Ageeza berteriak histeris, sampai Ibu dan Bang Gaza harus menenangkannya. Setelah memberi minum Bang Gaza menyeka keringat di pelipis Geeza.
"Kamu cuma mimpi, Dek. Gak usah khawatir Doddy baik-baik saja, sekarang tidur lagi, ya!"Dengan napas yang masih memburu Ageeza menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, entah kenapa Ageeza merasa semuanya begitu nyata dan bukan sekedar mimpi.
Sayup-sayup suara Ibunya melantunkan Ayat Suci mulai menenangkan perasaan Ageeza,Abang Gaza begitu yang begitu perhatian kembali memasangkan selimut hingga batas dada adiknya lalu ia cium kening Ageeza penuh sayang.
"Bismillah ... berdoa dulu, jadi nanti gak mimpi buruk lagi!" titah Bang Gaza.Ageeza membalas dengqn anggukan.
Lantunan Ayat Suci yang Ibu baca dan elusan tangan Bang Gaza dipucuk kepalanya, mengantarka Ageeza kembali ke alam bawah sadarnya.*******Aggeza sudah bisa pul
Telapak tangan Ageeza mengusap tanah merah itu, ini nyata, dia tidak bermimpi. Kedua Abangnya satu persatu dia pandangi dan spontan keduanya berhambur memeluk Ageeza dari kanan dan kiri."Kamu kuat, Dek. Jangan takut masih ada abang dan bang Reza yang akan menjaga dan menemanimu. Doddy sudah tenang, dia sudah bahagia di syurga," ucap bang Gaza, menenangkan.Ageeza meraba gundukan bunga yang sudah mulai mengering diatas pusara Mas Doddy, sambil sesekali ia usap nisan bertuliskan nama orang yang amat dia sayang itu.Remuk ... seluruh tulang di tubuhnya rasanya hancur. Semua rencana yang telah ia susun bersama Mas Doddy kini hanyalah sebuah angan, tak ada lagi pernikahan impian dan villa masa depan."Doddy tak seutuhnya pergi, Sayang ...," ucap Bang Reza.Ageeza berteriak! Tangisnya pecah, kenapa saat matanya bisa melihat harus ini yang ia lihat? Dia bahkan tak melihat Mas Doddy mengembuskan nafas terakhirnya.Hancur tak bersisa. Rasanya
Butuh waktu lama bagi Ageeza untuk sembuh, luka hatinya teramat dalam sehingga ia sulit untuk bangkit dan hidup normal seperti dulu. Ageeza yang begitu ceria dan cerewet kini cenderung lebih pendiam. Setiap hari setelah pulang bertugas ia lebih memilih mengurung diri di kamar dibanding berkumpul dengan keluarga atau teman-temannya yang lain. Seminggu sekali setiap hari jumat, Ageeza tak pernah absen datang ke makam Mas Doddy untuk mendoakan dan menaburkan bunga mawar putih kesukaan Ageeza di atas pusara laki-laki yang pernah ia sayangi itu."Sampai kapan kamu mau begini, Za?""Bang Reza!" Ageeza kaget melihat Bang Reza datang dan berjongkok tepat di sampingnya."Percayalah, Doddy tidak akan suka melihat kamu begini. Mana Ageeza yang Abang kenal? Ageeza yang cerewet, periang dan selalu ceria?"Ageeza tak menjawab sepatah katapun, gadis itu hanya menunduk sambil terus menitikan air matanya."Lihat Abang! Abang sayang sama kamu, b
Entah berapa lama tak sadarkan diri, saat terbangun aku yang baru saja sadar tidak bisa melihat apapun. Sekeliling terasa gelap dan mata tak bisa melihat apapun. Aku berteriak histeris dan tidak bisa ditenangkan. Apa aku buta?"Istighfar, dek. Jangan teriak-teriak begini ... tenang ya, Abang disini jagain kamu." Bang Gaza berusaha menenangkan."Ibu mana, Bang? Kenapa Geeza gak bisa lihat Abang? Mata Geeza gelap, Bang, Geeza gak bisa melihat apapun," cerocosku."Ibu lagi Shalat dulu, benturan di kepalamu waktu kecelakaan sangat keras, Dek, syaraf yang ke mata terganggu jadi berakibat sama penglihatan kamu," terang Bang Gaza."Geeza mau ketemu Mas Doddy, Bang. Dia baik-baik saja, kan?" Aku penasaran.Bang Gaza tak menjawab, yang sekarang aku dengar malah suara Bang Reza. Bang Reza memeluk dan berbisik di telinga kalau aku tak perlu khawatir karena Mas Doddy baik-baik saja."Geeza gak bisa lihat, Abang!" keluhku pada Bang Reza, sambil men
Setelah ini, Ageeza belum tahu untuk apa hidupnya. Gadis itu hanya berusaha untuk ikhlas dan bersahabat dengan takdir. Meratapi kepergian Mas Doddy begitu lama tak akan mengembalikannya. Ageeza masih bisa melihat makhluk lain yang kasat mata tapi entah mengapa ia tak pernah melihat Mas Doddy lagi? Dokter tampan itu seperti menjauh dan tak ingin menampakan lagi wujudnya pada Ageeza.Kekuasaan Sang Pencipta memang tidak akan pernah ada tandingannya, segala rencana dan mimpi Ageeza semuanya berubah seketika. Apalah artinya angan sepasang manusia dibanding Kuasa-Nya, bahkan bumi dan seluruh isinyapun bisa hancur dalam sekali tiupan saja.Hidup baru, semangat baru, mimpi dan harapan baru. Aggeza akan memulai lagi semuanya dari awal meniti kehidupan untuk mencapai semua asa yang selama ini ia angankan."Ceria sekali adik abang, mau kemana?" tanya Bang Gaza."Hari ini Geeza mau memulai semuanya dari awal lagi, Bang. Bukan Geeza melupakan Mas Doddy tapi Geeza mau
Ini hari pertama aku bertugas sebagai Perawat di Rumah Sakit umum Daerah milik Pemerintah. Aku masuk shift malam, rencananya jam sembilan baru akan berangkat dari rumah.Ibu begitu exited menyiapkan air minum dan bekal untukku, jadi seperti anak TK dengan tas berisi berbagai bekal makanan. Dengan scooter matic putih hadiah ulang tahun dari Ayah aku membelah keheningan malam.Alunan musik dari earphone menemani perjalanan malamku menuju tempat kerja. Hampir setengah jam waktu yang dihabiskan hingga sampai di parkiran Rumah Sakit. Suasana begitu hening dan sepi, aku sedikit berlari menuju loker. Kerja shift malam membuat was-was, takut jika nanti aku yang indigo melihat hal-hal aneh atau menakutkan.Di Pavilliun melati aku sudah mulai mendapati kejanggalan, seorang gadis kecil dari tadi mengikuti. Penasaran ingin menoleh tapi belum sempat berbalik, sebuah tangan kekar dengan sigap menarik tanganku."Bantu aku!" ucapnya dengan suara parau.
Aku masih penasaran dengan gadis manis yang terus menguntitku kemarin malam. Jam tujuh pagi waktu kerja usai, aku hampiri ruangan tempat gadis kecil itu dirawat. Tak berani masuk, hanya mengintip di celah kecil yang berada di pintu ruangan."Suster mau periksa? masuk saja!" tegur seorang ibu."Enggak, Bu. Saya cuma mau lihat ade yang sakit itu, saya seperti pernah melihat ... tapi lupa di mana." Aku berpura-pura karena penasaran."Iya, mungkin suster pernah merawatnya. Saina sudah dua bulan koma. Dokter juga sudah pasrah, tapi maminya maksa ingin Saina tetap di rawat. Maminya berharap anak manisnya bisa cepet bangun tapi ...." Ibu tersebut tak sanggup berkata lagi malah sesegukan menangis."Maaf, Bu. Saya malah buat Ibu sedih," ucapku."Apalagi Maminya, saya saja bude-nya sudah gak tega melihat kondisi Saina.""Mudah-mudahan Saina cepet sembuh, Bu. Maaf sudah nenganggu, saya permisi, Assalamualaikum," pamitku."Waalaikumsalam."
Aku bingung bagaimana cara menyampaikan pesan Saina untuk Maminya. Harus benar-benar tepat penyampaiannya, kalau aku salah sedikit saja aku bisa di sangka orang gak war*s. Apa mungkin orang tua Saina percaya aku bisa berkomunikasi dengan anaknya? zaman sekarang kadang orang sudah tidak percaya hal-hal begini."De, ngapain kamu mundar-mandir sudah seperti setrikaan, Abang pusing tau lihatnya." keluh abangku."Abang usil banget sih suka-suka Geeza.""Cerita donk ke Abang, kenapa? Nanti Abang bantu.""Serius Bang?" Abang mengangguk. Akupun menceritak apa yang sedari tadi membuatku bingung dan galau beuud."Ya menurut Abang sih ceritakan saja semuanya sampaikan sedetail mungkin, itu 'kan amanat dari Saina. Perihal nanti mereka percaya apa enggak kamu gak usah pikirkan, Dek.""Gitu ya Bang, makasih ya Abang sayang," ucapku.Aku segera berlari ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap, hari ini shift kerja jam tiga sore sampai jam sebelas malam
Aku langsung menyalakan lampu dan berlari keluar membuka pintu."Baang! Abang buka pintunya.""Apaan sih, Dek, malam-malam gini berisik?""Bang, Geeza nginep di kamar Abang, ya.""Ngapain sih udah gede juga, sempit ah, di bawah saja sama ibu.""Masa bertiga sama ayah? Aku tidur di sofa aja Bang gak di kasur, ya Bang? aku takut banget, Bang!" rengekku."Ya sudah, boleh tapi jagan ngorok!""Enggak Bang, Geeza janji."Aku mengambil posisi ternyaman di sofa yang berada di kamar Abang Gaza. Masih mengatur nafas yang ngos-ngosan akibat kejadian tadi, aku jadi berfikir kalau dr. Doddy memang hantu. Ya, aku suka cowok tampan tapi kalau tiba-tiba wajahnya muncul di hadapanku malam-malam, 'kan gak lucu gaeess."Tuh kan ah, lu ganggu dek, berisik komat-kamit mulu bukannya tidur.""Diem Bang, aku lagi baca doa biar bisa tidur!"*****Gara-gara semalam gak bisa tidur kepalaku pusing sekali, sehabis Shalat S
Setelah ini, Ageeza belum tahu untuk apa hidupnya. Gadis itu hanya berusaha untuk ikhlas dan bersahabat dengan takdir. Meratapi kepergian Mas Doddy begitu lama tak akan mengembalikannya. Ageeza masih bisa melihat makhluk lain yang kasat mata tapi entah mengapa ia tak pernah melihat Mas Doddy lagi? Dokter tampan itu seperti menjauh dan tak ingin menampakan lagi wujudnya pada Ageeza.Kekuasaan Sang Pencipta memang tidak akan pernah ada tandingannya, segala rencana dan mimpi Ageeza semuanya berubah seketika. Apalah artinya angan sepasang manusia dibanding Kuasa-Nya, bahkan bumi dan seluruh isinyapun bisa hancur dalam sekali tiupan saja.Hidup baru, semangat baru, mimpi dan harapan baru. Aggeza akan memulai lagi semuanya dari awal meniti kehidupan untuk mencapai semua asa yang selama ini ia angankan."Ceria sekali adik abang, mau kemana?" tanya Bang Gaza."Hari ini Geeza mau memulai semuanya dari awal lagi, Bang. Bukan Geeza melupakan Mas Doddy tapi Geeza mau
Entah berapa lama tak sadarkan diri, saat terbangun aku yang baru saja sadar tidak bisa melihat apapun. Sekeliling terasa gelap dan mata tak bisa melihat apapun. Aku berteriak histeris dan tidak bisa ditenangkan. Apa aku buta?"Istighfar, dek. Jangan teriak-teriak begini ... tenang ya, Abang disini jagain kamu." Bang Gaza berusaha menenangkan."Ibu mana, Bang? Kenapa Geeza gak bisa lihat Abang? Mata Geeza gelap, Bang, Geeza gak bisa melihat apapun," cerocosku."Ibu lagi Shalat dulu, benturan di kepalamu waktu kecelakaan sangat keras, Dek, syaraf yang ke mata terganggu jadi berakibat sama penglihatan kamu," terang Bang Gaza."Geeza mau ketemu Mas Doddy, Bang. Dia baik-baik saja, kan?" Aku penasaran.Bang Gaza tak menjawab, yang sekarang aku dengar malah suara Bang Reza. Bang Reza memeluk dan berbisik di telinga kalau aku tak perlu khawatir karena Mas Doddy baik-baik saja."Geeza gak bisa lihat, Abang!" keluhku pada Bang Reza, sambil men
Butuh waktu lama bagi Ageeza untuk sembuh, luka hatinya teramat dalam sehingga ia sulit untuk bangkit dan hidup normal seperti dulu. Ageeza yang begitu ceria dan cerewet kini cenderung lebih pendiam. Setiap hari setelah pulang bertugas ia lebih memilih mengurung diri di kamar dibanding berkumpul dengan keluarga atau teman-temannya yang lain. Seminggu sekali setiap hari jumat, Ageeza tak pernah absen datang ke makam Mas Doddy untuk mendoakan dan menaburkan bunga mawar putih kesukaan Ageeza di atas pusara laki-laki yang pernah ia sayangi itu."Sampai kapan kamu mau begini, Za?""Bang Reza!" Ageeza kaget melihat Bang Reza datang dan berjongkok tepat di sampingnya."Percayalah, Doddy tidak akan suka melihat kamu begini. Mana Ageeza yang Abang kenal? Ageeza yang cerewet, periang dan selalu ceria?"Ageeza tak menjawab sepatah katapun, gadis itu hanya menunduk sambil terus menitikan air matanya."Lihat Abang! Abang sayang sama kamu, b
Telapak tangan Ageeza mengusap tanah merah itu, ini nyata, dia tidak bermimpi. Kedua Abangnya satu persatu dia pandangi dan spontan keduanya berhambur memeluk Ageeza dari kanan dan kiri."Kamu kuat, Dek. Jangan takut masih ada abang dan bang Reza yang akan menjaga dan menemanimu. Doddy sudah tenang, dia sudah bahagia di syurga," ucap bang Gaza, menenangkan.Ageeza meraba gundukan bunga yang sudah mulai mengering diatas pusara Mas Doddy, sambil sesekali ia usap nisan bertuliskan nama orang yang amat dia sayang itu.Remuk ... seluruh tulang di tubuhnya rasanya hancur. Semua rencana yang telah ia susun bersama Mas Doddy kini hanyalah sebuah angan, tak ada lagi pernikahan impian dan villa masa depan."Doddy tak seutuhnya pergi, Sayang ...," ucap Bang Reza.Ageeza berteriak! Tangisnya pecah, kenapa saat matanya bisa melihat harus ini yang ia lihat? Dia bahkan tak melihat Mas Doddy mengembuskan nafas terakhirnya.Hancur tak bersisa. Rasanya
Ageeza berteriak histeris, sampai Ibu dan Bang Gaza harus menenangkannya. Setelah memberi minum Bang Gaza menyeka keringat di pelipis Geeza."Kamu cuma mimpi, Dek. Gak usah khawatir Doddy baik-baik saja, sekarang tidur lagi, ya!"Dengan napas yang masih memburu Ageeza menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, entah kenapa Ageeza merasa semuanya begitu nyata dan bukan sekedar mimpi.Sayup-sayup suara Ibunya melantunkan Ayat Suci mulai menenangkan perasaan Ageeza,Abang Gaza begitu yang begitu perhatian kembali memasangkan selimut hingga batas dada adiknya lalu ia cium kening Ageeza penuh sayang."Bismillah ... berdoa dulu, jadi nanti gak mimpi buruk lagi!" titah Bang Gaza.Ageeza membalas dengqn anggukan.Lantunan Ayat Suci yang Ibu baca dan elusan tangan Bang Gaza dipucuk kepalanya, mengantarka Ageeza kembali ke alam bawah sadarnya.*******Aggeza sudah bisa pul
Dingin menusuk ketulang, kabut pagi ini juga begitu tebal karena gerimis. Jarak pandang jadi terganggu, belum lagi jalan arah Ciwidey yang relaif kecil. Sekitar beberapa kilo dari villa tiga motor yang mereka tumpangi masih beriiringan tapi setelah memasuki daerah yang lumayan berkabut mereka terpisah.Masih di kawasan jalan Kabupaten Bandung, entah masih mengantuk atau karena kabut tebal yang mengurangi jarak pandang. Motor yang Mas Doddy kendarai menabrak pembatas jalan dan terjatuh ke semak-semak yang berada tepat di bawah jalan raya.Saat itu Geeza berteriak sambil memeluk erat tubuh Mas Doddy sebelum mereka tergelincir kesemak-semak cukup dalam sekitar 5 sampai 6 meter dari atas jalan raya."Za ... Ageeza ....," panggil Mas Doddy parau.Mas Doddy terdengar beberapa kali memanggil nama Geeza sebelum akhirnya mereka berdua sama-sama tak sadarkan diri.Medan yang lumayan terjal dan kabut yang sangat tebal hari itu menyulitkan pe
Hari sudah semakin gelap, berfoto ria sore ini disudahi. Mereka semua kembali menuju ke Villa, ke daerah perkebunan teh.Setibanya di villa dua orang pekerja Mas Doddy yang bertugas menjaga villa menyambut, Mang Burhan dan istrinya bi Marni membantu membawakan barang-barang mereka kedalam."Kayu bakar untuk api unggunnya sudah siap Den Doddy! Ayam sama ikannya juga sudah bibi kasih bumbu tinggal dibakar.""Iya, Mang. Terima kasih sekali."Di Villa ini ada empat buah kamar tapi tidak akan mereka pakai, karena mereka akan menghabiskan malam diluar sambil menikmati api unggun."Luas sekali, sejuk dan asri bikin betah ini mah," celetuk Bang Reza."Iya, Bang cocok buat semedi," canda bang Gaza.Maklum setiap hari aktivitas mereka berenam dihabiskan di pusat kota yang padat dan macet sana-sini. Di villa mereka merasa sangat nyaman, bisa merasakan tenangnya lingkungan sekitar sambil menikmati melodi alam dari su
Pagi hari setelah sarapan bersama Ageeza pergi ke Rumah Sakit diantar Mas Doddy. Saat mobil yang mengantar Ageeza berhenti tepat di depan lobi, Bang Reza sudah berdiri disana sepertinya sedang menunggu Ageeza.Ageeza turun disusul Mas Doddy yang juga ingin menyapa Bang Reza."'Apa kabar, Bang?" sapa mas Doddy."Baik, Dod. Gimana jalan-jalannya, gue liat di Medsos Geeza, tempat hang-out di Ciwidey keren-keren ternyata.""Seru, Bang. Kapan-kapan kita jalan ke Ciwidey, kita menginap di Villa main api unggun.""Boleh, tuh. Nanti gue jadwalkan.""Siaap, Bang! Gue duluan ya, belum pulang soalnya," pamit Mas Doddy."Oke, hati-hati di jalan," jawab Bang Reza.Ageeza menyalami tangan Mas Doddy sebelum dia pulang setelah itu baru memulai obrolan dengan Bang Reza.___Ternyata dari semalam Bang Reza mencoba menelpon tapi handphone Ageeza tak bisa dihubungi karena kehabisan bate
Bangun tidur sudah ada bucket mawar putih di atas tempat tidur Ageeza. Dari bau parfum yang tercium dapat di pastikan Mas Doddy ada di sana. Masih dengan piyama Ageeza segera turun kelantai bawah."Yah, seperti ada bau parfum Mas Doddy, tapi orangnya gak ada?" tanya Ageeza pada ayah."Doddy ada di atas sedang menata pot-pot bunga sam Ibu. Doddy bawa banyak tanaman yang lagi pada viral itu, Ibu sampe girang tuh," jawab ayah."Hmmm ... Mas Doddy bisa aja ambil hatinya Ibu."Ageeza segera menyusul ke lantai paling atas tempat bunga-bunga dan burung-burung koleksi Ayah berada."Senangnya yang di bawain tanaman." Ageeza memeluk Ibu dari belakang."'Iya, dong. Calon mantu Ibu ini memang paling the best, tau saja kesukaan calon mertuanya.""Jangan terlalu dipuji, Bu. Nanti hidung mancung Mas Doddy terbang." Ageeza melepas pelukan di pinggang Ibu lalu mencium tangan Mas Doddy."Gimana ker