Share

Bab 964

Penulis: Hazel
"Kamu salah paham," celetuk Tirta. Dia mengeluarkan ponsel dan menunjukkannya kepada Filda.

Filda menanggapi, "Tirta, ternyata kamu memang nggak punya WhatsApp! Apa perlu aku bantu kamu unduh aplikasi WhatsApp dan buat akunnya? Kalau pakai WhatsApp, kamu bisa melakukan panggilan video, mengirim foto, rekaman suara, dan banyak fitur lainnya."

"Nggak usah. Aku jarang main ponsel, aku cuma pakai ponsel untuk telepon. Simpan nomor teleponku saja," timpal Tirta. Kemudian, dia memberikan nomor teleponnya kepada bos penjual bibit.

Filda mencebik dan tidak berbicara lagi. Entah apa yang dipikirkannya. Setelah beberapa saat, para sopir truk sudah selesai menambal jalan. Salah satu dari mereka membungkuk dan bertanya kepada Tirta, "Jalannya sudah selesai ditambal, apa kita mau masuk ke desa sekarang?"

Tirta menjawab sembari mengangguk, "Iya. Nanti kalian ikut mobilku."

Selesai bicara, Tirta berjalan ke mobil dan masuk ke kursi pengemudi. Melihat bos penjual bibit yang menggendong anak, Tirta men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 965

    Sopir itu memprotes, "Apa? Kita harus melanjutkan perjalanan lagi dan membantumu merendam bibit di sungai? Kami cuma sopir yang mengantar barang, bukan pembantumu! Kamu kerjakan saja sendiri!"Sopir menambahkan, "Lagi pula, kami sudah dibayar! Kami nggak mau bantu kamu!"Kemudian, sopir itu memberi tahu rekannya tentang permintaan Tirta. Mereka memang gusar karena tadi truk terjerembap. Tentu saja, sekarang mereka tidak ingin memenuhi permintaan Tirta. Bahkan, ada yang menganggap Tirta tidak mempunyai hati nurani.Tirta yang merasa tidak berdaya menjelaskan, "Aku juga nggak bilang kalian nggak dibayar. Kenapa kalian memarahiku?"Sopir truk mengomel, "Biarpun dibayar, kami juga nggak mau! Kami sudah lelah, kami nggak mau kerja lagi! Jangan sok hebat mentang-mentang kamu punya banyak uang!"Ayu dan lainnya mengernyit begitu mendengar ucapan sopir truk. Sebelum mereka angkat bicara, beberapa sopir yang sebelumnya meremehkan Tirta turun dari truk.Salah satu dari mereka berseru, "Yuda, cuk

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 966

    Sebagian bawahan Farida segera membantu setelah tahu Tirta akan menurunkan bibit pohon buah. Namun, jumlah bibit yang diantar kali ini terlalu banyak. Ditambah dengan belasan sopir truk dan Tirta, semua bibit baru selesai dibereskan dalam waktu hampir 2 jam.Kemudian, Tirta menanyakan nomor rekening sopir truk. Dia hendak meminta bantuan Agatha untuk mentransfer bayaran kepada sopir truk. Masalahnya, para sopir truk tidak bersedia menerima uang Tirta.Tirta terpaksa membatalkan niatnya. Nanti dia baru memberikan uangnya kepada bos penjual bibit. Dengan begitu, bos penjual bibit yang akan menyerahkan uang tersebut kepada para sopir truk.Setelah sopir truk pergi, Tirta berterima kasih kepada bawahan Farida. Para bawahan Farida berkomentar."Tirta, justru kami yang harus berterima kasih padamu.""Kak Farida sudah beri tahu kami bahwa kamu mau beri kami gaji sejuta per hari untuk mengurus kebun buah.""Kami nggak menyangka bisa mendapatkan kerjaan sebagus ini!""Ke depannya kamu panggil k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 967

    "Ucapanmu nggak bisa dipercaya!" komentar Agatha. Kemudian, dia memandang Ayu sembari memohon, "Bibi Ayu, aku nggak bisa mengawasi Tirta setiap hari. Selama aku nggak bersamanya, tolong awasi Tirta. Takutnya dia mendekati wanita lain tanpa sepengetahuanku."Ayu mengangguk dan menyahut, "Tenang saja, Agatha. Aku pasti akan mengawasi Tirta."Melati menimpali, "Agatha, aku juga akan bantu kamu awasi Tirta. Selama ada kami berdua, Tirta nggak akan berani menyentuh wanita lain."Ayu dan Melati juga merupakan kekasih Tirta. Tentu saja mereka akan mengawasi Tirta. Bisa dibilang, itu memang tugas mereka.Agatha membalas dengan ekspresi gembira, "Terima kasih, Bibi Ayu dan Kak Melati. Nanti aku akan bawakan alat rias dan baju waktu kembali dari kota."Tirta merasa tidak berdaya. Dia berujar, "Kalian mengobrol saja. Aku mau buat peta labirin obat."Kemudian, Tirta mencari kertas, pensil, dan buku kuno pengobatan. Dia mengikuti catatan buku kuno untuk menggambar labirin obat berdasarkan kondisi D

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 968

    Tirta menyahut seraya mengangguk, "Boleh. Lebih bagus kalau bisa diganti jadi bibit bahan obat. Kak Agatha, kamu sekalian bantu aku beli bahan obat lain lagi ...."Tirta memberi tahu Agatha bahan yang dibutuhkan untuk membuat penawar labirin obat. Agatha berpikir sejenak, lalu menanggapi, "Semua bahan obat ini ada di gudang perusahaanku. Nanti aku suruh bawahanku siapkan semua bahan obat itu. Besok pagi, aku suruh orang antar kemari."Agatha menambahkan, "Selain itu, aku lihat belakangan ini kamu butuh uang tunai. Aku suruh bawahan tarik dana 20 miliar dari rekening perusahaan untukmu."Tirta yang ragu membalas, "Kak Agatha, aku punya uang. Sebaiknya kamu jangan pakai dana perusahaan."Agatha menyanggah, "Dana perusahaan juga uangmu. Kalau bukan karena kamu, mana mungkin perusahaan bisa menghasilkan begitu banyak uang? Kamu pakai saja, nggak ada yang menentang."Mendengar ucapan Agatha, Tirta juga tidak menolak lagi. Nia yang penasaran bertanya, "Agatha, perusahaan kalian bergelut dala

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 969

    Tirta tertawa, lalu berkata, "Tenang saja, Kak Nia. Ke depannya kamu juga akan menjadi orang kaya."Agatha mengepalkan tangannya dan menyemangati, "Benar, Kak Nia. Kamu harus berjuang bersama Tirta untuk mengembangkan kebun buah. Ke depannya kamu akan jadi idolaku!"Nia menimpali dengan wajah memerah, "Terima kasih, Tirta dan Agatha. Aku benar-benar beruntung bisa bertemu kalian. Biarpun ke depannya aku menjadi kaya, aku juga nggak akan melupakan kebaikan kalian."Selain berterima kasih kepada Tirta, Nia juga mengagumi dan menghormatinya. Perasaan minder Nia juga langsung sirna.Tiba-tiba, terdengar suara yang familier dari luar. "Tirta, kenapa Bu Agatha belum pulang? Apa yang kalian bicarakan?"Ternyata, hari ini Susanti menyelesaikan pekerjaannya lebih awal dan segera kembali ke klinik. Saat pagi, Susanti masih bersikap sungkan pada Agatha karena dia harus menyelesaikan kasus.Namun, sekarang Susanti hanya kekasih Tirta. Tentu saja dia merasa tidak senang ketika melihat Agatha.Agath

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 970

    "Ini nggak ada apa-apanya. Tirta punya banyak kekasih," sindir Susanti."Aku ... ini nggak ada hubungannya denganku. Aku pergi ke dapur untuk lihat masakannya," timpal Nia. Dia takut terlibat permasalahan ini, jadi dia segera mencari alasan untuk keluar dari klinik.Sekarang hanya tersisa Tirta, Agatha, dan Susanti di klinik. Suasananya menjadi canggung. Tirta angkat bicara, "Itu ...."Sebelum Tirta menyelesaikan ucapannya, Agatha dan Susanti membentak secara bersamaan."Diam! Ini bukan urusanmu!""Cepat keluar! Aku pusing lihat kamu!""Oh, oke. Aku keluar sebentar," ucap Tirta. Dia mendesah, lalu keluar dari klinik. Sebelum Tirta berjalan sampai ke pintu, Agatha dan Susanti membentak secara bersamaan lagi."Tirta, tunggu dulu! Kenapa kamu menuruti kemauannya? Kenapa kamu begitu patuh?""Cepat kembali! Kamu nggak boleh pergi ke mana pun!"Kemudian, Agatha dan Susanti saling membentak lagi."Kenapa kamu ikut-ikutan aku bicara?""Berhenti!"Melihat perdebatannya makin sengit, Tirta langs

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 971

    Target pertama Tirta tidak lain adalah Susanti. Ini karena Susanti yang selalu menunjukkan kekesalannya setiap kali Tirta bertemu Agatha.Di situasi seperti ini, Susanti tentu melawan sekuat tenaga. Namun, tidak peduli bagaimana dia melawan, dia tentu bukan tandingan Tirta.Setelah diberi pelajaran oleh Tirta selama belasan menit, Susanti akhirnya menangis sambil memohon ampun.Kemudian, Tirta segera menyerang Agatha. Hanya dalam belasan menit, Agatha juga menyerah. Bagaimanapun, Tirta tidak menahan tenaganya sedikit pun. Tujuannya memang supaya kedua wanita ini tidak bertengkar setiap kali bertemu."Sekarang sudah ingat ucapanku tadi? Lain kali ketemu Kak Agatha masih berani berdebat?" tanya Tirta yang memandang Susanti dari atas dengan penuh wibawa."Ya, aku nggak akan berani lagi. Maafkan aku .... Kelak Agatha adalah sahabatku. Jangan serang aku lagi ...," pinta Susanti sambil meringkuk di tepi ranjang dengan tubuh bergetar."Huh! Bagus kalau sudah tahu kesalahanmu! Kak Agatha, gima

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 972

    Ayu mengantar Arum dan Yanti ke luar klinik. Saat ini, hanya tersisa Ayu, Melati, dan Nia di klinik. Jadi, Nia pun punya tempat untuk tidur."Arum, kulihat kamu agak murung. Apa ada masalah?" tanya Yanti dengan curiga."Nggak kok, aku cuma capek siang tadi. Nggak ada masalah," sahut Arum yang menghela napas.Awalnya, Arum hanya ingin mencoba dengan Tirta. Dia tidak berniat untuk merebut Tirta atau bersaing dengan Ayu dan lainnya.Namun, setelah mereka benar-benar bersama, Ayu malah tidak bisa menahan kecemburuannya melihat Tirta bersama wanita lain."Masa? Aku rasa kamu agak aneh hari ini. Aku pikir kamu ditindas orang. Baguslah kalau nggak ada. Kalau ada yang berani menindasmu, bilang saja padaku. Aku suruh Zoro dan Kuro gigit mereka!" ucapYanti sambil menepuk dadanya. Namun, dia tidak begitu percaya pada ucapan Arum."Terima kasih, Bu Yanti. Oh ya, kamu datang malam-malam untuk cari Tirta karena masalah perban di dada?" Arum langsung mengalihkan topik."Kamu tahu Tirta yang membalut

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1025

    Camila tidak pernah melihat Simon mengamuk seperti ini. Mungkin karena ucapan Yahsva, Simon yang marah juga terlihat sedikit ketakutan.Camila yang dipaksa untuk menerima kenyataan berusaha menahan emosinya dan menghibur Simon, "Simon, biarpun dia itu adik angkat Kakek Saba, kamu itu cucu kandung Kakek Yahsva. Kamu nggak usah panik cuma karena masalah sepele seperti ini."Camila melanjutkan, "Paling-paling kita minta maaf kepada ... Tirta untuk menghormati Kakek Saba. Bagaimanapun, Kakek Yahsva nggak akan mempersulitmu demi orang luar."Camila takut ditendang Simon lagi, tetapi sebenarnya dia tetap menganggap Tirta sebagai orang kampungan. Camila tidak akan mengubah pandangannya karena Tirta adalah adik angkat Saba.Simon memelototi Camila sambil membentak, "Dasar tolol! Kalau memang segampang itu, aku nggak mungkin begitu marah! Kamu tahu Kakek menyuruhku minta maaf pada Tirta dengan cara apa?"Simon ingin menampar Camila. Sementara itu, Camila mulai ketakutan. Dia mundur, lalu beruca

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1024

    "Kenapa aku bisa punya cucu yang nggak berguna sepertimu? Apa kamu tahu Saba mau bawa bawahannya untuk memberimu pelajaran?" lanjut Yahsva.Sebelumnya Yahsva masih berharap orang yang dilawan Simon bukan temannya Tirta. Setelah mendengar perkataan Simon, amarah Yahsva langsung meluap. Dia terus memarahi Simon.Biarpun Simon sudah mematikan pengeras suara, sebagian orang yang berdiri di dekat Simon bisa samar-samar mendengar suara Yahsva. Salah satu orang menceletuk, "Pak Yahsva nggak bercanda, 'kan? Ternyata pria kam ... salah ... Tirta itu adik angkat Pak Saba! Apa tadi aku salah dengar?"Suasana menjadi heboh. Para tamu mulai berkomentar, tetapi mereka tidak menyebut Tirta orang kampungan lagi."Tadi aku juga dengar, sepertinya memang benar!""Kalau nggak, ekspresi Pak Simon juga nggak akan begitu masam!""Pantas saja, Tirta sama sekali nggak takut kepada Pak Simon. Ternyata omongan Pak Chandra memang benar. Tirta lebih hebat daripada Pak Simon!""Tirta itu adik angkat Pak Saba! Hubu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1023

    Simon tertawa sinis, lalu mengomentari, "Kamu menyarankanku jangan bersikap keterlaluan? Memangnya orang seperti kalian pantas menegurku?"Tiba-tiba, ponsel Simon berdering. Dia bergumam, "Eh, Kakek yang menelepon. Apa Kakek sudah menyuruh orang untuk mencabut jabatan Pak Chandra?"Ekspresi Simon tampak senang. Dia hendak menjawab panggilan telepon. Namun, Camila berniat memamerkan latar belakang keluarga pacarnya.Camila berucap kepada Simon, "Simon, bagaimana kalau kamu aktifkan pengeras suara biar pria kampungan itu dan semuanya bisa mendengarnya dengan jelas? Dengan begitu, mereka bisa menyerah!"Wirya juga maju dan memanas-manasi, "Benar, Pak Simon. Pria kampungan ini bilang bisa mencari orang untuk melindungi Pak Chandra dan lainnya. Jadi, kamu harus buat dia dipermalukan habis-habisan!"Simon malas berbuat seperti itu, tetapi dia tidak bisa menolak permintaan Camila. Jadi, dia menuruti kemauan Camila untuk mengaktifkan pengeras suara setelah menjawab panggilan telepon.Suasana d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1022

    Tirta menambahkan, "Tadi aku sudah menghubungi Pak Saba. Dia bilang dia akan bantu aku selesaikan masalah ini."Camila mencibir saat mendengar Tirta mengakui dirinya memang mempunyai sokongan hebat. Ketika hendak menyindir Tirta dan Bella, tiba-tiba Simon mengernyit.Simon yang mempunyai firasat buruk bergumam, "Saba? Apa yang dia maksud itu Kakek Saba? Nggak mungkin ... aku bahkan jarang bertemu Kakek Saba. Mana mungkin dia berteman dengan orang rendahan seperti ini? Dugaanku pasti salah."Melihat ekspresi Simon yang khawatir, Camila langsung bertanya, "Simon, kamu bilang apa?"Simon menahan kegelisahannya dan menjelaskan kepada Camila, "Nggak apa-apa. Belakangan ini aku dapat kabar teman kakekku yang bernama Saba kembali ke ibu kota negara dan menduduki jabatannya sebelumnya. Aku berencana bawa kamu bertemu Kakek Saba saat senggang."Camila sengaja berseru ke arah Bella, "Kakek Saba itu salah satu sesepuh di dunia pemerintahan yang paling terkenal, ya? Wah! Simon, kamu nggak bercanda

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1021

    Jika Tirta belum menghubungi Saba, mungkin Chandra dan lainnya tidak akan memedulikan sindiran mereka. Namun, sekarang mereka tahu Tirta sudah menghubungi Saba untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi, Chandra dan lainnya tidak akan berdiam diri lagi.Hendrik melihat Wirya dan Diego dengan dingin sambil angkat bicara, "Semuanya belum pasti. Pak Diego, Pak Wirya, kalian begitu yakin Keluarga Gumarang, Keluarga Reksa, Keluarga Wisono, dan Grup Sapari akan bangkrut. Apa kalian nggak takut kami akan melawan Keluarga Bazan dan Keluarga Liman setelah kami selamat?"Mendengar ucapan Hendrik, Diego tertawa terbahak-bahak dan menyindir, "Kalian hampir celaka, tapi masih bisa berkhayal! Apa kalian kira Pak Simon cuma bercanda saat bilang mau buat kalian bangkrut dalam waktu setengah jam? Apa kalian juga punya sokongan hebat yang bisa membuat Pak Simon takut seperti Keluarga Purnomo?"Bukan hanya Diego yang tidak percaya. Selain orang-orang yang dekat dengan Tirta, semua orang di aula merasa Chandra

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1020

    Chandra dan lainnya sudah mendengar Tirta menelepon Saba. Biarpun mereka terlihat tidak peduli, sebenarnya mereka juga merasa gugup.Tirta menegaskan, "Nggak. Kita memang teman, tapi aku tetap berutang budi pada kalian. Aku bisa membedakannya dengan jelas, jadi aku akan tetap menebus kesalahanku. Kalau nggak, ke depannya aku nggak berani bertemu kalian lagi."Sebelum Chandra dan lainnya bicara, Darwan menghampiri mereka dan tertawa. Dia berkata, "Pak Chandra, Pak Argono, Pak Toby, Pak Hendrik, dan Pak Hubert, silakan duduk. Kalian sudah berikan hadiah yang mahal untuk putriku dan Tirta. Kalian itu tamu terhormat Keluarga Purnomo."Darwan meneruskan, "Mohon dimaklumi kalau pelayananku kurang memuaskan. Mulai hari ini, kalian itu rekan kerja sama Keluarga Purnomo yang paling penting. Kalau ada proyek, kalian bisa bahas denganku. Kita bisa berkembang bersama!"Sudah jelas Darwan bermaksud membantu Tirta membayar utang budinya. Bagi Keluarga Gumarang, Keluarga Reksa, Keluarga Wisono, dan H

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1019

    Selesai bicara, Yahsva hendak menelepon Simon dan menegurnya. Namun, Saba menghentikan dengan ekspresi marah, "Tunggu, Yahsva. Kamu bilang dulu mau beri pelajaran apa pada Simon. Tirta sudah minta bantuanku, aku rasa Simon pasti melakukan hal yang keterlaluan! Mana mungkin Simon bisa jera kalau diberi hukuman yang ringan?"Sebelumnya Saba tidak tahu orang yang ingin dibereskan Simon adalah teman Tirta. Jadi, dia tidak ingin ikut campur dan mengabaikannya. Namun, sekarang masalah ini melibatkan adik angkatnya. Tentu saja, Saba harus menyikapinya dengan serius.Ini adalah pertama kalinya Yahsva melihat sikap Saba yang begitu serius. Dia tahu Saba menganggap Tirta sangat penting. Yahsva menimpali, "Saba ... coba aku pikirkan dulu .... Kalau nggak, aku suruh Simon minta maaf pada Tirta di depan umum dan beri Tirta kompensasi 20 triliun."Mendengar perkataan Yahsva, Saba mendengus dan mengomel, "Yahsva, tadi aku sudah bilang Tirta nggak tertarik dengan uang. Nggak ada gunanya kamu beri dia

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1018

    Tiba-tiba, ponsel Saba berdering. Begitu melihat Tirta menelepon, mata Saba berbinar-binar. Saba segera memanggil Yahsva, "Yahsva, tunggu sebentar. Tirta yang telepon, aku bantu kamu tanya kapan dia punya waktu datang ke ibu kota. Nanti kamu baru bereskan urusanmu.""Kebetulan sekali! Saba, cepat bantu aku tanya Tirta punya waktu atau nggak! Urusanku nggak terlalu penting," timpal Yahsva.Tentu saja Yahsva merasa urusan memperpanjang umur lebih penting. Dia langsung menghentikan langkahnya begitu mendengar Saba mengatakan Tirta yang menelepon. Yahsva kembali ke sisi Saba dan mendengar percakapannya dengan Tirta.Melihat Yahsva yang antusias, Saba juga langsung berkata sebelum Tirta sempat bicara, "Tirta, kenapa kamu tiba-tiba meneleponku? Kebetulan aku butuh bantuanmu, entah kamu bisa menyanggupinya atau nggak."Mendengar ucapan Saba, Tirta tidak langsung mengungkapkan permintaannya. Bagaimanapun, Tirta hendak merepotkan Saba. Dia berutang budi pada Saba. Jadi, Tirta memutuskan untuk

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1017

    Yahsva menegur, "Kamu buat masalah apa lagi? Aku lagi minum teh dan main catur dengan Saba! Kalau nggak ada urusan penting, aku langsung akhiri panggilan telepon!"Sepertinya, Yahsva tidak merasa puas dengan Simon. Sementara itu, Simon sangat takut kepada kakeknya. Mendengar teguran Yahsva, Simon langsung menceritakan masalah yang dialaminya di kediaman Keluarga Purnomo, "Kakek, aku juga nggak ingin mengganggumu karena masalah sepele, tapi Pak Chandra keterlaluan sekali!"Simon melanjutkan, "Pak Chandra mempermalukanku di depan umum demi seorang pria kampungan! Aku nggak bisa terima! Kakek, aku mohon ...."Simon tidak mengungkit Keluarga Purnomo. Dia berencana membalas mereka secara diam-diam. Setelah mendengar cerita Simon, Yahsva membentak, "Kamu selalu membuat masalah! Aku bantu kamu terakhir kali."Simon menambahkan, "Kalau ke depannya kamu berani bertindak semena-mena dengan mengandalkan identitasmu, kamu selesaikan masalahmu sendiri! Aku nggak bisa melindungimu seumur hidup, kamu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status