Share

Bab 956

Penulis: Hazel
Tirta menambahkan, "Entah mereka mau atau nggak."

"Tentu saja mereka mau. Kamu serahkan saja masalah ini padaku. Vilamu akan selesai direnovasi paling lambat besok siang. Aku memang lagi pusing cari proyek untuk mereka setelah renovasi vila selesai," timpal Farida.

Farida meneruskan, "Mengurus kebun buah lebih mudah daripada melakukan pekerjaan konstruksi. Mereka pasti mau. Ke depannya aku juga bantu kamu urus kebun buah. Kamu yang tentukan bayarannya saja."

Tirta yang merasa tenang tertawa dan membalas, "Tentu saja bayaran Kak Farida lebih tinggi. Aku bayar kamu 2 juta per hari. Kalau kebun buah sudah panen, aku akan bagikan keuntungannya kepada Kak Farida."

Tirta menambahkan, "Kak Farida, kalau nggak ada urusan lain lagi, aku kembali ke klinik dulu. Aku nggak beri tahu bibiku dan lainnya waktu keluar. Takutnya mereka khawatir kalau nggak lihat aku."

Selesai bicara, Tirta hendak turun ke lantai bawah. Tiba-tiba, Farida memanggil Tirta, "Tirta, tunggu dulu. Aku sudah suruh orang untuk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 957

    Farida tersipu malu begitu mendengar ucapan Tirta. Jantungnya berdegup kencang. Farida menggigit bibirnya dan bertanya, "Tirta, apa postur tubuhku memang begitu bagus?"Tirta menjawab, "Kak Farida, kamu ... jangan salah paham. Yang aku maksud itu kasurnya. Besar dan nyaman. Aku bukan bilang kamu, aku papah kamu."Tirta baru menyadari dirinya salah bicara. Dia segera memapah Farida. Tiba-tiba, pijatan kasur bergerak makin cepat. Farida yang duduk di tubuh Tirta terus berguncang.Farida berujar, "Aduh ... Tirta, jangan bergerak ...."Farida memelotot. Pandangannya mulai tidak fokus. Dia tanpa sadar menjepit kedua kakinya. Farida menyadari ada yang tidak beres dengan Tirta.Selain itu, sekarang pose mereka berdua sangat aneh. Jika dilihat para pekerja, mereka pasti salah paham.Tirta mulai kehilangan kendali. Dia membantah, "Bukan begitu ... Kak Farida. Kasurnya yang bergerak, bukan aku!"Tirta yang awalnya hendak memegang tangan Farida malah tidak sengaja menyentuh bokongnya. Farida meng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 958

    Kebetulan Agatha baru selesai mandi. Dia yang memakai jubah mandi bertanya, "Tirta, kamu dikejar anjing gila, ya? Kenapa kamu lari begitu cepat?"Tirta tidak menjawab pertanyaan Agatha. Dia malah bertanya balik dengan ekspresi panik, "Kak Agatha, mana celanamu?""Celanaku ... ada di tempat tidur. Untuk apa kamu minta celanaku?" balas Agatha dengan ekspresi bingung.Tirta tidak sempat menjelaskan lagi. Dia hanya berucap, "Ada keperluan mendesak. Kak Agatha, nanti kamu jangan keluar lagi. Aku ambil celanamu dulu, besok aku kembalikan."Tirta segera mengambil celana Agatha, lalu keluar. Agatha marah-marah, "Tirta sialan! Kalau kamu ambil celanaku, aku pakai apa? Jangan pergi! Kembalikan celanaku!"Ayu yang sedang berada di dapur mendengar suara di luar. Dia berjalan keluar dan bertanya sembari mengernyit, "Agatha, apa tadi itu suara Tirta? Dia buat kamu marah, ya?"Agatha mengeluh dengan mata berkaca-kaca, "Bibi Ayu, Tirta ambil celanaku! Dia keterlaluan sekali! Cepat bantu aku kejar dia

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 959

    "Kak Farida, kamu tenang saja. Biarpun kamu nggak berpesan padaku, aku juga nggak akan memberi tahu masalah ini kepada orang lain. Tapi, apa aku benar-benar nggak perlu bertanggung jawab?" ujar Tirta dengan ekspresi khawatir.Farida menyahut dengan wajah memerah, "Dasar bodoh! Sudah kubilang, kamu nggak perlu tanggung jawab lagi."Tirta yang bingung bertanya, "Kak Farida, kenapa kamu nggak mau aku bertanggung jawab?"Seharusnya, Farida bukan wanita liar. Mana mungkin dia tidak peduli dengan kesuciannya?Farida ragu-ragu sejenak sebelum mendesah dan menjawab, "Karena .... Nggak apa-apa. Pokoknya aku nggak mau kamu bertanggung jawab. Jangan tanya lagi, cepat buang celananya!""Oke, Kak Farida. Kalau kamu berubah pikiran, aku pasti akan bertanggung jawab padamu," kata Tirta.Sebelum Tirta sempat membuang celana, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Ayu yang datang memberi pelajaran kepada Tirta sudah sampai. Tentu saja dia mendengar ucapan Tirta tadi.Ayu melihat celana yang ternodai d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 960

    Tirta mengembuskan napas lega. Farida berusaha tersenyum dan berucap, "Nggak apa-apa, yang penting kesalahpahamannya sudah diselesaikan. Kamu dan Tirta pulang dulu. Aku nggak enak badan, jadi aku nggak antar kalian lagi."Ayu berkata dengan lirih, "Oke. Tirta, ayo ... kita kembali ke klinik.""Ayo, Bibi," sahut Tirta sembari mengangguk. Sebelum pergi, dia berpesan kepada Farida, "Kak Farida, jangan lupakan masalah yang kubahas denganmu tadi. Setelah renovasi vila selesai, suruh semua bawahanmu bantu aku urus kebun buah."Tirta menambahkan, "Besok kamu hitung semua gaji para pekerja. Nanti aku luangkan waktu untuk mengambil uang di kota dan membayar gaji mereka."Farida hanya mengangguk dan tidak berbicara lagi. Dia kembali ke kamar, lalu bergumam, "Tirta, apa kamu sama sekali nggak menyukaiku? Kalau kamu nggak menyukaiku, kenapa tadi kamu bisa kehilangan kendali? Kalau aku mau kamu bertanggung jawab, apa kamu akan melakukannya?"....Setelah Tirta kembali ke klinik, Agatha yang memakai

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 961

    Nia juga ikut panik. Dia segera memberi tahu Tirta masalahnya, "Tirta, jalan di desa kita terlalu buruk. Truknya nggak bisa jalan ...."Sebenarnya, kemarin Tirta juga merasa jalan di desa sangat buruk saat mengendarai mobilnya. Namun, waktu itu Tirta tidak peduli. Dengan teknik menyetirnya yang hebat dan ukuran mobilnya yang lebih kecil, Tirta masih bisa melewati jalan di desa dengan mudah.Akan tetapi, truk berbeda dengan mobil Tirta. Jadi, wajar saja jika truk tidak bisa melewati jalan yang begitu buruk.Tirta berpikir sejenak, lalu mendesah dan menimpali, "Nggak apa-apa, Kak Nia. Kalian tunggu di sini dulu. Aku coba bantu sopir truk."Ayu mengusulkan, "Tirta, apa perlu kami bantu kamu? Kalau nggak, kami panggil orang lain lagi."Tirta menggeleng seraya menyahut, "Nggak usah, Bibi. Kamu juga tahu jalan di desa kita terlalu sempit. Truk saja susah lewat. Nggak ada gunanya biarpun kita minta bantuan pada semua penduduk desa."Ayu pun mengangguk dan berpesan, "Oke. Hati-hati, ya. Kalau

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 962

    Bos penjual bibit menambahkan, "Kalau nggak, kami tinggalkan truknya di sini dulu. Besok kamu baru minta bantuan orang lain."Tirta menggeleng dan bertanya, "Bu, apa aku kelihatan lagi bercanda?"Bos penjual bibit tidak bisa berkata-kata. Dia memang baru mengenal Tirta, tetapi Tirta sudah memberinya bisnis sebesar 4 miliar. Tirta tidak terlihat seperti orang yang suka membual."Oke. Dik, bantu aku gendong Mika," ucap bos penjual bibit. Kemudian, dia memandang para sopir truk seraya berkata, "Salah satu dari kalian coba jalankan truknya. Yang lain bantu aku dan orang ini dorong truknya."Sopir truk menggeleng dan menolak, "Bu, masa kamu percaya omong kosong anak ini? Truk ini sangat berat, nggak mungkin kita sanggup mendorongnya. Kalian berdua saja yang dorong."Sopir truk melanjutkan, "Kami nggak mau melakukan hal bodoh seperti ini. Jelas-jelas tindakan ini cuma menghabiskan tenaga dan waktu. Kalau kabar ini tersebar, kami pasti ditertawakan."Bahkan, adik bos penjual bibit juga merasa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 963

    Selain kaget, para sopir truk juga takut. Tirta sanggup mendorong truk yang begitu berat, jadi memberi pelajaran kepada para sopir truk yang mentertawakannya sangat mudah bagi Tirta.Jika Tirta menyuruh mereka makan kotoran sambil melakukan siaran langsung, tentu saja mereka harus menurutinya.Tirta membersihkan abu di tangannya, lalu berjalan menghampiri bos penjual bibit dan berkata dengan tenang, "Bu, apa kamu bisa ambilkan sekop untukku? Aku mau tambal jalannya agar truk di belakang nggak terjerembap lagi."Tirta malas memedulikan para sopir truk yang ketakutan. Bos penjual bibit mengamati Tirta dengan ekspresi takjub dan menyahut, "Di mobil ada sekop. Aku suruh sopir ambilkan untukmu."Salah satu sopir truk tersenyum ramah dan menceletuk, "Aduh, kamu nggak usah turun tangan tambal jalannya. Serahkan saja pada kami. Sebelumnya kami yang terlalu picik. Kami harap kamu nggak mempermasalahkannya."Tirta membalas dengan ekspresi datar, "Sudahlah, itu cuma masalah sepele. Aku nggak meng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 964

    "Kamu salah paham," celetuk Tirta. Dia mengeluarkan ponsel dan menunjukkannya kepada Filda.Filda menanggapi, "Tirta, ternyata kamu memang nggak punya WhatsApp! Apa perlu aku bantu kamu unduh aplikasi WhatsApp dan buat akunnya? Kalau pakai WhatsApp, kamu bisa melakukan panggilan video, mengirim foto, rekaman suara, dan banyak fitur lainnya.""Nggak usah. Aku jarang main ponsel, aku cuma pakai ponsel untuk telepon. Simpan nomor teleponku saja," timpal Tirta. Kemudian, dia memberikan nomor teleponnya kepada bos penjual bibit.Filda mencebik dan tidak berbicara lagi. Entah apa yang dipikirkannya. Setelah beberapa saat, para sopir truk sudah selesai menambal jalan. Salah satu dari mereka membungkuk dan bertanya kepada Tirta, "Jalannya sudah selesai ditambal, apa kita mau masuk ke desa sekarang?"Tirta menjawab sembari mengangguk, "Iya. Nanti kalian ikut mobilku."Selesai bicara, Tirta berjalan ke mobil dan masuk ke kursi pengemudi. Melihat bos penjual bibit yang menggendong anak, Tirta men

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1407

    Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1406

    "Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1405

    Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1404

    "Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1403

    Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1402

    Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1401

    Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1400

    Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status