Share

Bab 596

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 18:00:00
Tiba-tiba, Ayu yang sejak tadi berpura-pura tidur, menyadari gerakan Melati. Dia membuka matanya dan memanggil dengan pelan, "Melati, tunggu sebentar, kamu mau ke mana ...." Sambil berkata demikian, Ayu juga bangkit perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara.

"Eh, Bibi, aku ... cuma mau ke toilet sebentar, maaf sudah membangunkanmu ...," jawab Melati dengan gugup karena tidak mau mengungkapkan alasan sebenarnya. Meskipun mereka berdua sudah beberapa kali bersama-sama dengan Tirta, Melati merasa bersalah diam-diam menemui Tirta.

"Shh, jangan terlalu keras, kita bicara di luar," bisik Ayu. Melihat Melati hanya mengenakan pakaian tidur tipis tanpa membawa jaket, Ayu langsung tahu apa yang ingin dilakukan Melati. Sebenarnya, Ayu juga tidak bisa tidur, dia sendiri berniat untuk diam-diam menemui Tirta.

"Bibi mau bilang apa denganku?" tanya Melati dengan gugup setelah tiba di luar.

"Melati, kita berdua nggak perlu saling menutupi. Aku tahu kamu kangen sama Tirta. Ayo, kita temui dia sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mas Day
anjeeeeeeeng
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 597

    "Aku nggak bisa tidur. Kenapa kamu keluar?" tanya Tirta berpura-pura tidak tahu."Aku ... teringat dengan sindiran Susanti tadi siang, jadi hatiku agak kesal. Aku mau cari kamu untuk menemaniku. Ayo, kita duduk di dalam mobil saja .... Sudah lama kita nggak ketemu, aku sudah rindu," pinta Agatha sambil hendak membuka pintu mobil.Di dalam mobil.Ayu dan Melati yang melihat kondisi ini langsung tersentak. Tirta juga langsung merasa panik. Baru saja dia ingin menghalangi gerakan Agatha, tiba-tiba Agatha teringat sesuatu dan berbisik di telinga Tirta."Oh ya, Tirta. Kamu lihat Bibi dan Kak Melati nggak? Sepertinya tadi aku lihat mereka mau ke toilet. Kalau kita di mobil, apa akan ketahuan waktu mereka kembali dari toilet nanti?"Ternyata, Agatha juga sedang berpura-pura tidur saat Ayu dan Melati keluar tadi. Melihat ekspresinya yang cemas, jelas sekali Agatha khawatir akan tertangkap basah saat berhubungan intim nanti.Tirta langsung buru-buru menimpali, "Mungkin akan kelihatan. Tadi aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 598

    Mendengar hal itu, Susanti menarik tangan Tirta dari dada Agatha dengan kesal."Sebagai Direktur Farmasi Santika, kalau sampai ketahuan sama orang lain kamu keluar diam-diam di tengah malam untuk tidur sama Tirta, ini pasti akan jadi berita besar!"Susanti dan Agatha memang tidak pernah akur. Keduanya sama-sama berniat untuk tidur dengan Tirta. Melihat Agatha lebih dulu menemui Tirta, tentu saja Susanti kesal."Lalu bagaimana denganmu? Memangnya kamu mau ke toilet di tengah malam begini? Dilihat dari pakaianmu yang tipis itu, kamu juga pasti mau cari Tirta untuk tidur sama-sama, 'kan? Nggak ada yang perlu kamu sembunyikan dariku!" teriak Agatha dengan kesal."Kamu dan Tirta belum nikah, kalian cuma sebatas teman sejak kecil. Kalaupun aku mau tidur sama Tirta, kamu juga nggak berhak mengaturnya!" balas Susanti yang tidak mau kalah.Melihat perdebatan kedua orang ini, Tirta juga mulai pusing. Dia buru-buru maju untuk memisahkan kedua orang itu."Kalau mau, kalian berdua sama-sama saja su

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 599

    Pertarungan ini akhirnya berakhir untuk sementara, meskipun belum tentu semua orang bisa tidur dengan nyenyak malam itu."Tirta, kenapa masih melamun? Kamu juga cepat tidur," kata Ayu setelah melihat kedua orang itu kembali ke tempat tidur masing-masing. Sorot matanya menyiratkan sedikit kesedihan. "Aku tahu, Bibi. Aku akan tidur sekarang. Kalian juga istirahatlah lebih awal." Berhubung Agatha berada di sana, Tirta hanya bisa melemparkan tatapan penghiburan dan kembali ke mobil.....Malam yang penuh kekacauan ini akhirnya telah berlalu. Sekitar pukul enam atau tujuh keesokan paginya, Tirta menerima telepon dari Nabila."Tirta, sekitar satu atau dua jam lagi aku akan tiba di kota. Kamu bisa jemput aku sekarang. Maaf sudah membangunkanmu pagi-pagi begini. Setelah kamu datang nanti, aku akan kasih kompensasi." Suara Nabila terdengar sangat gembira."Oke, Kak Nabila. Aku siap-siap dulu untuk berangkat sekarang," jawab Tirta menyetujuinya.Setelah menutup telepon, Tirta buru-buru mandi di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 600

    "Kak Farida, jangan panik dulu. Coba ceritakan pelan-pelan apa yang terjadi. Biar kupikirkan cara untukmu," bujuk Tirta setelah merasakan kejanggalan pada suasana hati Farida."Begini, Tirta. Bos proyek ini namanya Riza, dia orang dari daerah luar. Aku dan para pekerja di bawahku mulai bekerja untuknya sejak tahun lalu ....""Sampai sekarang, Riza ini sudah menunggak pembayaran kami sebesar 10 miliar. Kemarin kami menghubungi media untuk melaporkan masalah ini, tapi Riza malah marah besar dan mengirim orang-orangnya untuk memukuli para wartawan dan pekerjaku ....""Tadi pagi, aku bawa para pekerja ke instansi terkait untuk mencari solusi, tapi ternyata orang-orang di sana bekerja sama dengan Riza. Bukannya membantu, mereka malah nuduh kami sengaja membuat keributan. Kalau kami melanjutkan protes, mereka mengancam akan menangkap kami!""Aku benar-benar nggak punya cara lain lagi. Kalau nggak, aku juga nggak akan telepon untuk minta bantuanmu," ucap Farida dengan sedih.Uang senilai 10 m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 601

    "Kenapa? Ada masalah apa?" tanya Riza sambil mengernyit."Pak Riza, perusahaan kita nggak kekurangan uang. Kenapa kamu malah memilih ngasih uang ke Pak Kangga daripada melunasi upah pekerja? Padahal jelas-jelas upah ini adalah hak mereka. Selain itu, kalau masalahnya jadi besar, nggak ada untungnya bagi perusahaan kita ...," ucap sekretaris itu dengan heran."Kamu yang bos atau aku? Memangnya aku nggak boleh nikmati sendiri uangnya kalau nggak kekurangan uang?""Lagian, bukan cuma aku seorang yang nunggak pembayaran upah! Pokoknya lakukan saja yang kuperintahkan, nggak usah banyak omong kosong! Keluar sana!" maki Riza sambil memukul mejanya.....Sekitar setengah jam kemudian, Tirta melihat papan nama bertuliskan "Grup Polar" dari kejauhan. Di depannya telah dikerumuni sekumpulan orang. Mereka adalah Farida dan 30 orang pekerja di bawahnya.Selain itu, ada juga beberapa pria tua dan muda yang mengenakan seragam sedang mengadang di pintu masuk. Kemungkinan besar, mereka adalah orang dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 602

    Mendengar hal itu, ekspresi para pria berseragam itu langsung menjadi muram."Kalian ngomong sembarangan apaan? Bos sudah jelaskan, belakangan ini perputaran dananya nggak bagus. Jadi, dia minta kalian untuk datang menagihnya setengah tahun lagi.""Sekalipun kalian terburu-buru, tetap saja harus menunggu sampai dia punya uang, 'kan? Masalahnya, kalian nggak mau dan malah memblokir pintu masuk perusahaan. Mau gimana perusahaannya bisa berjalan? Apa tindakan kalian ini bukan buat onar namanya?""Kami nggak langsung menahan kalian saja sudah termasuk menoleransi kalian. Kalian malah marah-marah sama kami. Dasar nggak tahu diri!" bentak salah seorang pria botak.Di lencana dadanya tertulis dengan huruf kecil, "Wakil Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan, Kangga".Tiba-tiba, terdengar suara pesan masuk di ponsel Kangga. Dia segera membalikkan badan dan melihat ponselnya. Dahinya sedikit berkedut ketika dia melihat pesan itu ... ternyata satu miliar yang dijanjikan oleh Riza sudah masuk ke reken

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 603

    "Kami tahu, Pak Riza punya uang. Dua hari yang lalu kami lihat sendiri dia baru beli mobil Benz seharga 4 miliar! Kalau dia nggak punya uang, apa dia sanggup beli mobil semewah itu?" tanya seorang pekerja dengan lantang."Ya, kalau Pak Riza nggak punya uang, memangnya dia bisa beli mobil mewah?" sahut pekerja lainnya."Pak Riza pasti nggak punya uang beli mobil. Mungkin kalian salah lihat. Ada banyak orang yang punya wajah mirip di dunia ini. Sebaiknya kalian cepat pulang, jangan buat onar lagi," ucap Kangga membela Riza setelah menenangkan dirinya.Melihat Kangga yang keras kepala, emosi Tirta semakin meledak. Pada akhirnya, dia berkata dengan nada mengancam, "Pak Kangga, kutanyakan satu pertanyaan terakhir.""Kalau ada orang yang transfer satu miliar untukmu dan menyuruhmu melakukan sesuatu, apa kamu akan terima uang itu padahal jelas-jelas tahu itu hal yang melanggar hukum?" tanya Tirta."Huh! Bukannya itu omong kosong? Aku adalah orang yang jujur, tentu nggak akan terima uang itu."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 604

    "Pak Kangga, apa maksudmu ini? Setelah dapat uangnya, kamu masih belum puas?" Riza sama sekali tidak menyangka akan dimarahi oleh Kangga, sehingga nada bicaranya menjadi muram."Riza, aku nggak terima uangmu. Aku sudah pakai uang itu untuk dijadikan upah para pekerja," jawab Kangga langsung dengan lantang. "Kuperingatkan sekali lagi, segera turun ke sini dan lunasi semua upah para pekerja. Kalau nggak, aku akan suruh orang untuk menahanmu!""Oke, kamu suruh mereka tunggu di bawah," jawab Riza sambil mengernyit, lalu menutup telepon itu.Riza telah beberapa kali bekerja sama dengan Kangga dan dia tidak pernah bereaksi seperti ini sama sekali. Setelah dipikirkan sejenak, Riza bisa menebak alasannya."Sepertinya bantuan yang dicari Farida kali ini bukan orang biasa. Mungkin orang yang hebat. Kalau nggak, nggak mungkin Kangga akan mengkhianatiku. Tapi, nggak semudah itu mau mendapat uang dari tanganku!"Riza melambaikan tangannya, lalu memberi perintah pada sekretaris di belakangnya, "Ambi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 937

    Kemudian, Ayu kembali sibuk di dapur. Agatha keluar dari klinik, lalu bertanya kepada Tirta, "Tirta, Bibi Ayu bilang apa denganmu? Kenapa kalian kelihatan misterius?"Tirta menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa. Bibi Ayu tanya kenapa Kak Nia tiba-tiba tinggal di klinik.""Oh. Kamu cepat lihat dulu, nanti malam Kak Nia tidur di mana?" timpal Agatha. Dia menarik Tirta masuk ke klinik, lalu melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Selain itu, kita bertiga ... kita tidur di mana? Nggak ada tempat lagi."Nia yang berdiri di depan pintu klinik berujar dengan canggung, "Tirta, apa aku merepotkan kalian? Kalau nggak, aku tinggal di hotel saja."Tirta menepuk dadanya sambil menjamin, "Nggak usah, Kak Nia. Aku sudah atur semuanya. Klinik ini cukup untuk ditempati kita semua.""Kalau begitu, kamu lakukan akupunktur pada Kak Nia. Aku lihat Bibi Ayu butuh bantuan atau nggak," ucap Agatha. Selesai bicara, dia masuk ke dapur.Tirta menutup pintu klinik, lalu mengambil jarum dan berkata kepada Nia, "Ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 936

    Tirta memang kuat. Kalau tidak, dia juga tidak bisa mengancam Agatha. Melihat Agatha sudah setuju, Tirta langsung mengangguk dan berujar, "Kak Agatha, kamu tenang saja. Aku pasti akan membereskan Susanti dan nggak akan membuatmu merasa nggak nyaman."Agatha mendengus, lalu membalas sembari memelototi Tirta, "Cuma kali ini, ya. Ke depannya aku nggak mau melakukannya bersama Susanti."Agatha melepaskan dirinya dari pelukan Tirta, lalu berjalan ke mobil terlebih dahulu. Tirta yang merasa puas segera mengikuti Agatha kembali ke mobil.Nia bertanya, "Agatha, apa perutmu masih sakit?"Agatha berusaha tenang saat menjawab, "Nggak, Kak Nia. Setelah kita kembali, suruh Tirta lakukan akupunktur padamu untuk menyembuhkan sesak napasmu."Nia menyahut seraya mengangguk, "Oke."....Setengah jam kemudian, mereka kembali ke klinik. Kala ini, Ayu, Melati, dan Arum sedang sibuk di dapur. Ayu penasaran ketika melihat Nia juga turun dari mobil dan membawa banyak keperluan sehari-hari.Ayu menarik Tirta k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 935

    Tirta langsung berbicara terus terang. Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Agatha mencebik dan berujar, "Tirta, kamu memang berengsek! Kamu nggak pernah tiduri aku di klinik. Kamu lebih suka tiduri Susanti atau aku?"Tirta menyahut, "Tentu saja aku lebih suka tiduri kamu. Dadamu lebih besar, bokongmu lebih montok, kakimu ramping, kulitmu mulus, sifatmu juga baik ...."Dalam situasi seperti ini, tentu saja Tirta tahu siapa yang lebih baik. Dia terus memuji Agatha.Agatha memutar bola matanya, tetapi dia tidak terlalu marah lagi. Agatha menyela, "Cukup, kamu itu munafik. Jelas-jelas punya Susanti hampir sama denganku, kamu terlalu berlebihan."Agatha bertanya, "Jadi, apa semua ini ada hubungannya dengan keinginanmu?"Tirta mengusap tangannya seraya menjawab, "Tentu saja ada. Bukannya malam ini Kak Agatha mau tinggal di klinik? Susanti juga pulang ke klinik, kalian ....""Tunggu!" sergah Agatha. Dia merasa ada yang tidak beres. Agatha menegaskan, "Malam ini aku nggak mau tinggal di klin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 934

    Tirta menegaskan, "Bu, sudah kubilang kamu nggak usah sungkan. Kebetulan aku ada di sini, jadi aku bisa menyelamatkan anakmu. Untuk urusan bisnis, semuanya tetap harus diperhitungkan dengan jelas. Kalau aku kurang bayar 1 miliar, takutnya kamu nggak dapat keuntungan. Kalau kamu nggak mau terima, aku nggak beli lagi."Bos toko bersikeras berkata, "Jangan begitu. Aku juga nggak marah biarpun kamu nggak beli. Aku cuma punya 1 anak, dia lebih berharga dari nyawaku. Kamu menyelamatkan anakku dan memesan begitu banyak bibit pohon buah dariku. Aku sangat berterima kasih padamu, mana mungkin aku membiarkan kamu menghabiskan begitu banyak uang?"Bos toko menambahkan, "Lagi pula, setelah kamu bayar 3 miliar, aku sudah bisa dapatkan keuntungan 1 miliar lebih. Aku nggak rugi."Tirta terpaksa menanyakan pendapat Agatha dan Nia, "Kak Agatha, Kak Nia, bagaimana menurut kalian?"Agatha bertatapan dengan Nia, lalu menyahut sembari tersenyum, "Tirta, bos mau berterima kasih padamu dan kita memang kekura

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 933

    Tirta berpikir sejenak, lalu tersenyum licik dan berucap, "Kalau kamu benar-benar merasa bersalah, kamu kabulkan satu keinginanku saja. Anggap sebagai kompensasi."Agatha segera mengangguk seraya menyahut, "Apa keinginanmu? Kamu bilang saja. Asalkan aku bisa melakukannya, aku pasti kabulkan keinginanmu."Tirta mengedipkan matanya, lalu menimpali, "Nanti kita baru bicarakan di mobil. Sekarang kita bicarakan masalah bibit pohon buah dengan bos toko dulu.""Oh. Kalau begitu, nanti kita baru bicarakan di mobil," balas Agatha. Dia merasa Tirta berniat jahat, tetapi dia tidak keberatan.Anak bos toko sudah tertidur setelah minum susu. Bos toko keluar dari kamar. Dia membawa sepiring buah yang sudah dicuci.Bos toko berujar, "Kalian sudah menunggu lama. Istirahat dulu dan makan buah.""Terima kasih, Bu," sahut Tirta. Dia tidak sungkan lagi dan langsung duduk di bangku. Tirta mengambil buah pir dan memakannya.Agatha dan Nia juga mengambil buah, lalu duduk di samping Tirta sambil memakan buahn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 932

    "Aduh, maaf ... aku ...," ucap bos toko. Dia baru tersadar. Bos toko segera merapikan pakaiannya dengan ekspresi malu.Bos toko berniat mengambil tisu untuk menyeka punggung Tirta, tetapi dia mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Dia merasa bersalah dan juga ragu. Bos toko berputar-putar di tempat.Agatha segera mengambil tisu di mobil, lalu berujar, "Tirta, biar aku yang menyeka punggungmu."Agatha merasa bersalah karena tadi dia salah paham kepada Tirta. Dia menyeka punggung Tirta.Tirta sedang sibuk menyelamatkan anak itu sehingga tidak menanggapi ucapan Agatha. Setelah ditepuk-tepuk Tirta beberapa saat, anak itu memuntahkan potongan buah. Kemudian, kondisinya perlahan menjadi normal kembali.Tirta baru mengembuskan napas lega. Dia menyerahkan anak itu kepada bos dan berpesan, "Bu, sekarang anakmu baik-baik saja. Dia masih terlalu kecil, nggak bisa konsumsi makanan yang terlalu keras. Ingat, ke depannya jangan beri dia makanan yang keras lagi supaya kejadian begini nggak terulang."B

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 931

    Dada wanita itu pun terlihat. Masalahnya, anak itu tetap menangis meski telah diberi susu. Sepertinya tidak tampak tanda-tanda tangisannya akan mereda.Tirta melihat anak itu. Dia baru menyadari ada yang tidak beres. Ternyata, ada potongan buah yang tersangkut di tenggorokan anak itu.Alhasil, anak itu kesulitan bernapas. Itulah sebabnya dia tidak berhenti menangis. Jika tidak segera ditangani, nyawa anak itu akan terancam.Saat Tirta hendak meminta bos toko untuk menyerahkan anaknya, tiba-tiba Agatha mencubit pinggangnya dan menegur, "Tirta, apa yang kamu lihat? Bos itu lagi menyusui anaknya! Cepat kembali ke mobil!"Agatha berbicara sambil mendorong Tirta ke mobil. Dia merasa Tirta makin keterlaluan. Bisa-bisanya dia diam-diam melihat wanita yang sedang menyusui anaknya!Tirta yang hendak keluar dari mobil buru-buru menjelaskan, "Bukan ... Kak Agatha, kamu salah paham. Aku nggak diam-diam melihat bos itu. Aku lagi lihat anaknya. Dia bukan lapar, tapi ada makanan yang tersangkut di te

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 930

    Tirta yang berdiri di luar kamar pas bergumam setelah mendengar percakapan Agatha dan Nia, "Aneh, apa setiap wanita yang dadanya kecil berharap dadanya membesar?"Tirta berpikir ukuran dada wanita sama pentingnya dengan ukuran alat kelamin pria. Tentu saja pria tidak ingin mempunyai alat kelamin yang kecil. Bahkan, Agus meminta resep kepada Tirta untuk memperbesar alat kelaminnya.Tirta membatin, 'Nanti waktu melakukan akupunktur pada Kak Nia, aku sekalian bantu Kak Nia perbesar ukuran dadanya.'Tak lama kemudian, Agatha dan Nia keluar dari kamar pas. Agatha menunjukkan pakaian dalam renda yang seksi kepada Tirta, lalu berujar sembari mengerjap, "Tirta, aku sudah selesai pilih. Ukurannya sudah pas, kamu langsung bayar. Malam ini aku nggak pulang lagi."Nia paham maksud Agatha. Dia langsung bergeser ke samping. Sementara itu, Tirta berdeham dan menyahut, "Oke. Aku bayar sekarang."Namun, Tirta merasa khawatir. Malam ini Susanti kembali ke klinik. Pasti akan terjadi keributan lagi. Nanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 929

    Susanti melihat Harto dan lainnya dengan ekspresi dingin. Niko menyahut, "Oke, Bu Susanti!"Kemudian, Niko memerintah bawahan untuk menangkap Harto dan lainnya. Susanti menghampiri Agatha dan Nia, lalu bertanya, "Bu Agatha, Bu Nia, apa kalian disakiti?""Nggak. Tapi, kalau nggak ada Tirta, kami pasti celaka," sahut Agatha yang masih merasa takut.Susanti mengeluarkan pena dan catatan, lalu mencari tahu seluk-beluk kejadiannya. Dia berkata, "Yang penting kalian baik-baik saja. Aku butuh pengakuan kalian. Waktu mengurus kasus, aku butuh ...."Setelah selesai bertanya kepada Agatha dan Nia, Susanti berpamitan dengan Tirta dan buru-buru pergi. Sudah jelas Susanti makin sibuk sejak Mauri dipindahkan. Yang mengejutkan Tirta adalah kali ini Susanti dan Agatha tidak berdebat.Agatha melihat Susanti turun ke lantai bawah, lalu menghampiri Tirta dan merangkul lengannya sembari bertanya, "Tirta, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Tirta merangkul pinggang Agatha dan menjawab, "Lanjut beli paka

DMCA.com Protection Status