"Oh maaf, saya tidak bisa menemani, dokter Nizam karena saya ingin langsung ke ruangan." dokter Zahira tersenyum dan kemudian melambaikan tangannya.Dokter Nizam tersenyum ketika memandang Zahira. Gadis itu begitu sangat cantik dan juga cerdas. Hal ini yang membuat dirinya sangat tertarik dengan dokter muda tersebut. Namun entah mengapa, dokter muda itu begitu sangat sulit untuk didekati. Ramah namun memiliki dinding penghalang yang membuat orang tidak mudah untuk mendapatkannya. Dan hal ini yang membuat dokter Nizam penasaran setengah mati. Memiliki pengalaman sebagai playboy anti gagal mendapatkan para gadis incaran, tentunya Nizam sudah memiliki banyak pengalaman serta jurus yang bisa diterapkan untuk mendapatkan hati Zahira. Namun nyatanya lebih dari 4 bulan ini mendekati sang pujaan hati, hasilnya gagal. Entah bagaimana caranya untuk merobohkan dinding pertahanan tersebut.Dokter Nizam membalas lambaian tangan Zahira dengan tersenyum. Dipandanginya punggung gadis yang semakin me
Zahira memandang dokter Nizam yang meletakkan 2 cup kopi di atas meja. Pria itu selalu memiliki cara untuk mendekatinya seperti ini. "Saya tahu, dokter Zahira membutuhkan minuman yang bisa membuat mata terbuka lebar." Dokter Nizam memulai obrolan. Senyum di wajah tampannya hilang seketika saat melihat pintu ruangan Zahira yang terbuka. Pria itu semakin kesal saat melihat wanita berwajah kaku itu masuk ke dalam ruangan. Lagi-lagi Lily menatapnya tajam. "Ada apa?" Tanya Zahira saat melihat Lily masuk. "Diluar dingin dan banyak nyamuk," jawab Lily sambil tersenyum sinis memandang Nizam. Lily membawa minuman coklat hangat dan meletakkan di depan Zahira. Wanita itu juga mengambil kopi pemberian Nizam hingga membuat pria itu semakin kesal "Oh kalau begitu mbak Lily di sini saja. Lumayan aku punya teman ngobrol." Zahira menunjuk kursi di depannya dengan menggunakan dagunya. Nizam hanya diam menahan rasa kesalnya. Namun pria itu mencoba untuk tetap tenang. "Ada apa dokter Nizam?" Z
Arion memandang ke sebelah kiri untuk mencari asal suara. Benar saja, dia melihat seorang pria yang melambaikan tangan kepadanya. Arion memandang pria itu dengan mengerutkan keningnya sambil mengingat-ingat siapakah pria tersebut."Lama tidak bertemu, apa kau masih mengingatku? Kita dulu sempat satu sekolah di saat SMA." Pria itu tersenyum dan mengingatkan."Nizam." Arion menyebut nama, sekaligus membuat dadanya terasa panas."Hahaha ternyata kamu tidak melupakan aku, Ar. Kamu masih ingat tidak, dulu kita menjadi incaran para gadis." Nizam mengingatkan pria itu tentang ketampanan yang mereka miliki ketika masih sekolah. Sehingga menjadi incaran para gadis-gadis di sekolahnya."Tentu saja aku ingat," jawab Arion."Setelah tamat sekolah, ini untuk pertama kalinya aku melihatmu." Nizam menepuk pundak Arion. Ia melihat penampilan temannya dari atas hingga ke bawah."Iya aku menyelesaikan studi S1 dan S2 ku di Amerika," jawabnya."Kamu keren sekali," puji Nizam. sebenarnya dia tidak pan
Nizam terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Awalnya ia tidak percaya bahwa Zahira calon istri Arion. Untuk memastikan secara langsung, dokter berwajah tampan itu langsung ikut ke ruangan Zahira. Melihat apa yang terjadi, membuatnya harus percaya dengan apa yang di katakan teman SMA nya tersebut. Untuk pertama kalinya, dia merasakan sakit dan bahkan hatinya seperti di remas tangan berduri tak kasat mata. Untuk pertama kalinya, dia merasa sakit dan patah hati seperti ini. "Aku belum sempat mengatakan cinta. Aku baru berencana mengajak Zahira berkencan. Namun aku sudah merasakan patah hati lebih awal," batinnya."Sudah selesai jam dinasnya?" Arion tersenyum dan mengusap kepala Zahira."Iya sudah, tapi tunggu sebentar, Hira cek laporan pasien dulu." Zahira kembali fokus dengan kertas yang berada di atas mejanya."Nggak tidur ya semalaman?" Arion tersenyum menatap mata Zahira."Tidur bentar, soalnya ada pasien masuk," jelas Zahira. Berada di posisi ini sangat tidak nyaman. Apalagi ketika
"Baby, kenapa diam saja?" Arion yang duduk di sebelah Zahira dengan tersenyum manis. Pria itu kemudian mengusap pipi mulus sang gadis. Namun dengan cepat Zahira menepis tangannya."Baby kenapa marah?" Arion mengulum senyumnya. Kenapa Zahira marah, sudah pasti pria itu tahu jawabannya. Namun tetap saja memakai wajah polosnya seakan tidak bersalah sama sekali. "Mas kenapa sih cium-cium kayak gitu di depan dokter Nizam dan perawat Luna?" Zahira memandang Arion dengan kesal. Sejak tadi dia ingin mengomeli Arion, namun hal itu harus diurungkannya. Mengingat di rumah sakit begitu sangat ramai rekan kerjanya dan dia tidak ingin menjadi pusat perhatian di sana. Rasa kesalnya bertambah berkali-kali lipat saat melihat para wanita yang menatap ke arah Arion tanpa berkedip. "Aku ingin si Nizam itu tahu kalau kamu adalah milikku, baby." Arion mengeratkan giginya. Rasa cemburu membuat dadanya terasa panas dan matanya tidak bisa terpejam. Pikirannya terus saja tertuju ke Zahira. Arion takut jika
"Tentu saja sayang. Jika dia tidak ikut siapa yang menjaga mu ketika aku di ruang rapat. Lagi pula, di kantor ku banyak buaya. Karena itu, aku harus berjaga-jaga." ArArion berbicara dengan wajah masam. Pria itu takut ada yang menganggu gadis pujaan hatinya yang begitu sangat cantik dan mempesona. "Ih gak jadi ah, Hira takut." Wajah Zahira memucat. Jujur saja dia tidak tahu perusahaan Arion bergerak di bidang apa. Bisa saja perusahaan itu bergerak di bidang sepatu dari kulit buaya atau tas, jaket, tali pinggang dan dompet dari kulit buaya. Sehingga disana buaya di ternakkan."Kenapa takut baby?" Arion jadi bingung."Seram mas, aku takut buaya," jawabnya polos."Ha... Ha ...," Arion terawa ngakak. "Maksud ku, laki-laki pencinta wanita. Atau lebih pasnya pria hidung belang." Arion sangat gemas melihat wajah Zahira yang imut-imut. Bibir mungil yang maju beberapa centi itu, membuat dia semakin gemas dan ingin mengecupnya. Namun niat itu harus diurungkannya. Pada akhirnya Arion hanya meng
"Ingat janji." Arion kesal ketika mendengar perkataan Lily. "Baby kamu sangat menggemaskan." Arion tersenyum dan mencium kening Zahira. Lily yang duduk di depan memilih untuk diam. Tugasnya sudah selesai, mengingatkan sang Tuan. Walau bagaimanapun Zahira tidak sama dengan gadis yang biasa mengejar Arion. Arion memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktunya sudah mepet, untuk membangunkan Zahira juga tidak tega. "Lily aku butuh bantal dan selimut.""Sebentar bos." Wanita cantik itu turun dari mobil. Dia mengambil bantal dan selimut didalam bagasi mobil dan menyerahkan bantal itu kepada Arion. Arion merebahkan sandaran kursi hingga rata. Dengan sangat berhati-hati, ia merebahkan tubuh Zahira dan meletakkan bantal di belakang kepala si gadis. "Baby kamu tidurlah di sini, tidak apa-apa. Aku tidak tega mengganggu tidurmu karena semalaman kamu pasti tidak tidur." Arion tersenyum sambil menatap wajah zaZahira. "Nanti setelah rapat aku akan kembali ke sini. Maaf aku
Arion menarik napas lega setelah rapat selesai. Dengan cepat dia menyimpan semua barang-barangnya di atas meja agar bisa secepatnya meninggalkan ruang rapat. Pikirannya masih tidak fokus dan hanya tertuju ke gadis cantik yang sedang tertidur di dalam mobil. "Mau ke mana? Kenapa terburu-buru?"Sebastian langsung memberi pertanyaan dengan sorot tatapan mata tajam ciri khasnya."Calon istri aku tadi tidur di mobil Paman, jadi aku ingin melihatnya. Aku ingin memastikan secara langsung apa Zahira sudah bangun atau belum. Paman tahu kan Lily itu sangat menyebalkan. Hari ini saja aku sudah kena palak dua kali lipat dari uang gajinya. Aku yakin dia tidak akan memberikan informasi apapun kepadaku tentang calon istriku." Arion begitu sangat malas untuk menghubungi bodyguard-nya tersebut, walaupun hanya sekedar bertanya apakah Zahira sudah bangun atau belum. Dia lebih memilih untuk melihat langsung keberadaan gadis pujaan hatinya.Sebastian yang tadinya kesal melihat Arion tiba-tiba saja tert