mengantuk akupun berpamitan ke kamar.

Dokter Doddy sudah berada di dalam kamarku. Tatapan tajamnya seperti akan menghujam jantungku. Aku mencelos berusaha menghindari tatapan itu.

"Apa kamu ingin nasibku seperti Saina? Kamu mau aku di bawa Luar Negeri juga? kapan kamu menemuiku Geeza?" 

"Panjang banget pertanyaannya, Dok, sudah kaya soal ujian," candaku.

"Aku serius Geeza!"

"Hmmft ... Dokter sabar ya, tunggu Abang ngambil cuti. Ibu sama Ayah gak mungkin mengizinkan aku berangkat ke Ciwidey sendiri."

Dokter Doddy tak menjawab, dia berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan wajah cemberut. 

Ternyata orang dewasa juga lucu, saat marah wajahnya ditekuk seperti anak kecil  yang merengek minta dibelikan eskrim oleh Ibunya.

Bab terkait

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Mas Faiz

    Pikiranku terus melayang memikirkan keluhan dr. Doddy yang ingin segera kutengok. Apa tujuannya menggiringku ke Villa persembunyiannya? Ada rahasia apa? aku semakin penasaran.Setiap hari katanya, Dokter Tampan itu mengekorku mulai dari aku terbangun sampai tertidur. Mungkin saja, aku tak tahu pasti karena dia hanya menampakan dirinya padaku saat malam hari.Hari ini aku bekerja shift pagi, jam tiga sore tugasku selesai. Aku segera membereskan semua berkas-berkas di ruangan, baru saja keluar Paviliun terlihat Mas Faiz duduk di kursi tunggu.Mas Faiz berdiri dan tersenyum saat menyadari aku keluar dari Paviliun."Suster!" sapanya canggung."Ada apa Mas? Ada kabar tentang Saina?" tanyaku.Kami berjalan beriringan menuju loker."Enggak, belum ada kabar. Aku mampir, kebetulan habis dari Dokter gigi.""Bentar ya Mas, aku ambil tas dulu di loker."Mas Faiz menunggu di depan loker, lalu kami kembali berjalan menuju lobi.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Syukuran

    Azan Ashar aku sudah sampai di rumah, kembali dari kerja shift pagi. Kemarin aku sudah izin pada Ibu dan Ayah untuk menghadiri pengajian di rumah Saina."Harum sekali, Ibu buat apa?" tanyaku."Ibu buat brownis, pastel sama lemper. Nanti di bawa ya, lumayan buat cemilan setelah pengajian.""Makasih Bu, Ibu memang ter-the best."Aku memeluk Ibu yang tengah menata pastel kedalam Tupper w***."Sampaikan maaf Ibu gak bisa hadir, Ibu harus jaga sepupu mu, tante kan masih jaga mertuanya di Runah Sakit.""Iya, Bu. Nanti Geeza sampaikan."Selesai membuat kue untuk dibawa ke pengajian, Ibu memasak untuk makan malam kami.Ibu sudah pergi ke rumah tante di antar Ayah, sekarang tinggal aku dan Abang yang stay di rumah.Dreeet ... dreettt ...Sebuah pesan masuk di aplikasi berwarna hijau milikku."[Assalamualaikum, Ageeza siap-siap ya, aku jemput. Sekarang on the way.]"Ternyata pesan dari Mas Faiz.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kecelakaan

    Heran ... dari sekian banyak lelaki kenapa malah makhluk halus ini yang membuatku 'klepek-klepek'. Arwah aneh yang bucin dan kepo, level akut. Andai saja aku dan Dokter Doddy sama-sama manusia biasa pasti kami jadi pasangan yang sangat serasi, seorang Dokter Tampan dan perawat Cantik. Namun kenyataannya semua hanya khayalan yang tak mungkin jadi kenyataan.Sejak awal bertemu Dokter Doddy yakin jika aku bisa membangunkan tidur panjangnya, masa iya? Aku sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Iya ... aku memang indigo, tapi aku bukan paranormal atau pesulap, mana bisa membangunkan orang koma? Semua itu bukan kapasitasku. Hanya keajaiban yang bisa membangunkan orang koma.Koma adalah situasi darurat medis yang dialami seseorang ketika dalam keadaan tidak sadar. Ketidaksadaran yang disebabkan menurunnya aktivitas dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi. Meskipun dalam keadaan tidak sadar sebagian pasien yang mengalami koma masih bisa bernapas secara spontan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Princess

    "Maaf salah orang, Suster Ageeza masih di dalam, belum offer shift," Pak Reza yang sudah tidak berpakaian Dinas, menarikku keluar dari kerumunan."Pak Polisi? Ada apa, kok wartawan-wartawan itu mencariku?" tanyaku polos."Mereka mau cari berita tentang bayi yang semalam kita temukan di semak. Biar Komandan nanti yang jekaskan pada mereka. Ngadepin wartawan cape loh, Sus," jelasnya." O ... untung Pak Polisi cepat menarikku dari kerumunan, terima kasih, Pak!" ucapku."Sama-sama, cepet pulang. Kalau ada salah satu dari wartawan ke rumah, jangan kasih komentar apapun. Jawab saja tidak tahu!" titahnya."Baik, Pak."Aku berlalu menuju parkiran, sialnya mesin motorku mati. Aku kembali ke lobi menghampiri security untuk meminta bantuan."Kenapa balik lagi Suster!!" tegur Pak Polisi."Motorku mati, mau minta bantuan security buat nge-cek.""Lama!! Keburu wartawan-wartawan itu pada

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Cemburu

    Malam ini jenazah bu Farida akan di bawa oleh keluarganya begitupun bayi mungilnya yang malang.Bu Farida kembali menujukan wujudnya padaku tapi kali ini wajah Bu Farida sudah tidak menakutkan lagi. Beliau berterima kasih dengan seulas senyum di bibir pucatnya. Dia tersenyum sampai akhirnya menghilang di balik tembok Rumah Sakit.Kakek dan Nenek si bayi malang sempat menemuiku, mereka berdua sangat berterima kasih karena aku bisa menemukan Bayi bernama Raya itu di TKP kecelakaan. Sedih sekali melihatnya, Raya yang masih bayi sekarang harus tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah tidak muda lagi.******"Za, ada nasi sama minuman tuh, dari Bapak Polisi ganteng buat kamu.""Siapa San? Pak Reza?" sahutku."Aku gak tanya namanya siapa, males. Orangnya judes banget.""Hehe ... ya gak salah kalau judes ya dia, Pak Reza."Tak terasa waktu menunjukan setengah sebelas malam, setelah

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Nyut-nyutan

    Pagi-pagi sekali handphone ku sudah berbunyi berulang-ulang, ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan masuk di sana."[Assalamualaikum Suster, ini Reza. Motornya sudah diantar ya.]""[Suster belum bayar ongkosnya.]""[Ongkosnya harus di bayar, nanti malam.]"Gak sabaran banget nih Pak Polisi, pesannya belum di balas terus aja mengirim pesan."[ Waalaikumsalam, Pak Reza, maaf saya baru buka handphone. Berapa ongkos perbaikannya, Pak? Mohon maaf minta nomor rekening Bapak, saya akan transfer.]"Pesan itu centang dua, dengan cepat dia membalas kembali pesanku."[Saya gak mau ditransfer, nanti malam saya mampir ke Rumah Sakit.]""[Baiklah terserah Bapak, terima kasih sudah membantu.]""[Sama-sama Suster.]"Baru saja disimpan di atas nakas handphoneku sudah berdering lagi. Rupanya telepon dari Mas Faiz."Assalamualaikum,

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Meminta izin Ayah

    Mataku membola menatap Pak Reza, tanpa kompromi denganku tiba-tiba dia minta izin pada Ayah untuk dekat denganku."Ayah silakan saja. Selama ini, tak pernah melarang Geeza dekat dengan siapapun. Untuk Ayah, yang penting tidak membawa pengaruh buruk untuk Geeza."Sementara dia tersenyum sangat manis mendengar jawaban Ayah."Saya tidak akan mengecewakan, Om, Saya janji." Pak Reza kembali menyalami tangan Ayah. "Saya permisi, assalamualaikum.""Waalaikumsalam," Ayah langsung masuk Rumah sementara aku masih mematung di teras."Cepat masuk, Istirahat!""Kenapa?? Pak Reza ....." ucapku terputus."Sudah, Za, jangan tanya alasannya. Aku suka sama kamu, itu jawabannya."Seenaknya saja dia berlalu bersama taksi online yang membawanya meninggalkan halaman rumahku sementara jantungku hampir saja meledak karena kelakuannya._________Hatiku tak karuan, ada rasa bersal

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kembali ke Ciwidey

    Setelah kedatanganku hampir sebulan lalu Mas Deddy dan Mama Pak Dokter selalu bermimpi aneh. Pak Dokter datang ke mimpi mereka dan ingin aku yang merawatnya, dia menangis memandangi bunga kering yang kubingkai dalam frame silver yang aku berikan.Awalnya mereka hanya menganggap semua mimpi belaka, tapi ternyata mimpi itu datang setiap malam. Selama hampir tiga puluh hari berturut-turut."Maaf Mas, Bu, kalau untuk menjaga 24jam tidak mungkin. Aku bekerja di Rumah Sakit," jelasku."Bagaimana kalau dua hari sekali, Suster bisa?""Orang tuaku pasti khawatir. Tak akan ada izin pergi sendiri, Abang bekerja dan tidak akan selalu bisa mengantarku""Kami pasti bayar.""Bukan masalah bayaran, Bu. Saya ikhlas menolong Pak Dokter, bukan soal uang.""Mmm ... maaf sebelumnya, Mas, Bu saya punya saran. Bagaimana kalau dr. Doddy dipindah ke Bandung? jadi adik saya bisa tiap hari menengok.""Bagai

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16

Bab terbaru

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Mencoba untuk Ikhlas

    Setelah ini, Ageeza belum tahu untuk apa hidupnya. Gadis itu hanya berusaha untuk ikhlas dan bersahabat dengan takdir. Meratapi kepergian Mas Doddy begitu lama tak akan mengembalikannya. Ageeza masih bisa melihat makhluk lain yang kasat mata tapi entah mengapa ia tak pernah melihat Mas Doddy lagi? Dokter tampan itu seperti menjauh dan tak ingin menampakan lagi wujudnya pada Ageeza.Kekuasaan Sang Pencipta memang tidak akan pernah ada tandingannya, segala rencana dan mimpi Ageeza semuanya berubah seketika. Apalah artinya angan sepasang manusia dibanding Kuasa-Nya, bahkan bumi dan seluruh isinyapun bisa hancur dalam sekali tiupan saja.Hidup baru, semangat baru, mimpi dan harapan baru. Aggeza akan memulai lagi semuanya dari awal meniti kehidupan untuk mencapai semua asa yang selama ini ia angankan."Ceria sekali adik abang, mau kemana?" tanya Bang Gaza."Hari ini Geeza mau memulai semuanya dari awal lagi, Bang. Bukan Geeza melupakan Mas Doddy tapi Geeza mau

  • Dokter Tampan di Pavilliun   PoV Ageeza

    Entah berapa lama tak sadarkan diri, saat terbangun aku yang baru saja sadar tidak bisa melihat apapun. Sekeliling terasa gelap dan mata tak bisa melihat apapun. Aku berteriak histeris dan tidak bisa ditenangkan. Apa aku buta?"Istighfar, dek. Jangan teriak-teriak begini ... tenang ya, Abang disini jagain kamu." Bang Gaza berusaha menenangkan."Ibu mana, Bang? Kenapa Geeza gak bisa lihat Abang? Mata Geeza gelap, Bang, Geeza gak bisa melihat apapun," cerocosku."Ibu lagi Shalat dulu, benturan di kepalamu waktu kecelakaan sangat keras, Dek, syaraf yang ke mata terganggu jadi berakibat sama penglihatan kamu," terang Bang Gaza."Geeza mau ketemu Mas Doddy, Bang. Dia baik-baik saja, kan?" Aku penasaran.Bang Gaza tak menjawab, yang sekarang aku dengar malah suara Bang Reza. Bang Reza memeluk dan berbisik di telinga kalau aku tak perlu khawatir karena Mas Doddy baik-baik saja."Geeza gak bisa lihat, Abang!" keluhku pada Bang Reza, sambil men

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Keterpurukan

    Butuh waktu lama bagi Ageeza untuk sembuh, luka hatinya teramat dalam sehingga ia sulit untuk bangkit dan hidup normal seperti dulu. Ageeza yang begitu ceria dan cerewet kini cenderung lebih pendiam. Setiap hari setelah pulang bertugas ia lebih memilih mengurung diri di kamar dibanding berkumpul dengan keluarga atau teman-temannya yang lain. Seminggu sekali setiap hari jumat, Ageeza tak pernah absen datang ke makam Mas Doddy untuk mendoakan dan menaburkan bunga mawar putih kesukaan Ageeza di atas pusara laki-laki yang pernah ia sayangi itu."Sampai kapan kamu mau begini, Za?""Bang Reza!" Ageeza kaget melihat Bang Reza datang dan berjongkok tepat di sampingnya."Percayalah, Doddy tidak akan suka melihat kamu begini. Mana Ageeza yang Abang kenal? Ageeza yang cerewet, periang dan selalu ceria?"Ageeza tak menjawab sepatah katapun, gadis itu hanya menunduk sambil terus menitikan air matanya."Lihat Abang! Abang sayang sama kamu, b

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kenyataan yang Menyakitkan

    Telapak tangan Ageeza mengusap tanah merah itu, ini nyata, dia tidak bermimpi. Kedua Abangnya satu persatu dia pandangi dan spontan keduanya berhambur memeluk Ageeza dari kanan dan kiri."Kamu kuat, Dek. Jangan takut masih ada abang dan bang Reza yang akan menjaga dan menemanimu. Doddy sudah tenang, dia sudah bahagia di syurga," ucap bang Gaza, menenangkan.Ageeza meraba gundukan bunga yang sudah mulai mengering diatas pusara Mas Doddy, sambil sesekali ia usap nisan bertuliskan nama orang yang amat dia sayang itu.Remuk ... seluruh tulang di tubuhnya rasanya hancur. Semua rencana yang telah ia susun bersama Mas Doddy kini hanyalah sebuah angan, tak ada lagi pernikahan impian dan villa masa depan."Doddy tak seutuhnya pergi, Sayang ...," ucap Bang Reza.Ageeza berteriak! Tangisnya pecah, kenapa saat matanya bisa melihat harus ini yang ia lihat? Dia bahkan tak melihat Mas Doddy mengembuskan nafas terakhirnya.Hancur tak bersisa. Rasanya

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kematian Mas Doddy

    Ageeza berteriak histeris, sampai Ibu dan Bang Gaza harus menenangkannya. Setelah memberi minum Bang Gaza menyeka keringat di pelipis Geeza."Kamu cuma mimpi, Dek. Gak usah khawatir Doddy baik-baik saja, sekarang tidur lagi, ya!"Dengan napas yang masih memburu Ageeza menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, entah kenapa Ageeza merasa semuanya begitu nyata dan bukan sekedar mimpi.Sayup-sayup suara Ibunya melantunkan Ayat Suci mulai menenangkan perasaan Ageeza,Abang Gaza begitu yang begitu perhatian kembali memasangkan selimut hingga batas dada adiknya lalu ia cium kening Ageeza penuh sayang."Bismillah ... berdoa dulu, jadi nanti gak mimpi buruk lagi!" titah Bang Gaza.Ageeza membalas dengqn anggukan.Lantunan Ayat Suci yang Ibu baca dan elusan tangan Bang Gaza dipucuk kepalanya, mengantarka Ageeza kembali ke alam bawah sadarnya.*******Aggeza sudah bisa pul

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Gelap

    Dingin menusuk ketulang, kabut pagi ini juga begitu tebal karena gerimis. Jarak pandang jadi terganggu, belum lagi jalan arah Ciwidey yang relaif kecil. Sekitar beberapa kilo dari villa tiga motor yang mereka tumpangi masih beriiringan tapi setelah memasuki daerah yang lumayan berkabut mereka terpisah.Masih di kawasan jalan Kabupaten Bandung, entah masih mengantuk atau karena kabut tebal yang mengurangi jarak pandang. Motor yang Mas Doddy kendarai menabrak pembatas jalan dan terjatuh ke semak-semak yang berada tepat di bawah jalan raya.Saat itu Geeza berteriak sambil memeluk erat tubuh Mas Doddy sebelum mereka tergelincir kesemak-semak cukup dalam sekitar 5 sampai 6 meter dari atas jalan raya."Za ... Ageeza ....," panggil Mas Doddy parau.Mas Doddy terdengar beberapa kali memanggil nama Geeza sebelum akhirnya mereka berdua sama-sama tak sadarkan diri.Medan yang lumayan terjal dan kabut yang sangat tebal hari itu menyulitkan pe

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Api Unggun

    Hari sudah semakin gelap, berfoto ria sore ini disudahi. Mereka semua kembali menuju ke Villa, ke daerah perkebunan teh.Setibanya di villa dua orang pekerja Mas Doddy yang bertugas menjaga villa menyambut, Mang Burhan dan istrinya bi Marni membantu membawakan barang-barang mereka kedalam."Kayu bakar untuk api unggunnya sudah siap Den Doddy! Ayam sama ikannya juga sudah bibi kasih bumbu tinggal dibakar.""Iya, Mang. Terima kasih sekali."Di Villa ini ada empat buah kamar tapi tidak akan mereka pakai, karena mereka akan menghabiskan malam diluar sambil menikmati api unggun."Luas sekali, sejuk dan asri bikin betah ini mah," celetuk Bang Reza."Iya, Bang cocok buat semedi," canda bang Gaza.Maklum setiap hari aktivitas mereka berenam dihabiskan di pusat kota yang padat dan macet sana-sini. Di villa mereka merasa sangat nyaman, bisa merasakan tenangnya lingkungan sekitar sambil menikmati melodi alam dari su

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Touring

    Pagi hari setelah sarapan bersama Ageeza pergi ke Rumah Sakit diantar Mas Doddy. Saat mobil yang mengantar Ageeza berhenti tepat di depan lobi, Bang Reza sudah berdiri disana sepertinya sedang menunggu Ageeza.Ageeza turun disusul Mas Doddy yang juga ingin menyapa Bang Reza."'Apa kabar, Bang?" sapa mas Doddy."Baik, Dod. Gimana jalan-jalannya, gue liat di Medsos Geeza, tempat hang-out di Ciwidey keren-keren ternyata.""Seru, Bang. Kapan-kapan kita jalan ke Ciwidey, kita menginap di Villa main api unggun.""Boleh, tuh. Nanti gue jadwalkan.""Siaap, Bang! Gue duluan ya, belum pulang soalnya," pamit Mas Doddy."Oke, hati-hati di jalan," jawab Bang Reza.Ageeza menyalami tangan Mas Doddy sebelum dia pulang setelah itu baru memulai obrolan dengan Bang Reza.___Ternyata dari semalam Bang Reza mencoba menelpon tapi handphone Ageeza tak bisa dihubungi karena kehabisan bate

  • Dokter Tampan di Pavilliun   First Kiss

    Bangun tidur sudah ada bucket mawar putih di atas tempat tidur Ageeza. Dari bau parfum yang tercium dapat di pastikan Mas Doddy ada di sana. Masih dengan piyama Ageeza segera turun kelantai bawah."Yah, seperti ada bau parfum Mas Doddy, tapi orangnya gak ada?" tanya Ageeza pada ayah."Doddy ada di atas sedang menata pot-pot bunga sam Ibu. Doddy bawa banyak tanaman yang lagi pada viral itu, Ibu sampe girang tuh," jawab ayah."Hmmm ... Mas Doddy bisa aja ambil hatinya Ibu."Ageeza segera menyusul ke lantai paling atas tempat bunga-bunga dan burung-burung koleksi Ayah berada."Senangnya yang di bawain tanaman." Ageeza memeluk Ibu dari belakang."'Iya, dong. Calon mantu Ibu ini memang paling the best, tau saja kesukaan calon mertuanya.""Jangan terlalu dipuji, Bu. Nanti hidung mancung Mas Doddy terbang." Ageeza melepas pelukan di pinggang Ibu lalu mencium tangan Mas Doddy."Gimana ker

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status