Share

Bab 20

Author: Hangga
Lengan Rafa sakit akibat gigitan Miko, tetapi hatinya lebih sakit. Saat ini, dia baru tahu Miko hanya berpura-pura tegar. Semua penderitaan dan keluh kesah dipendam di dalam hati selama ini. Di depan orang lain, Miko selalu tampak ceria, lembut, dan sabar.

Namun, tidak ada yang tahu berapa kali Miko menangis diam-diam di tengah malam selama lebih dari setahun ini!

"Kak ...." Rafa merasa hatinya pedih, bahkan matanya ikut memanas. "Kalau kamu benar-benar marah pada kakakku, gigit saja aku. Aku nggak apa-apa. Aku janji, kalau sudah punya uang, aku pasti akan mencarinya dan membawanya pulang!"

Alice yang berada di samping pun ketakutan dan mulai menangis keras.

"Alice ...." Miko terkejut dan buru-buru melepaskan Rafa untuk melihat putrinya.

Rafa segera menggendong Alice. "Kak, kamu sedang mabuk, jangan sampai anakmu jatuh. Cepat tiduran dulu, aku akan ambilkan obat pereda mabuk."

Setelah berkata demikian, Rafa keluar dan mencampurkan larutan glukosa dengan air hangat, lalu kembali untuk m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 21

    Setelah menikah, Belinda tinggal di Desa Belukar yang jaraknya 5 kilometer dari sini. Suaminya adalah seorang tukang batu.Rafa berdiri di ambang pintu sambil menggendong Alice. Dia melirik Belinda dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun berniat menyingkir untuk memberi jalan."Rafa, dengar-dengar kamu buka klinik?" Belinda memasang senyuman manis, lalu bertanya, "Kamu sekarang sudah nggak bodoh? Dari mana kamu dapat uang buat buka klinik? Memangnya kamu bisa mengobati orang?"Rafa tetap diam."Kayaknya kamu masih tolol ya? Dari tadi aku bicara panjang lebar, tapi kamu diam saja. Heh!" Belinda memelotot, lalu meneruskan, "Dulu Ayah pernah bilang di rumah ini ada pusaka turun-temurun, semacam lesung untuk menumbuk obat, katanya barang antik. Jangan-jangan kamu dan Miko jual itu buat modal buka klinik?"Rafa tertawa sinis. "Apa urusannya denganmu?"Mata Belinda membelalak semakin besar. "Kenapa bukan urusanku? Aku ini kakak sulungmu, anak perempuan dari keluarga ini! Kalau harta keluarg

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 22

    Ada pepatah yang bilang "tidak takut penagih utang galak, tapi takut si pengutang miskin sampai tidak punya sepeser pun"!Belinda senang bermain bunga-bunga utang. Biarkan dia terus menghitung bunga itu sendirian, toh Rafa tidak punya sepeser pun untuk bayar!Warga desa yang menonton tak bisa menahan tawa. Belinda terdiam sesaat, lalu mulai meratap seperti kehilangan orang tua, "Semuanya, kalian harus tahu Rafa ini utang, tapi nggak mau bayar. Masih bisa disebut laki-laki nggak?"Rafa langsung naik darah. Dia masuk ke rumah untuk mengambil golok kayu bakar, lalu mendekati Belinda dengan langkah besar. Sambil menggertakkan gigi, dia menyergah, "Belinda, kalau sampai Ibu kenapa-napa gara-gara kamu, aku bakal habisi kamu! Dasar serigala tak tahu balas budi!"Bagaimanapun, Belinda hanya wanita dengan nyali kecil. Dia buru-buru bangkit, lalu menepuk-nepuk debu di pantatnya. Sambil mengomel, dia pergi begitu saja. Dia pun tahu, sekalipun membunuh Rafa, dia tetap tidak bisa mendapat sepeser p

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 23

    "Ayo!" Rafa berpamitan pada ibunya, lalu membuka payung untuk melindungi Alice dari terik matahari. Bersama Mega, mereka melangkah keluar dari rumah.Karena kakak iparnya sedang tidur, Rafa tidak punya pilihan selain membawa Alice bersamanya. Begitu keluar, Rafa mengunci pintu rumah. Sebelum berjalan jauh, mereka bertemu dengan Alzam, kakak Kanaya."Rafa, kalian mau ke mana?" tanya Alzam dengan tatapan tajam."Oh, aku dan Mega bawa anak jalan-jalan." Rafa melirik Mega sekilas, sengaja menjawab seperti itu.Mega langsung melayangkan pukulan kepada Rafa. "Dasar bajingan, bisa nggak ngomong yang benar sedikit?"Mereka cuma keluar bareng, tetapi Rafa malah bicara seolah-olah mereka ini adalah pasangan suami istri.Namun, Alzam tidak menangkap maksud Rafa. Dia hanya terkekeh-kekeh dan mengejek, "Dasar aneh, panas-panas begini malah keluyuran!"Kelompok Empat Desa Kenanga berjarak sekitar 500 meter dari rumah Rafa. Di tengah desa, ada rumah tiga lantai yang menjulang tinggi dengan dekorasi m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 24

    Mata Brawa langsung berbinar, tetapi tetap curiga. "Jadi ... kamu bisa menyembuhkannya?""Tentu saja bisa, ini cuma masalah sepele." Rafa mengangguk santai, lalu meminta Siti pergi sebentar.Siti sendiri juga tidak terlalu percaya pada kemampuan Rafa, tetapi tetap melangkah pergi dengan ragu.Begitu Siti menjauh, Rafa merendahkan suaranya dan berkata, "Aku bisa menyembuhkan Siti, tapi metodenya cukup unik. Aku harap kalian bisa menerimanya.""Metode seperti apa?""Jangan tanya dulu. Kalau percaya padaku, ikuti saja instruksiku." Rafa menjamin dengan nada misterius, "Aku jamin, dalam hitungan menit, Siti akan sembuh total."Brawa berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan menurutimu." Setelah beberapa saat, dia menambahkan, "Tapi yang paling penting, pastikan Siti tetap aman!"Rafa tertawa. "Tenang saja, aku ini dokter. Tugasku menyembuhkan orang, bukan malah memperburuk keadaan."Setelah melihat-lihat halaman belakang, Rafa mengambil seutas tali dan memanggil Siti ke sana, m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 25

    Rafa menghela napas, lalu pergi menggendong Alice sebelum berkata, "Lepaskan saja talinya, pengobatan sudah selesai dan hasilnya sangat baik."Mega akhirnya sadar dan buru-buru merapikan pakaian Siti sambil tersenyum. "Selesai, Siti! Tangan kananmu sudah sembuh, sekarang bisa bergerak lagi!"Brawa pun bereaksi, wajahnya berubah penuh kegembiraan. "Hahaha! Siti sudah sembuh! Ini luar biasa!"Mega segera melepaskan tali yang mengikat Siti, lalu membawanya kembali ke dalam rumah.Brawa mengajak Rafa masuk untuk minum teh dan bertanya, "Rafa, gimana bisa tiba-tiba tangan Siti sembuh begitu saja?""Maaf ya, Paman. Tadi aku melakukan itu bukan bermaksud melecehkan Siti." Rafa mengangguk dan menjelaskan, "Siti mengalami kondisi yang disebut neurosis reaktif, semacam saraf yang tertidur. Ibarat mesin yang mati mendadak, tapi mesinnya sebenarnya nggak rusak dan hanya perlu dinyalakan kembali.""Tapi, kasus Siti cukup parah, akupunktur dan obat pun nggak akan berpengaruh. Jadi, aku terpaksa memb

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 26

    "Terima saja! Kalau kamu menolak, berarti kamu meremehkanku!" Tanpa memberi Rafa kesempatan menolak, Brawa langsung menyelipkan uang 6 juta itu ke dalam sakunya.Tidak ada gunanya menolak. Akhirnya, Rafa menerima uang itu dan mengangguk. "Baiklah. Paman, aku pamit dulu. Kalau masih ada masalah dengan tangan Siti, suruh dia datang menemuiku saja."Satu tamparan, untung 6 juta. Lumayan juga.Brawa mengangguk, mengantar Rafa keluar.Mega tiba-tiba menambahkan, "Paman, kamu kenal banyak pengusaha besar. Kalau ada kesempatan, kenalkan Rafa ke mereka ya. Rafa ini dokter hebat, spesialis penyakit yang sulit disembuhkan!"Brawa mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Aku akan bantu promosikan dokter sakti dari desa kita!"Rafa mengucapkan terima kasih. Sambil menggendong Alice, dia berjalan pulang bersama Mega.Enam juta dari satu pasien, jantung Rafa sampai berdebar kencang karena terlalu gembira.Mega meliriknya sambil menyeringai. "Rafa! Hari ini aku yang bantu dapat pasien. Kamu mau kasih ak

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 27

    Rafa berkata jujur, "Kak, dia cuma minta aku menemaninya ke warnet, bukan bilang mau pacaran denganku.""Ke warnet bukannya sama saja dengan pacaran? Lama-lama juga bakal nyambung ...." Miko tertawa, mendorong Rafa. "Pokoknya aku nggak peduli. Aku sudah cocok sama Mega, jadi kamu harus bisa mendapatkannya!"Rafa merasa pusing. "Kak, kamu kira ini kayak beli ayam di pasar? Tinggal nawar harga terus bisa dibawa pulang? Hal kayak begini itu butuh yang namanya jodoh.""Anak kecil tahu apa soal jodoh? Yang penting cewek, bisa punya anak, sudah cukup!" Miko tertawa, lalu pergi memandikan Diah.Rafa hanya bisa mengangkat bahu dan melanjutkan pekerjaannya sendiri. Sebenarnya, Rafa juga ingin pergi ke kota.Sekarang dia punya uang, jadi bisa membelikan kursi roda untuk Diah, juga membeli beberapa buku medis modern untuk menambah wawasannya.Meskipun sudah memiliki ilmu medis turun-temurun, Rafa tetap ingin belajar ilmu medis modern. Selain itu, dia juga ingin membeli beberapa bahan obat dasar d

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 28

    Rafa merangkul bahu Mega. "Ya sudah, kita coba saja!"Kali ini, Rafa bisa memenuhi keinginan Miko. Miko menyuruhnya mendapatkan Mega dan ternyata benar-benar berhasil.Namun, kalau dipikir-pikir, seharusnya bukan dia yang mendapatkan Mega, melainkan Mega yang berhasil mendapatkan dirinya.Mereka terus bermesraan hingga tiba di kota. Sayangnya, penumpang di dalam bus semakin banyak, membuat mereka merasa tidak leluasa. Jadi, mereka hanya bisa menahan diri.Begitu tiba, Mega langsung membawa Rafa ke satu-satunya warnet di kota untuk menyelesaikan tugas online-nya.Rafa berkata, "Aku mau ke toko obat dulu. Mega, kamu selesaikan tugasmu dulu. Nanti aku ke sini lagi setelah selesai belanja.""Oke, aku tunggu kamu buat makan bareng." Mega mengangguk.Di toko obat, wanita yang dulu sering meremehkannya kini malah bersikap antusias. "Dik! Lama nggak ketemu, senang bisa melihatmu lagi!""Halo!" Rafa yang merasa senang pun mengeluarkan uang dan berkata, "Aku datang hari ini untuk bayar utang. Ke

Latest chapter

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 100

    Wanita itu mengira Rafa tidak puas, jadi berkata dengan nada menyesal, "Aku tahu kamu mungkin kurang puas, tapi aku cuma bisa kasih segitu. Tapi, aku bisa menambahkan 20 juta sebagai tanda terima kasih karena sudah membantuku tadi.""Nggak, nggak ... aku sangat puas." Rafa berbicara jujur. Dia tersenyum dan meneruskan, "Dalam bisnis, memang harus begitu, harus adil. Soal uang terima kasih, aku nggak bisa terima. Aku bantu bukan karena uang.""Jarang sekali ada orang baik sepertimu." Wanita itu tersenyum. "Baiklah, aku antar kamu ke pasar, biar aku langsung kasih uangnya."Mobil pun melaju menuju pasar obat tradisional."Namaku Karina. Kamu bisa panggil aku Kak Karina." Sambil menyetir, wanita itu bertanya, "Siapa namamu? Dari mana asalmu?""Aku Rafa, dari Desa Kenanga.""Oh, oh ...." Karina mengambil sebuah kartu nama dan tersenyum. "Kalau nanti kamu datang ke kota ini lagi, hubungi saja aku kalau butuh bantuan. Mau jual atau beli obat, aku bisa bantu. Aku jamin kamu bisa jual dengan h

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 99

    Perampok yang satunya marah besar! Dia mengayunkan kunci inggrisnya ke arah kepala Rafa!"Matilah!" Rafa dengan sigap mengayunkan ranselnya, memukul kunci inggris itu hingga terlempar. Kemudian, dia menyusul dengan satu tendangan tepat ke perut perampok itu!"Aaaarrgh ... ughhh ...." Perampok kedua langsung jatuh berlutut, wajahnya pucat pasi, keringat bercucuran."Berani-beraninya kalian menindas wanita!" Rafa masih dipenuhi amarah. Dia kembali melayangkan tendangan bertubi-tubi, membuat wajah kedua perampok itu penuh luka lebam.Wanita yang memakai rok pendek itu ketakutan. Dia bergegas bangkit dan berteriak cemas, "Dik, cukup! Kalau terus dipukul, mereka bisa mati!"Rafa baru menghentikan aksinya. Dua perampok itu merangkak ke mobil mereka dengan tubuh penuh darah. Dengan sempoyongan, mereka masuk ke mobil, menyalakan mesin, lalu kabur."Fiuh ...." Wanita itu menghela napas lega. Dia merapikan rambut dan pakaiannya, lalu mengangguk ke arah Rafa. "Terima kasih banyak ya.""Sama-sama.

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 98

    "Ke pemandian ... bisa lihat apa?" Rafa bingung."Lihat apa? Lihat burung! Di pemandian banyak burung, silakan lihat sepuasnya!" sahut pria tua itu dengan ketus."Buset! Begini caramu berdagang?" Rafa murka, menatap tajam pria itu. "Ya sudah! Aku nggak akan pergi ke pemandian hari ini. Aku akan tetap di sini, melihat burung tuamu!"Tiga pegawai wanita di toko itu saling melirik dan menahan tawa. Mereka memberi isyarat agar Rafa segera pergi."Sial, pagi-pagi sudah bertemu iblis. Sial sekali!" Rafa memelototi pria tua itu, menggerutu sambil berjalan pergi.Awalnya, Rafa masih merasa ada kedekatan dengan tanah leluhurnya. Namun, hari ini dia bukan hanya diincar pencuri, tetapi juga bertemu dengan kakek menyebalkan ini. Perasaan hangat itu lenyap seketika.Dia bahkan mulai berpikir, mungkin nenek moyangnya yang pindah ke Desa Kenanga dulu telah mengambil keputusan yang tepat! Tempat ini benar-benar buruk!Rafa masuk ke toko di seberang. Karena telah belajar dari pengalaman, kali ini dia l

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 97

    Mata Rafa juga sedikit panas, tetapi dia menahan air matanya. Dia menghapus air mata Miko dan berucap, "Kak, tenang saja. Aku tahu tanggung jawabku, aku nggak akan mengecewakanmu."Miko mengangguk, lalu perlahan melepaskan pelukannya. Dia melihat Rafa pergi semakin jauh.Di timur, langit mulai memancarkan sinar fajar. Rafa berjalan cepat melewati jalan setapak menuju Kota Muara. Sesampainya di sana, dia menyewa sebuah mobil van dan langsung menuju stasiun kereta api kota kabupaten.Lima jam perjalanan dengan kereta api. Akhirnya sebelum tengah hari, Rafa tiba di Kota Obat, pusat perdagangan herbal terbesar!Di kota kecil biasa, paling-paling hanya ada satu atau dua toko obat. Di kota besar, mungkin hanya ada satu pasar obat. Namun di sini, bukan sekadar pasar, melainkan kota khusus untuk obat!Dari namanya saja, sudah terasa perbedaan skala yang luar biasa. Sebagai keturunan langsung dari tabib legendaris, Rafa merasa bersemangat.Dia berjalan sambil mengamati suasana hingga akhirnya t

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 96

    Rafa sungguh kehabisan kata-kata. Dia mengayunkan tangannya, lalu jarum peraknya langsung menusuk punggung tangan Arumi."Aaaahhh ...!" Arumi menjerit kesakitan.Sebelum Arumi pergi, beberapa warga desa mulai berdatangan. Sorenya, semakin banyak yang datang berobat. Ini karena makan daging kerbau, lalu mengalami panas dalam.Rafa akhirnya menjual habis semua ramuan herbalnya untuk meredakan panas dalam, juga semua persediaan pil.Inilah yang disebut efek domino. Kerbau tua milik Rahman mati, membuat seluruh desa menderita panas dalam, tetapi justru memberi Rafa keuntungan kecil.Satu pasien bisa menghasilkan 20 ribu, jadi totalnya dia berhasil mendapatkan 400 ribu. Uang receh tetap uang!Saat makan malam, Rafa berdiskusi dengan Miko. "Kak, besok aku harus pergi jauh. Aku mau ke Kota Obat, kampung halamanku, untuk beli beberapa bahan obat."Dia harus menjual batu empedu kerbau itu, menukarnya dengan uang, lalu membeli obat untuk menyembuhkan Diah."Kampung halaman?" Miko tidak mengerti,

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 95

    "Kak, ini klinik. Kita ... bicarakan soal pengobatan." Rafa mulai berkeringat. Matanya menghindar, tidak berani menatap wajah Hana. "Sebenarnya ... apa yang sakit?"Baru saat itu, Hana melepaskan tangannya dari pipi dan mendekatkan wajahnya. "Gigiku sakit."Rafa mengangguk, mengambil senter untuk memeriksa mulut Hana, lalu meraba nadinya. "Nggak apa-apa, Kak. Kamu cuma kepanasan ....""Kepanasan?" Hana tersenyum. "Ya, aku memang kepanasan. Bisa nggak kamu bantu meredakan?""Ten ... tentu bisa ...." Rafa langsung gugup dan terbata-bata. "Kak, kamu makan apa dua hari ini?""Apa lagi? Ya daging kerbau yang kamu kasih 1,5 kilo kemarin, karena kamu kasihan padaku," sahut Hana dengan nada penuh keluhan."Daging kerbau?" Rafa langsung paham.Di cuaca panas seperti ini, makan daging kerbau berlebihan memang bisa menyebabkan panas dalam. Niat baiknya justru membawa masalah untuk diri sendiri."Nggak apa-apa. Aku akan bantu kamu redain panasnya .... Eh, maksudku, aku akan racik obat untukmu." Ka

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 94

    Setelah mendengar analisis Rafa yang begitu logis dan masuk akal, Miko akhirnya merasa tenang. Namun, dia masih bertanya, "Rafa, apa Pak Dika ... benar-benar akan mati?""Kak, coba ingat-ingat. Aku sudah menangani pasien selama setengah bulan ini, apa pernah aku salah mendiagnosis?" tanya Rafa balik."Memang benar yang kamu katakan ...." Miko mengangguk, lalu menghela napas. "Sayangnya, Pak Dika nggak mau mendengarkanmu. Satu nyawa hilang begitu saja."Rafa hanya mengangkat bahunya. Kalau orang memang ingin mati, apa yang bisa dia lakukan?Setelah kembali ke kamar, Rafa mengambil batu empedu yang didapatkannya. Di mana dia bisa menjual barang berharga ini?Di kota kecil? Tidak mungkin. Tempat kecil seperti itu tidak akan ada orang yang bisa menilai harganya. Selain itu, jika kabar ini bocor dan Rahman tahu, pasti akan muncul masalah lagi.Ke Kota Obat saja! Tanah kelahiran leluhur mereka, sang tabib legendaris, pusat perdagangan obat tradisional terbesar di negara ini!Namun, bukan sek

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 93

    "Baik, baik." Dika mengangguk dan melambaikan tangan ke sekeliling. "Hari ini, dengan kesaksian warga desa, Pak Galih, serta Pak Hansen, aku bertaruh dengan Rafa. Hari ini aku biarkan dia lolos, tapi 3 hari kemudian, aku akan datang lagi. Jangan sampai ada yang bilang aku menindasnya!"Galih, Hansen, dan warga desa terdiam menatap Rafa. Taruhan ini terlalu besar!Rafa juga melambaikan tangan dan berseru dengan lantang, "Hari ini aku bertaruh dengan Pak Dika! Tiga hari kemudian, kalau beliau masih bisa muncul dengan sehat di depan rumahku, aku sendiri yang akan membakar klinikku dan menyerahkannya kepadanya!"Kerumunan mulai berbisik-bisik.Rafa menatap Dika dan berkata, "Pak Dika, aku sarankan kamu jangan mempertaruhkan nyawa dalam taruhan ini. Aku akan memberimu resep. Pergilah ke rumah sakit di ibu kota provinsi, jalani operasi. Gunakan ramuan herbal coptis chinensis dan houpoea officinalis, seduh dengan teh, dan minum setiap hari. Itu bisa menyelamatkan nyawamu.""Terima kasih! Tiga

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 92

    "Aku beli untuk dimakan sendiri, boleh 'kan? Badanku kurang sehat, jadi aku memang suka makan obat."Rafa tersenyum, lalu meneruskan, "Kamu menuduhku membuka klinik, mengobati pasien, mencari uang secara ilegal. Silakan tunjukkan buktinya. Siapa yang kuobati? Aku menerima uang dari siapa? Tolong tunjukkan bukti itu."Kemudian, Rafa menoleh ke arah warga desa yang berkumpul di depan pintu dan melambaikan tangan. "Saudara-saudara sekalian, apa ada di antara kalian yang pernah sakit dan mencariku untuk berobat?"Orang-orang tertawa serempak. "Semua penduduk Desa Kenanga sehat walafiat!""Kamu ...!" Dika terdiam, tidak bisa membalas. Dia menoleh ke Hansen dan membentak, "Pak Hansen! Kemari dan bersaksi! Ini urusan desa kalian!"Hansen menggaruk kepalanya dan mendekat. "Bersaksi gimana?""Bersaksi kalau Rafa menghasilkan uang dengan mengobati orang!""Oh, oh ...." Hansen berpikir sejenak, lalu menghela napas. "Kalau soal mengobati orang, memang ada. Ayahnya dulu seorang tabib, jadi meningga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status