Share

Syukuran

Author: Yuniartinoor
last update Last Updated: 2021-09-15 08:39:18

Azan Ashar aku sudah sampai di rumah, kembali dari kerja shift pagi. Kemarin aku sudah izin pada Ibu dan Ayah untuk menghadiri pengajian di rumah Saina.

"Harum sekali, Ibu buat apa?" tanyaku.

"Ibu buat brownis, pastel sama lemper. Nanti di bawa ya, lumayan buat cemilan setelah pengajian."

"Makasih Bu, Ibu memang ter-the best." 

Aku memeluk Ibu yang tengah menata pastel kedalam Tupper w***. 

"Sampaikan maaf Ibu gak bisa hadir, Ibu harus jaga sepupu mu, tante kan masih jaga mertuanya di Runah Sakit."

"Iya, Bu. Nanti Geeza sampaikan."

Selesai membuat kue untuk dibawa ke pengajian, Ibu memasak untuk makan malam kami.

Ibu sudah pergi ke rumah tante di antar Ayah, sekarang tinggal aku dan Abang yang stay di rumah.

Dreeet ... dreettt ...

Sebuah pesan masuk di aplikasi berwarna hijau milikku.

"[Assalamualaikum, Ageeza siap-siap ya, aku jemput. Sekarang on the way.]"

Ternyata pesan dari Mas Faiz.

"[Waalaikumsalam, hati-hati di jalan Mas.]"

Aku sudah berunding dengan Bang Gaza soal jadi model katalog, Abang kurang suka. Sesekali saja boleh tapi jangan dijadikan profesi, "kata Abang." 

Aku nurut saja, kalau keluarga gak mendukung ngapain juga.

Waktu menunjukan jam lima sore, suara klakson mobil terdengar dari halaman. Sudah pasti Mas Faiz, aku dibantu Abang membawa cemilan buatan Ibu keteras.

"Assalamualaikum, Bang," sapa Bang Faiz.

"Waalaikumsalam, ini ada sedikit cemilan buatan Ibu Mas. Maaf Ibu gak bisa hadir, Ibu sama Ayah sedang ada perlu ke rumah," sahut Abang.

"Gak apa-apa, Bang, jadi merepotkan Ibu begini."

Box makanan ditata rapi di jok belakang, aku duduk di depan bersama Mas Faiz.

"Abang jemput jam berapa, Dek?" tanya Abang.

"Gak usah Bang, jangan khawatir nanti Ageeza aku antar pulang."

"Oke kalau begitu, makasih ya! Hati-hati di jalan! Selow aja gak usah ngebut."

Kami sampai di rumah tepat Azan Magrib. Bude Aruna sudah menyambut di depan pintu.

"Terima kasih Suster sudah mau datang." 

Bude memelukku lalu aku mencium tangan bude takzim.

"Bude gak usah panggil Suster ini kan bukan di Rumah Sakit, panggil namaku saja."

"Ini kak, Ibunya Ageeza bikinin kue segala. Faiz jadi gak enak."

"Lumayan buat cemilan Bude, Ibu minta maaf gak bisa hadir soalnya jaga sepupu di rumah Tante."

Sebelum pengajian di mulai kami memutuskan untuk Sholat Magrib di Mushola sambil menunggu jamaah pengajian yang lain datang.

'Masha Allah'' melihat Mas Faiz setelah berwudhu membuat aku terpesona. Rambutnya yang sedikit basah dengan sisa air wudhu yang tersisa di wajah tampannya. Subhanallah ciptaan Allah yang maha sempurna.

Pengajian dimulai, antara jemaah laki-laki dan perempuan dipisah. Aku duduk bersama Bude Aruna dan dua anak gadisnya, sementara Mas Faiz di sebrang sana bersama suami Bude Aruna dan jamaah lain.

Sesekali aku mendapati mata Mas Faiz mencuri pandang ke arahku, aku jadi grogi dan berusaha membuang pandangan ke tempat lain.

Setelah pengajian selesai para jamaah menikmati jamuan dari tuan rumah.

"Kue buatan Ibu mbak Geeza enak ya Mah." 

"Iya sayang, ngomong-ngomong Mba Geeza punya pacar gak nih?" tanya bude Aruna.

"Hehe ... kenapa Bude tanya soal itu?" Aku malu.

"Ya kalau jomblo, 'kan Faiz ada kesempatan deketin mbak Geeza," celetuknya.

"Hah ...." Aku bingung dengan pertanyaan Bude. "Bude, aku kan jadi gak enak."

"Kenapa? Santai aja. Jujur, Arumi dan Bude suka sama Geeza. Kalau Allah mengizinkan kami ingin Faiz berjodoh dengan mbak," ucap Bude Aruna.

"Uhuk ... uhuk." 

Aku tersedak, dengan sigap Mas Faiz membawa segelas air putih untukku dari sebrang sana.

"Pelan-pelan makannya," ucap Mas Faiz sambil menepuk pelan punggung ku. Dari kejauhan terlihat Bude tersenyum kearah kami.

"Tuh kan, Kakak bilang apa. Kalian serasi sekali."

"Kakak!! Jangan bikin Faiz malu deh."

"Sudah saat nya kamu buka hati, Iz!" Bude melirik Mas Faiz sambil berlalu membawa nampan berisi piring kotor.

"Aku boleh pulang sekarang Mas?"

"Jadi gak enak, gak usah diambil hati kata-kata Kak Aruna. Dia dan Arumi memang pengen aku cepet-cepet dapat pasangan."

"Wajarlah Mas, mereka pasti ingin yang terbaik agar Mas bahagia."

Handphone Mas Faiz berdering ternyata panggilan dari Kak Arumi. Senang sekali mendengar perkembangan kondisi Saina yang perlahan membaik.

Tetiba Mas Faiz mendekat dan mengubah mode panggilan ke vidio call.

"Suster Ageeza juga ikut pengajian, Rum!"

"Alhamdulillah, terima kasih Suster sudah ikut mendoakan Saina," ucap kak Arumi dilayar pipih.

"Sama-sama, Kak, bagaimana kabar Kakak dan Bang Sakti sehat kan?"

"Alhamdulillah, Suster, kami baik."

"Udah Rum, Kakak mau anter Suster Ageeza pulang nanti kemalaman."

"Oke, Kak, hati-hati di jalan ya ... Assalamualaikum," pamit kak Arumi.

"Walaikumsallam."

Setelah berpamitan pada keluarga Mas Faiz, aku di antarkan pulang. Bude mengisi kembali tupper wa** milik Ibu dengan makanan buatannya, padahal sudah di larang tapi bude memaksa.

"Kata Arumi" Sekarang rambut Saina mulai rontok. "Aku gak tahu harus bawa dia berobat kemana lagi," keluh Mas Faiz

"Bukankah di Singapura itu Rumah Sakit bagus, Mas? Banyak orang kanker sembuh, berobat dari sana."

"Saina anak kecil, apa mungkin dia terus bertahan?"

"Kita berdo'a terus Mas jangan pernah putus, masalah hasilnya kita pasrahkan pada Allah."

"Terima kasih Geeza," ucap Mas Faiz.  

Pandagan Mas Faiz lurus ke depan sambil mengendalikan kemudi tanpa melihat ke arahku sedikitpun.

Abang sudah mondar-mandir di teras, dia tidak akan tenang kalau adik gadis nya belum pulang.

"Assalamualsikum,Bang, maaf Bang pulangnya kemalaman." Mas Faiz menyimpan barang bawaanku di atas meja.

"Terima kasih sudah antar, Mas, Geeza masuk duluan ya." Mas Faiz mengangguk.

  "Bisa ngobrol sebentar, Mas?" tanya Bang Gaza.

"Boleh," dua laki-laki dewasa itu duduk di teras sementara aku langsung masuk ke kamar.

"Maaf Mas Ageeza tidak bisa mengambil job pemotretan selanjutnya, kemarin karena mepet aja, gak ada model pengganti."

"Gak masalah Bang, aku tidak memaksa. Nanti biar aku yang ngobrol sama Pak Bachir, Abang jangan khawatir."

"Oke, makasih ya, Mas," ucap Bang Gaza.

"Sama-sama aku pamit Bang, sudah malam. Assalamualsikum."

"Waalaikumsallam, hati-hati di jalan Mas."

Malam ini udara terasa begitu dingin. Aku tidak mandi malam, hanya bersih-bersih sekedar cuci muka dan gosok gigi.

Setelah berganti pakaian aku mengambil handphone lalu membaringkan tubuh di tempat tidur.

"Duh kenapa lampu nya kerlap-kerlip? Apa rusak ya?" Aku mematikan sakelar tapi lampu kembali menyala. 

"Dokter! Jangan iseng deh. Aku cape mau istirahat, jangan main-main."

"Aku cemburu, Za, kenapa laki-laki tadi terus memandang kamu? Ingin rasanya matanya ku tu**k, ngelihatin kamu sampai gak ngedip-ngedip."

"Ngelihatin aku di mana sih, Dok? jangan lebay, Mas Faiz kan Om-nya Saina. Gak mungkin dia suka sama bocah kaya aku."

"Di studio foto, dia terus memandang foto kamu dari layar komputer."

"Lucu, ya iyalah, Dok. Mas Faiz kan owner celana jeans yang aku pake photo shoot kemarin."

"Pokoknya kamu milik aku, gak boleh ada yang lain!" tegasnya.

"Apaan sih, dasar hantu posesif."

"Terserah Dokter sajalah. Bebas! ya hantu mah, mau kek gimana juga. Untuk saat ini aku sama Mas Faiz gak ada hubungan apa-apa begitupun dengan Dokter kan?" tekanku.

"Kamu penyelamatku, Za, kamu yang akan membangunkan tidur panjangku. Menyembuhkan semua lukaku," ujar dr. Doddy.

"Semoga aku bisa, sekarang biarkan aku istirahat ya?" pintaku.

"Tidurlah, aku selalu menjaga di sampingmu meskipun kamu tak selalu melihatku."

"Dasar dokter bucin!" ejekku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ana Erliy
horor tp nggak serem, seru malah. Hai...aku hadir
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kecelakaan

    Heran ... dari sekian banyak lelaki kenapa malah makhluk halus ini yang membuatku 'klepek-klepek'. Arwah aneh yang bucin dan kepo, level akut. Andai saja aku dan Dokter Doddy sama-sama manusia biasa pasti kami jadi pasangan yang sangat serasi, seorang Dokter Tampan dan perawat Cantik. Namun kenyataannya semua hanya khayalan yang tak mungkin jadi kenyataan.Sejak awal bertemu Dokter Doddy yakin jika aku bisa membangunkan tidur panjangnya, masa iya? Aku sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Iya ... aku memang indigo, tapi aku bukan paranormal atau pesulap, mana bisa membangunkan orang koma? Semua itu bukan kapasitasku. Hanya keajaiban yang bisa membangunkan orang koma.Koma adalah situasi darurat medis yang dialami seseorang ketika dalam keadaan tidak sadar. Ketidaksadaran yang disebabkan menurunnya aktivitas dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi. Meskipun dalam keadaan tidak sadar sebagian pasien yang mengalami koma masih bisa bernapas secara spontan.

    Last Updated : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Princess

    "Maaf salah orang, Suster Ageeza masih di dalam, belum offer shift," Pak Reza yang sudah tidak berpakaian Dinas, menarikku keluar dari kerumunan."Pak Polisi? Ada apa, kok wartawan-wartawan itu mencariku?" tanyaku polos."Mereka mau cari berita tentang bayi yang semalam kita temukan di semak. Biar Komandan nanti yang jekaskan pada mereka. Ngadepin wartawan cape loh, Sus," jelasnya." O ... untung Pak Polisi cepat menarikku dari kerumunan, terima kasih, Pak!" ucapku."Sama-sama, cepet pulang. Kalau ada salah satu dari wartawan ke rumah, jangan kasih komentar apapun. Jawab saja tidak tahu!" titahnya."Baik, Pak."Aku berlalu menuju parkiran, sialnya mesin motorku mati. Aku kembali ke lobi menghampiri security untuk meminta bantuan."Kenapa balik lagi Suster!!" tegur Pak Polisi."Motorku mati, mau minta bantuan security buat nge-cek.""Lama!! Keburu wartawan-wartawan itu pada

    Last Updated : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Cemburu

    Malam ini jenazah bu Farida akan di bawa oleh keluarganya begitupun bayi mungilnya yang malang.Bu Farida kembali menujukan wujudnya padaku tapi kali ini wajah Bu Farida sudah tidak menakutkan lagi. Beliau berterima kasih dengan seulas senyum di bibir pucatnya. Dia tersenyum sampai akhirnya menghilang di balik tembok Rumah Sakit.Kakek dan Nenek si bayi malang sempat menemuiku, mereka berdua sangat berterima kasih karena aku bisa menemukan Bayi bernama Raya itu di TKP kecelakaan. Sedih sekali melihatnya, Raya yang masih bayi sekarang harus tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah tidak muda lagi.******"Za, ada nasi sama minuman tuh, dari Bapak Polisi ganteng buat kamu.""Siapa San? Pak Reza?" sahutku."Aku gak tanya namanya siapa, males. Orangnya judes banget.""Hehe ... ya gak salah kalau judes ya dia, Pak Reza."Tak terasa waktu menunjukan setengah sebelas malam, setelah

    Last Updated : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Nyut-nyutan

    Pagi-pagi sekali handphone ku sudah berbunyi berulang-ulang, ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan masuk di sana."[Assalamualaikum Suster, ini Reza. Motornya sudah diantar ya.]""[Suster belum bayar ongkosnya.]""[Ongkosnya harus di bayar, nanti malam.]"Gak sabaran banget nih Pak Polisi, pesannya belum di balas terus aja mengirim pesan."[ Waalaikumsalam, Pak Reza, maaf saya baru buka handphone. Berapa ongkos perbaikannya, Pak? Mohon maaf minta nomor rekening Bapak, saya akan transfer.]"Pesan itu centang dua, dengan cepat dia membalas kembali pesanku."[Saya gak mau ditransfer, nanti malam saya mampir ke Rumah Sakit.]""[Baiklah terserah Bapak, terima kasih sudah membantu.]""[Sama-sama Suster.]"Baru saja disimpan di atas nakas handphoneku sudah berdering lagi. Rupanya telepon dari Mas Faiz."Assalamualaikum,

    Last Updated : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Meminta izin Ayah

    Mataku membola menatap Pak Reza, tanpa kompromi denganku tiba-tiba dia minta izin pada Ayah untuk dekat denganku."Ayah silakan saja. Selama ini, tak pernah melarang Geeza dekat dengan siapapun. Untuk Ayah, yang penting tidak membawa pengaruh buruk untuk Geeza."Sementara dia tersenyum sangat manis mendengar jawaban Ayah."Saya tidak akan mengecewakan, Om, Saya janji." Pak Reza kembali menyalami tangan Ayah. "Saya permisi, assalamualaikum.""Waalaikumsalam," Ayah langsung masuk Rumah sementara aku masih mematung di teras."Cepat masuk, Istirahat!""Kenapa?? Pak Reza ....." ucapku terputus."Sudah, Za, jangan tanya alasannya. Aku suka sama kamu, itu jawabannya."Seenaknya saja dia berlalu bersama taksi online yang membawanya meninggalkan halaman rumahku sementara jantungku hampir saja meledak karena kelakuannya._________Hatiku tak karuan, ada rasa bersal

    Last Updated : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kembali ke Ciwidey

    Setelah kedatanganku hampir sebulan lalu Mas Deddy dan Mama Pak Dokter selalu bermimpi aneh. Pak Dokter datang ke mimpi mereka dan ingin aku yang merawatnya, dia menangis memandangi bunga kering yang kubingkai dalam frame silver yang aku berikan.Awalnya mereka hanya menganggap semua mimpi belaka, tapi ternyata mimpi itu datang setiap malam. Selama hampir tiga puluh hari berturut-turut."Maaf Mas, Bu, kalau untuk menjaga 24jam tidak mungkin. Aku bekerja di Rumah Sakit," jelasku."Bagaimana kalau dua hari sekali, Suster bisa?""Orang tuaku pasti khawatir. Tak akan ada izin pergi sendiri, Abang bekerja dan tidak akan selalu bisa mengantarku""Kami pasti bayar.""Bukan masalah bayaran, Bu. Saya ikhlas menolong Pak Dokter, bukan soal uang.""Mmm ... maaf sebelumnya, Mas, Bu saya punya saran. Bagaimana kalau dr. Doddy dipindah ke Bandung? jadi adik saya bisa tiap hari menengok.""Bagai

    Last Updated : 2021-10-16
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kepulangan Saina

    Beberapa hari yang lalu aku sudah menghubungi mas Faiz, menanyakan perihal gaun yang ia kirim untukku. Hari ini Pertunangan Keponakan Mas Faiz, putri sulung Bude Aruna, Mas Faiz memberikan gaun itu untuk acara malam ini.Alhamdulillah, kata Bude Aruna, Saina sudah siuman. Anak kecil yang berjuang melawan penyakitnya selama hampir dua tahun itu, bangun setelah koma hampir satu tahun. Lega rasanya mendengar kabar gembira itu, aku sudah tidak sabar menunggu gadis kecil itu kembali.Pantas saja dia tak pernah gentayangan lagi, biasanya dia berlari mengekor setiap langkahku di Rumah Sakit.Aku di jemput Mas Faiz setelah Maghrib, laki-laki berparas Arabian itu memindaiku dari atas hingga bawah, lalu ia lalu terlihat mengalihkan pandanga kearag lain."Maaf ya, Za, ini semua kerjaan Kak Aruna. Kak Aruna memang niat sekali menjodohkan kita," ujarnya."Kenapa minta maaf, Mas? Aku biasa saja, jodohkan sudah Allah atur

    Last Updated : 2021-10-18
  • Dokter Tampan di Pavilliun   Dokter Doddy Membuka Mata

    Pagi hari yang cerah, walaupun tak secerah perasaanku yang campur aduk. Masih sangat sedih karena baru ditinggal Saina dan kesal sekali sama sikap Pak ... eh ... Bang Reza, maksudnya."Dekkk! Sudah bangun belum?" teriak Bang Gaza diluar kamar."Sudah, Bang. Masuk saja."Setelah mandi aku berdiri di balkon menghirup udara pagi sambil melihat orang lalu-lalang di jalanan sekitar komplek."Mas Deddy barusan telpon, 'deal' , katanya, Mas Deddy dan Mamanya setuju untuk membawa dr.Doddy ke kota. Lagi nyari tempat dulu, nanti sudah dapat tempat tinggal kita dikabari lagi.""Serius, Bang? Alhamdulillah aku senang sekali mendengarnya.""Oh iya, Dek. Ini celana jeans dari Pak Bachir, bonus katanya sama t-shirt nya juga.""Ini kan baju bekas pemotretan waktu itu? Wah ... Pak Bachir dan Mas Faiz baik sekali.""Memang, makanya dikasih ke kamu.""Dasar, Pak Bachir. Tapi lumayan deh

    Last Updated : 2021-10-18

Latest chapter

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Mencoba untuk Ikhlas

    Setelah ini, Ageeza belum tahu untuk apa hidupnya. Gadis itu hanya berusaha untuk ikhlas dan bersahabat dengan takdir. Meratapi kepergian Mas Doddy begitu lama tak akan mengembalikannya. Ageeza masih bisa melihat makhluk lain yang kasat mata tapi entah mengapa ia tak pernah melihat Mas Doddy lagi? Dokter tampan itu seperti menjauh dan tak ingin menampakan lagi wujudnya pada Ageeza.Kekuasaan Sang Pencipta memang tidak akan pernah ada tandingannya, segala rencana dan mimpi Ageeza semuanya berubah seketika. Apalah artinya angan sepasang manusia dibanding Kuasa-Nya, bahkan bumi dan seluruh isinyapun bisa hancur dalam sekali tiupan saja.Hidup baru, semangat baru, mimpi dan harapan baru. Aggeza akan memulai lagi semuanya dari awal meniti kehidupan untuk mencapai semua asa yang selama ini ia angankan."Ceria sekali adik abang, mau kemana?" tanya Bang Gaza."Hari ini Geeza mau memulai semuanya dari awal lagi, Bang. Bukan Geeza melupakan Mas Doddy tapi Geeza mau

  • Dokter Tampan di Pavilliun   PoV Ageeza

    Entah berapa lama tak sadarkan diri, saat terbangun aku yang baru saja sadar tidak bisa melihat apapun. Sekeliling terasa gelap dan mata tak bisa melihat apapun. Aku berteriak histeris dan tidak bisa ditenangkan. Apa aku buta?"Istighfar, dek. Jangan teriak-teriak begini ... tenang ya, Abang disini jagain kamu." Bang Gaza berusaha menenangkan."Ibu mana, Bang? Kenapa Geeza gak bisa lihat Abang? Mata Geeza gelap, Bang, Geeza gak bisa melihat apapun," cerocosku."Ibu lagi Shalat dulu, benturan di kepalamu waktu kecelakaan sangat keras, Dek, syaraf yang ke mata terganggu jadi berakibat sama penglihatan kamu," terang Bang Gaza."Geeza mau ketemu Mas Doddy, Bang. Dia baik-baik saja, kan?" Aku penasaran.Bang Gaza tak menjawab, yang sekarang aku dengar malah suara Bang Reza. Bang Reza memeluk dan berbisik di telinga kalau aku tak perlu khawatir karena Mas Doddy baik-baik saja."Geeza gak bisa lihat, Abang!" keluhku pada Bang Reza, sambil men

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Keterpurukan

    Butuh waktu lama bagi Ageeza untuk sembuh, luka hatinya teramat dalam sehingga ia sulit untuk bangkit dan hidup normal seperti dulu. Ageeza yang begitu ceria dan cerewet kini cenderung lebih pendiam. Setiap hari setelah pulang bertugas ia lebih memilih mengurung diri di kamar dibanding berkumpul dengan keluarga atau teman-temannya yang lain. Seminggu sekali setiap hari jumat, Ageeza tak pernah absen datang ke makam Mas Doddy untuk mendoakan dan menaburkan bunga mawar putih kesukaan Ageeza di atas pusara laki-laki yang pernah ia sayangi itu."Sampai kapan kamu mau begini, Za?""Bang Reza!" Ageeza kaget melihat Bang Reza datang dan berjongkok tepat di sampingnya."Percayalah, Doddy tidak akan suka melihat kamu begini. Mana Ageeza yang Abang kenal? Ageeza yang cerewet, periang dan selalu ceria?"Ageeza tak menjawab sepatah katapun, gadis itu hanya menunduk sambil terus menitikan air matanya."Lihat Abang! Abang sayang sama kamu, b

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kenyataan yang Menyakitkan

    Telapak tangan Ageeza mengusap tanah merah itu, ini nyata, dia tidak bermimpi. Kedua Abangnya satu persatu dia pandangi dan spontan keduanya berhambur memeluk Ageeza dari kanan dan kiri."Kamu kuat, Dek. Jangan takut masih ada abang dan bang Reza yang akan menjaga dan menemanimu. Doddy sudah tenang, dia sudah bahagia di syurga," ucap bang Gaza, menenangkan.Ageeza meraba gundukan bunga yang sudah mulai mengering diatas pusara Mas Doddy, sambil sesekali ia usap nisan bertuliskan nama orang yang amat dia sayang itu.Remuk ... seluruh tulang di tubuhnya rasanya hancur. Semua rencana yang telah ia susun bersama Mas Doddy kini hanyalah sebuah angan, tak ada lagi pernikahan impian dan villa masa depan."Doddy tak seutuhnya pergi, Sayang ...," ucap Bang Reza.Ageeza berteriak! Tangisnya pecah, kenapa saat matanya bisa melihat harus ini yang ia lihat? Dia bahkan tak melihat Mas Doddy mengembuskan nafas terakhirnya.Hancur tak bersisa. Rasanya

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kematian Mas Doddy

    Ageeza berteriak histeris, sampai Ibu dan Bang Gaza harus menenangkannya. Setelah memberi minum Bang Gaza menyeka keringat di pelipis Geeza."Kamu cuma mimpi, Dek. Gak usah khawatir Doddy baik-baik saja, sekarang tidur lagi, ya!"Dengan napas yang masih memburu Ageeza menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, entah kenapa Ageeza merasa semuanya begitu nyata dan bukan sekedar mimpi.Sayup-sayup suara Ibunya melantunkan Ayat Suci mulai menenangkan perasaan Ageeza,Abang Gaza begitu yang begitu perhatian kembali memasangkan selimut hingga batas dada adiknya lalu ia cium kening Ageeza penuh sayang."Bismillah ... berdoa dulu, jadi nanti gak mimpi buruk lagi!" titah Bang Gaza.Ageeza membalas dengqn anggukan.Lantunan Ayat Suci yang Ibu baca dan elusan tangan Bang Gaza dipucuk kepalanya, mengantarka Ageeza kembali ke alam bawah sadarnya.*******Aggeza sudah bisa pul

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Gelap

    Dingin menusuk ketulang, kabut pagi ini juga begitu tebal karena gerimis. Jarak pandang jadi terganggu, belum lagi jalan arah Ciwidey yang relaif kecil. Sekitar beberapa kilo dari villa tiga motor yang mereka tumpangi masih beriiringan tapi setelah memasuki daerah yang lumayan berkabut mereka terpisah.Masih di kawasan jalan Kabupaten Bandung, entah masih mengantuk atau karena kabut tebal yang mengurangi jarak pandang. Motor yang Mas Doddy kendarai menabrak pembatas jalan dan terjatuh ke semak-semak yang berada tepat di bawah jalan raya.Saat itu Geeza berteriak sambil memeluk erat tubuh Mas Doddy sebelum mereka tergelincir kesemak-semak cukup dalam sekitar 5 sampai 6 meter dari atas jalan raya."Za ... Ageeza ....," panggil Mas Doddy parau.Mas Doddy terdengar beberapa kali memanggil nama Geeza sebelum akhirnya mereka berdua sama-sama tak sadarkan diri.Medan yang lumayan terjal dan kabut yang sangat tebal hari itu menyulitkan pe

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Api Unggun

    Hari sudah semakin gelap, berfoto ria sore ini disudahi. Mereka semua kembali menuju ke Villa, ke daerah perkebunan teh.Setibanya di villa dua orang pekerja Mas Doddy yang bertugas menjaga villa menyambut, Mang Burhan dan istrinya bi Marni membantu membawakan barang-barang mereka kedalam."Kayu bakar untuk api unggunnya sudah siap Den Doddy! Ayam sama ikannya juga sudah bibi kasih bumbu tinggal dibakar.""Iya, Mang. Terima kasih sekali."Di Villa ini ada empat buah kamar tapi tidak akan mereka pakai, karena mereka akan menghabiskan malam diluar sambil menikmati api unggun."Luas sekali, sejuk dan asri bikin betah ini mah," celetuk Bang Reza."Iya, Bang cocok buat semedi," canda bang Gaza.Maklum setiap hari aktivitas mereka berenam dihabiskan di pusat kota yang padat dan macet sana-sini. Di villa mereka merasa sangat nyaman, bisa merasakan tenangnya lingkungan sekitar sambil menikmati melodi alam dari su

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Touring

    Pagi hari setelah sarapan bersama Ageeza pergi ke Rumah Sakit diantar Mas Doddy. Saat mobil yang mengantar Ageeza berhenti tepat di depan lobi, Bang Reza sudah berdiri disana sepertinya sedang menunggu Ageeza.Ageeza turun disusul Mas Doddy yang juga ingin menyapa Bang Reza."'Apa kabar, Bang?" sapa mas Doddy."Baik, Dod. Gimana jalan-jalannya, gue liat di Medsos Geeza, tempat hang-out di Ciwidey keren-keren ternyata.""Seru, Bang. Kapan-kapan kita jalan ke Ciwidey, kita menginap di Villa main api unggun.""Boleh, tuh. Nanti gue jadwalkan.""Siaap, Bang! Gue duluan ya, belum pulang soalnya," pamit Mas Doddy."Oke, hati-hati di jalan," jawab Bang Reza.Ageeza menyalami tangan Mas Doddy sebelum dia pulang setelah itu baru memulai obrolan dengan Bang Reza.___Ternyata dari semalam Bang Reza mencoba menelpon tapi handphone Ageeza tak bisa dihubungi karena kehabisan bate

  • Dokter Tampan di Pavilliun   First Kiss

    Bangun tidur sudah ada bucket mawar putih di atas tempat tidur Ageeza. Dari bau parfum yang tercium dapat di pastikan Mas Doddy ada di sana. Masih dengan piyama Ageeza segera turun kelantai bawah."Yah, seperti ada bau parfum Mas Doddy, tapi orangnya gak ada?" tanya Ageeza pada ayah."Doddy ada di atas sedang menata pot-pot bunga sam Ibu. Doddy bawa banyak tanaman yang lagi pada viral itu, Ibu sampe girang tuh," jawab ayah."Hmmm ... Mas Doddy bisa aja ambil hatinya Ibu."Ageeza segera menyusul ke lantai paling atas tempat bunga-bunga dan burung-burung koleksi Ayah berada."Senangnya yang di bawain tanaman." Ageeza memeluk Ibu dari belakang."'Iya, dong. Calon mantu Ibu ini memang paling the best, tau saja kesukaan calon mertuanya.""Jangan terlalu dipuji, Bu. Nanti hidung mancung Mas Doddy terbang." Ageeza melepas pelukan di pinggang Ibu lalu mencium tangan Mas Doddy."Gimana ker

DMCA.com Protection Status