Tirta segera menjelaskan, "Mana mungkin! Agatha, kamu jangan curiga dulu. Uang itu hadiah kemenangan kompetisi tempo hari. Kebetulan perusahaan Kak Irene lagi butuh suntikan modal, jadi aku investasikan uang itu ke sana. Kami nggak ada hubungan apa-apa!""Satu lagi, apa menurutmu Kak Irene bisa menyukai pemuda sejelekku?" tambah Tirta, sengaja merendahkan dirinya."Benar juga. Kak Irene secantik ini, mustahil bisa suka padamu," sahut Agatha dengan polos.Agatha benar-benar memercayai Tirta. Jika wanita lain yang berada di posisinya, mereka tidak akan mungkin percaya semudah itu.Agatha tidak tahu saja, Irene sudah lama ditiduri Tirta. Mereka bahkan sudah mencoba berbagai macam posisi.Irene diam-diam menghela napas lega. Kemudian, dia bertanya lagi dengan penasaran, "Tirta, kalau kamu nggak memakai uang investasi itu, dari mana kamu dapat uang untuk membantu Aiko?"Apa itu uang yang Bella berikan pada Tirta waktu mereka pergi melihat giok? Sepertinya itu tidak masuk akal. Tirta hanya p
Itu sebabnya orang-orang yang penasaran mulai berkerumun.Darian telah mengutus orang untuk mengikuti Tirta dan menangkapnya. Namun, sesampainya di hotel, mereka baru tahu bahwa wali kota setempat sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun putrinya di sana.Orang-orang itu tidak bisa bertindak gegabah. Jadi, mereka melaporkan apa yang terjadi pada Darian. Setelah itu, barulah sang jenderal datang bersama orang-orangnya ke sini."Aku nggak bermaksud mengganggu. Aku hanya ingin bertemu dengan Tirta. Setelah Pak Saad menyerahkan orang itu padaku, kami akan segera pergi," ucap Darian sambil menatap Saad.Saad dan Mauri terlihat bingung. Sebelum mereka bicara, Naura sudah terlebih dahulu bertanya sambil mengernyit, "Kamu mau bertemu Tirta? Apa dia membuat pelanggaran hukum? Kenapa kamu mau menangkapnya?"Tadinya, Naura sudah merasa heran. Mengapa jenderal yang tidak dikenalnya ini bisa datang menghadiri pesta ulang tahunnya? Ternyata dia datang untuk menangkap Tirta! Itu sebabnya, Naura mema
"Baik!" Begitu ucapan Darian dilontarkan, lebih dari 20 tentara di belakangnya sontak mengambil tindakan.Mereka berpencar dan mulai mencari jejak Tirta di satu per satu ruang privat. Saad dan Mauri mengutus orang untuk menghentikan, tetapi semua bawahan mereka dijatuhkan dan pencarian tetap dilanjutkan."Ayah, apa kita perlu beri tahu Tirta tentang masalah ini?" tanya Naura dengan kesal."Sebaiknya jangan ganggu Tirta dulu," timpal Saad. Kemudian, dia bertanya kepada Darian dengan dingin, "Jenderal, bukankah tindakanmu ini agak keterlaluan?""Hehe. Untuk orang seperti kalian, aku nggak perlu sungkan-sungkan. Beraninya kalian mengutus orang untuk menghalangiku! Aku rasa kalian nggak tahu kesenjangan status di antara kita!" Ekspresi Darian tampak angkuh. Dia sama sekali tidak menghormati Saad."Aku tahu kamu memang hebat. Tapi, kamu bukan eksistensi terhebat di negara ini. Sebaiknya jangan buat masalah untuk diri sendiri. Tinggalkan tempat ini atau kalian akan menyesal," ucap Saad sambi
Saat ini, Saad menerima panggilan dari Shinta. Shinta mengatakan dia dan kakeknya akan segera tiba."Oke, aku panggil Tirta keluar untuk menyambut kalian." Usai menanggapi, Saad langsung mengakhiri panggilan. Kemudian, dia meninggalkan lobi untuk mencari Tirta."Ayah, aku ikut." Naura mengikuti, begitu juga Mauri."Sudah takut, 'kan? Sesuai dugaanku, mereka mencari Pak Chandra cuma untuk menakutiku." Darian tidak tahu apa isi percakapan di telepon sehingga mengira Saad sudah menyerah. Karena tidak bisa menakutinya lagi, Saad pasti akan menyerahkan Tirta kepadanya. Saad pasti takut menyinggungnya.Segera, Darian melihat Saad, Naura, dan Mauri kembali dengan membawa Tirta. Di belakang Tirta, berdiri pula Irene dan Aiko.Sebelum kemari, Naura sudah menceritakan apa yang terjadi secara singkat. Tirta bisa menebak tujuan kedatangan Darian. Makanya, dia tidak membangunkan Agatha yang sedang tidur. Jangan sampai Agatha tahu hubungannya dengan Irene.Sebelum Tirta berbicara, Darian sontak tert
Suasana hati Shinta awalnya sangat baik. Dia mengira dirinya bisa mendapat Pil Kecantikan setelah bertemu Tirta. Dia ingin melihat sehebat apa khasiat pil itu.Siapa sangka, sebelum dirinya melangkah masuk, dia mendengar Darian hendak menangkap Tirta. Seketika, ekspresinya menjadi masam."Dik. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu membawa begitu banyak orang untuk menangkap adik angkatku?" Terdengar suara Saba yang kesal di lobi. Tatapan Saba sontak menjadi tajam."Kalian juga buta ya? Dia menamparku tadi. Aku tentu ingin menangkapnya! Suasana hatiku sedang buruk sekarang! Kusarankan kalian jangan ikut campur! Kalau tahu diri, cepat tinggalkan tempat ini!"Setelah bereaksi dari keterkejutannya, Darian melihat yang berbicara adalah seorang pria tua dan seorang gadis. Mereka seharusnya adalah kakek dan cucu.Darian merasa pria tua itu sangat familier, tetapi dia tidak sempat berpikir terlalu jauh karena sedang marah. Amarah telah berkecamuk di dalam hatinya.Begitu mendengarnya, ekspr
Bukankah tindakan Darian ini jelas menunjukkan bahwa dirinya sudah bosan hidup? Atasan Darian sekalipun belum tentu bisa melindunginya setelah mengetahui masalah ini! Dalam sekejap, tubuh Darian gemetaran. Keringat dingin bercucuran. Para bawahannya juga ketakutan hingga memucat. Tidak ada yang berani bertindak."Ya ampun ... Ternyata Tirta dan Pak Saba adalah saudara angkat .... Tirta ini hebat sekali ...." Irene juga kaget mendengar informasi ini.Sepasang matanya yang indah menatap Tirta lekat-lekat. Jika tidak mendengarnya sendiri, Irene tidak akan percaya bahwa semua ini nyata.Baik itu di ranjang ataupun di kehidupan biasa, Tirta terus memberinya kejutan. Inilah pria yang disukai Irene! Tidak ada tandingannya!Aiko yang berdiri di samping juga tercengang. Pantas saja, uang 6 triliun tidak ada apa-apanya bagi Tirta. Bagaimanapun, Saba adalah kakak angkat Tirta! Aiko tidak bisa percaya ternyata Tirta sehebat ini! Aiko sampai merasa dirinya sangat beruntung karena pernah merasakan b
Dari nada bicara ini, terdengar jelas bahwa Shinta marah besar. Yang diwakili Shinta adalah Keluarga Dinata, salah satu keluarga paling berkuasa di seluruh negeri! Siapa pula yang berani bermusuhan dengan Keluarga Dinata?Namun, Darian yang berdiri di depannya ini justru berani memanfaatkan statusnya untuk merebut kekasih Tirta! Tirta adalah adik angkat kakeknya, tetapi Darian malah bersikap lancang padanya! Darian sama sekali tidak menghargai Keluarga Dinata!Begitu mendengarnya, Darian menyeka keringat dingin di dahinya. Dia membungkuk dan memohon kepada Shinta, "Nona, sebenarnya ... aku tahu aku sudah impulsif. Makanya, aku berani mencari masalah dengan Tirta. Aku minta maaf.""Aku janji nggak bakal mengganggu Tirta dan Irene lagi. Tolong maafkan aku untuk kali ini saja." Usai berbicara, Darian memohon kepada Tirta dan menyanjungnya agar dirinya dimaafkan oleh Tirta. Jika memungkinkan, dia mungkin sudah berlutut di hadapan Tirta."Kakek, gimana menurutmu? tanya Shinta kepada Saba."
Saat ini, Saad, Mauri, Chandra, Budi, dan lainnya segera maju dan memberi hormat kepada Saba. Mereka mempersilakannya untuk duduk. Di aula utama, mereka sudah menyiapkan tempat duduk untuk Saba. Tidak ada tamu yang berani mengganggu."Hehe, oke. Tirta, kamu duduk juga." Saba mengangguk dan tersenyum, lalu mengajak Tirta duduk bersamanya.Setelah Tirta duduk, Shinta menghampirinya dan bertanya, "Kak Tirta, bukannya kamu sudah punya pacar? Apa hubunganmu dengan Bu Irene?"Aiko yang duduk di dekat Tirta mendengar pertanyaan Shinta. Dia sontak memasang telinga untuk menyimak jawaban Tirta."Kami cuma teman biasa. Jangan sembarangan bicara. Nanti aku nggak kasih Pil Kecantikan lho!" ancam Tirta yang mencoba mengelabui Shinta."Huh! Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Dasar playboy! Tenang saja, aku nggak tertarik dengan urusan pribadimu. Cepat kasih aku Pil Kecantikan!" Shinta mencebik dan menjulurkan tangannya."Ketinggalan di ruang privat. Nanti kuambilkan ya?" Tirta menepuk kepalanya."Aku
Ayu memutar bola matanya sambil memarahi, "Dasar bodoh, Bibi lagi datang bulan. Rasanya nggak nyaman, jadi beberapa hari ini biarkan Bibi istirahat ya."Tirta mengeluh, "Aduh, sayang banget. Padahal jarang-jarang Susanti pulang ke rumahnya. Kalau begitu, Bibi istirahat saja dulu. Aku akan pergi cari Kak Melati!"Tirta langsung mengalihkan perhatiannya ke Melati. Ayu menggerutu sambil mengerucutkan bibir, "Dasar anak nakal, kamu ini benar-benar reinkarnasi dari iblis mesum!"Saat itu, Melati sedang berada di dalam sebuah ruangan bersama Arum. Keduanya sedang bermain-main dengan beberapa anak harimau.Melihat Tirta masuk dengan tatapan penuh semangat, Melati baru saja ingin bertanya. Hanya saja belum sempat bicara, Tirta langsung memeluk pahanya dan mengangkatnya ke atas bahu."Aduh! Tirta, kamu mau apa?" seru Melati dengan panik. Dia memeluk tubuh Tirta erat-erat karena takut terjatuh."Kak Melati, aku sudah pergi seharian. Badanku kotor banget. Tolong bantu aku mandi ya," ucap Tirta de
Ketika Tirta dan Arum kembali ke klinik, mereka melihat sebuah mobil polisi diparkir di depan pintu. Susanti duduk sendirian di dalam mobil dan terlihat sedang melamun.Tirta berjalan mendekat, lalu bertanya dengan penasaran, "Susanti, kenapa kamu nggak masuk ke dalam? Kenapa malah duduk di dalam mobil?"Susanti membalas, "Aku lagi menunggumu."Susanti keluar dari mobil sambil menatap Tirta dengan tatapan penuh kecurigaan, lalu melanjutkan, "Aku dengar dari Bibi Ayu, besok kamu berencana sewa lahan untuk menanam pohon buah. Kenapa tiba-tiba mau tanam pohon? Bukannya uangmu sudah lebih dari cukup?"Arum yang baru saja bersenang-senang dengan Tirta di hutan langsung merasa canggung saat melihat Susanti. Setelah menyapanya, dia buru-buru masuk ke dalam klinik sendirian.Tirta menjawab santai sambil tersenyum, "Ya aku cuma bosan saja. Harus ada sesuatu yang kulakukan, 'kan? Lagian, aku akan menghabiskan banyak waktu di Desa Persik. Kalau lingkungannya bagus, bukankah tinggal di sini juga a
Dua ekor anjing Husky itu mengangguk dengan penuh semangat hingga suara gonggongan mereka serak."Ini .... Jangan-jangan Tirta yang mencuri bajuku, lalu bikin simpul pita di dadaku?" ucap Yanti. Raut wajahnya langsung berubah, bahkan napasnya juga menjadi tidak teratur."Kenapa dia melakukan hal seperti itu? Nggak bisa! Pokoknya aku harus cari kesempatan untuk tanyakan hal ini padanya. Aku nggak boleh biarkan dia mengambil keuntungan dariku begitu saja!" seru Yanti.....Setelah meninggalkan rumah Yanti, Tirta dan Arum tidak langsung kembali ke klinik. Tirta malah menyeret wanita itu ke sebuah hutan kecil yang gelap gulita.Arum samar-samar menyadari sesuatu. Napasnya menjadi tidak teratur ketika bertanya, "Tirta, kenapa kita nggak kembali ke klinik? Kenapa kamu membawaku ke sini?"Tirta terkekeh sambil langsung menarik Arum ke dalam pelukannya, lalu berucap, "Kak Arum, kita jangan pulang dulu. Aku kangen kamu. Aku boleh memelukmu sebentar, 'kan?"Tubuh Arum yang menempel erat pada Tir
"Bu Yanti, aku nggak bercanda. Aku yang bangun vila besar di ujung desa itu. Mobil Mercedes Maybach yang diparkir di depan klinik itu juga milikku. Aku punya banyak uang kok," ucap Tirta dengan serius. Dia tidak memberi kesempatan bagi Yanti untuk berpikir.Tirta menambahkan, "Asalkan kamu membantuku menyewa semua tanah di Desa Persik, aku bisa kasih kamu komisi sebesar 10%. Kalau nggak cukup, 12% juga nggak masalah."Yanti membalas, "Tirta, aku baru saja menyelesaikan perhitungan tanah di Desa Persik dua hari lalu. Luasnya sekitar 2 ribu hektare lebih. Dengan harga 1,6 juta per hektare, totalnya paling sedikit 3,2 miliar lebih. Kamu yakin mau sewa semuanya?""Sekalipun kamu punya uang, bukannya ini terlalu boros? Lagian, kamu mau tanah sebanyak itu buat apa?" tanya Yanti.Saat mendengar perkataan Tirta barusan, Yanti memandangnya dengan tidak percaya. Dia bahkan curiga Tirta belum sepenuhnya sadar atau mungkin sedang bermimpi.Kalau tidak, siapa yang akan datang tengah malam begini ke
"Hmph! Nggak mau digendong ya sudah! Besok, aku akan seret kamu pergi belanja sayur!" ucap Tirta sambil mendengus kesal. Kemudian, dia segera mengejar langkah Arum.Hanya saja sebelum mereka sampai ke rumah Yanti, dari kejauhan Tirta sudah melihat wanita itu sedang melatih dua ekor anjing besar di halaman rumahnya.Dua ekor anjing Husky setinggi setengah badan manusia itu terlihat sangat garang dan menakutkan. Di tangan Yanti, ada baju milik Tirta yang dipakainya kemarin.Dengan ekspresi serius, Yanti berbicara kepada kedua anjing itu seolah sedang memberi perintah yang sangat penting, "Zoro, Kuro, cium baik-baik baju ini dan ingat baik-baik baunya. Pemilik baju ini adalah orang mesum!"Yanti menambahkan, "Kalau malam ini ada orang yang baunya seperti ini mendekati halaman rumah kita, gigit dia sekuat-kuatnya. Lebih bagus lagi kalau kalian bisa menggigitnya sampai jadi mandul!"Mendengar perkataan itu, Tirta langsung menghentikan langkahnya. Dia merasa ada angin dingin menyusup ke sela
Saat Tirta memasuki vila, Arum, Ayu, dan Melati sudah selesai memilih kamar mereka. Mereka bertiga sedang turun dari tangga.Melati mendekat, lalu bertanya dengan penasaran, "Tirta, kamu tadi ngobrol apa sama Kak Farida?""Bukan apa-apa, kami cuma diskusi soal gimana cara bikin vila ini jadi lebih bagus," jawab Tirta santai. Tentu saja dia tidak akan menceritakan hal yang sebenarnya.Arum menanggapinya dengan tidak terlalu peduli, "Cuma soal itu? Kami sudah selesai pilih kamar. Tirta, kamu nggak mau pilih kamarmu?""Untuk apa aku pilih? Seluruh vila ini milikku. Aku bisa tidur di mana saja sesukaku, bukan begitu?" balas Tirta dengan santai, sambil tak sengaja melirik ketiga wanita itu dengan tatapan penuh arti."Jangan bicara sembarangan. Hari sudah hampir gelap," ujar Ayu dengan kesal sambil melirik Tirta, seolah mengerti maksud ucapannya.Ayu melanjutkan, "Ayo, kita pulang masak. Besok, bukannya kamu akan urus penyewaan tanah dan bantu nona dari desa sebelah untuk bikin kebun buah?"
Farida mengingatkan, "Kamu jangan sampai bilang ke siapa-siapa soal ini. Nanti Kakak nggak berani bertemu orang lain lagi.""Apa?" Mendengar itu, Tirta terkejut dan langsung membelalakkan matanya. Dia bertanya, "Kak Farida, yang mau kutanyakan bukan soal ini .... Semalam, ka ... kamu ternyata lihat semuanya?"Teringat bubur di bawah pantatnya, Tirta melihat Farida dengan tatapan aneh. Jangan-jangan ... semalam ketika Farida melihat dirinya bersenang-senang dengan Susanti, dia juga memuaskan dirinya sendiri?Dipikir-pikir, Farida sudah berusia 30 tahunan dan belum juga punya pasangan. Jadi, wajar saja kalau dia ....Farida bertanya, "Apa? Tirta, tadi kamu bilang yang mau kamu tanyakan bukan ini? Kalau begitu ... sebenarnya kamu mau tanya apa?"Farida merasa sangat malu. Rasanya dia ingin sekali bersembunyi. Kalau tahu yang mau ditanyakan Tirta bukan soal itu, dia sama sekali tidak akan membahasnya.Sekarang, Farida malah seperti mengaku sendiri tanpa dipaksa. Yang lebih penting, bagaima
Arum membalas dengan penuh semangat, "Boleh. Kemarin pagi, aku dengar dari Kak Farida kalau bahan-bahan untuk renovasi vila sudah tiba. Sepertinya dalam beberapa hari ini, renovasinya akan selesai. Kebetulan kita bisa pergi bareng untuk melihat-lihat vila baru, sekalian pilih kamar."Ayu menimpali sambil tersenyum lembut, "Aku setuju. Kita lihat bareng-bareng saja. Ruang di klinik cuma satu. Selama ini, Arum jadi harus tidur di luar. Nanti, kita biarkan Arum pilih kamar dulu. Anggap saja ini sebagai bentuk permintaan maaf kita padanya."Melati menimpali sambil tersenyum, "Benar, biarkan Arum pilih kamar yang paling besar dulu. Kita nggak perlu buru-buru. Lagian ini vila bertingkat, pilih kamar di lantai mana pun sama saja!"Setelah percakapan itu, para wanita itu berjalan bersama menuju vila. Di desa kecil ini, mereka adalah pemandangan yang paling mencolok dan memesona. Tirta mengikuti di belakang sambil berpikir dalam hati bahwa dia harus menjaga keselamatan mereka semua.....Saat T
Akan tetapi, Tirta sama sekali tidak berani lengah. Sebaliknya, dia malah menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Dia merasa harus segera kembali ke Desa Persik untuk menemani Ayu dan beberapa wanita lainnya.Setelah menanyakan beberapa informasi tambahan tentang Black Gloves dari Mauri, Tirta pun menutup telepon dan buru-buru kembali ke kliniknya.Melati dan Arum ternyata sudah ada di sana. Ayu berjalan mendekatinya dengan penuh kekhawatiran dan bertanya, "Tirta, kenapa wajahmu agak pucat? Kamu lagi nggak enak badan ya?"Tirta memaksakan diri untuk tersenyum ketika menjawab, "Bibi, aku baik-baik saja. Hanya saja akhir-akhir ini aku terlalu sering berkeliaran, jadi agak lelah."Namun dalam hatinya, Tirta masih memikirkan cara menghadapi ancaman dari organisasi Black Gloves.Mendengar itu, Ayu membalas, "Kalau lelah, istirahatlah baik-baik. Jangan berkeliaran terus."Ayu dan para wanita lainnya yang ada di sana tentu saja tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Tirta. Mereka