"Ada apa dengan Tirta? Apa yang dia lakukan terhadapmu?" Jantung Ayu mulai berdegup kencang. Jika Tirta benar-benar melakukan sesuatu pada Melati, Ayu pasti akan memberinya pelajaran! Kalau hal ini sampai tersebar, bukankah nama baik mereka akan tercoreng?"Apa yang kamu pikirkan Bi? Kalaupun Tirta berniat seperti itu, dia nggak akan punya nyali untuk melakukannya." Melati langsung mengarang alasan untuk menyangkal. "Suatu hari, perutku terasa kurang nyaman. Jadi, aku menyuruh Tirta untuk memijatku. Aku merasa sangat nyaman setelah dipijat, makanya aku ingin menyuruhnya untuk memijatku setiap hari. Kalau begitu, bukankah aku harus lebih baik padanya?""Begitu ya ...." Ayu juga tahu keterampilan memijat Tirta sangat hebat, sehingga dia jadi percaya dengan ucapan Melati."Hanya memijatmu? Nggak melakukan hal lain terhadapmu?""Bibi, kalaupun kamu nggak percaya Tirta, seharusnya kamu percaya padaku!" balas Melati buru-buru. Sebenarnya, setiap kali selalu Melati yang berinisiatif duluan. N
Ayu tidak merasa ada yang aneh. Lagi pula, Tirta juga pernah tidur dengannya seperti ini waktu masih kecil dulu. Ditambah lagi dengan kejadian hantu tadi, Ayu benar-benar ketakutan. Sekarang, dia akhirnya bisa tidur nyenyak."Tirta, kamu pasti sudah nggak bisa tahan, 'kan? Sini Kakak bantu ...." Setelah memastikan Ayu tidur nyenyak, Melati yang sudah lama menunggu kesempatan ini akhirnya merangkak ke dalam selimut.....Setelah bergelut semalaman, wajah Melati mulai terasa pegal. Sampai akhirnya tidak bisa tahan lagi, Melati baru tertidur dengan nyenyak."Wanita segenit Kak Melati ini susah dicari sekarang." Tirta baru tertidur setelah puas.Keesokan paginya, Tirta telah bangun pagi-pagi dan menyiapkan sarapan. "Bibi, Kak Melati, aku harus pergi ujian ke kota. Mungkin baru bisa pulang malam. Kalian nggak usah tunggu aku lagi."Setelah selesai sarapan, Tirta berpamitan dengan Ayu dan Melati, lalu membawa sekarung tanaman obat untuk mencari Agatha di pintu desa. Sebelum tiba di sana, Tir
"Kejam sekali anak ini!" Agus terkejut hingga gemetaran, bahkan kakinya juga terasa lemas."Aaarrgghhh ... sakit ...." Kedua biji Hadi sudah hancur, bahkan kemaluannya juga dicabut oleh Tirta. Rasa sakit ini tidak mungkin bisa ditahan oleh orang biasa! Tak lama kemudian, dia pun jatuh pingsan."Gawat Tirta, kamu buat masalah besar! Kalau masalah ini sampai ketahuan Baskoro, kamu pasti ... pasti ...." Agatha ketakutan hingga wajahnya pucat pasi dan suaranya gemetaran. Dia tidak bisa lagi melanjutkan ucapannya."Takut apanya? Memangnya dia bisa bunuh aku?" Tirta tidak takut menghadapi konsekuensi dari perbuatannya. Kalaupun diberi kesempatan mengulangi semuanya, dia tetap akan melumpuhkan Hadi tanpa ragu-ragu. Siapa suruh mulut pria ini busuk sekali."Kak Agatha, apakah Tirta akan dipenjara?" tanya Nabila sambil mencengkeram bajunya dengan pucat."Dipenjara itu kemungkinan terbaik. Hadi adalah putra Baskoro satu-satunya, tapi kamu malah melumpuhkannya begitu saja. Baskoro bakal menggila
"Apa dia benar-benar akan melupakan kejadian hari ini?" tanya Agatha dengan ragu-ragu."Jangan membual! Kamu kira kamu ini dewa?" Agus sama sekali tidak percaya Tirta bisa melakukan hal ini."Kamu akan tahu sendiri nanti," jawab Tirta tanpa menoleh sama sekali. Dia tidak bisa menjamin Agus akan menyimpan rahasia ini, jadi Tirta berencana untuk melakukan hal yang sama pada Agus nanti agar dia juga melupakan kejadian hari ini."Tirta, benang yang kamu minta!" Dalam sekejap, Nabila telah kembali sambil berlari dengan terengah-engah. Kedua dadanya yang montok itu juga naik turun mengikuti gerakannya. Tepat pada saat ini, Tirta juga sudah selesai melakukan akupunktur pada Hadi."Kak Nabila, kamu dan Agatha menyingkir dulu. Aku mau mulai menjahitkannya," perintah Tirta kepada kedua orang itu.Saat ini selangkangan Hadi penuh dengan darah, Tirta khawatir kedua wanita itu akan ketakutan. Dia juga tidak ingin sampai kedua orang itu melihat hal semenjijikkan ini."Oh, oke, oke. Agatha, kita tung
"Aku ini tabib paling hebat di desa ini. Masalah kecil begini nggak sulit bagiku." Tirta juga mulai bercanda setelah merasa lega."Kamu hebat sekali, Tirta!" Nabila langsung memeluk dan bermanja terhadap Tirta setelah menyadari mereka telah terlepas dari bahaya."Lalu, masalah kemaluannya itu, apakah nggak akan bisa dirahasiakan lama?" Agatha mulai khawatir."Nggak apa-apa. Tiba saatnya nanti, kemaluannya yang rusak itu nggak akan ada hubungannya lagi dengan kita. Nggak akan ada yang bisa menyelidikinya juga," balas Tirta dengan tak acuh. Pria murahan seperti ini malah mau meniduri Nabila? Mimpi saja!"Justru bagus kalau sudah hancur. Jelas sekali dia ini bukan orang baik-baik, nggak ada gunanya punya barang itu!" maki Nabila. Dia masih dendam dengan masalah Hadi menawarkan uang untuk menidurinya. Nabila merasa dirinya adalah milik Tirta, sehingga tidak ada orang lain yang boleh mendekatinya."Tirta, kamu ambil saja uang ini. Aku harus simpan semua obat ini, lalu pulang duluan." Agatha
"Agatha, kita ini sahabat baik. Kamu nggak mau beri tahu aku karena nggak mau berteman denganku lagi?" tanya Tirta sambil membelalakkan mata."Aku ... bukan begitu ...." Agatha menggelengkan kepalanya. Menghadapi pertanyaan Tirta, Agatha menghentikan mobilnya dan mulai bercerita sambil menangis."Saat ibuku menikah waktu itu, parasnya masih sangat cantik. Jadi, ayah tiriku itu sangat mencintainya. Tapi setelah beberapa tahun, ibuku mengidap kanker payudara. Meski telah sembuh, payudaranya telah diangkat sebelah. Kemudian ... ayah tiriku ini mulai merasa jijik pada ibuku dan mulai kasar padanya. Selain itu, dia juga berselingkuh di luar. Setelah ibuku mengetahui hal ini, dia langsung mencari ayah tiriku untuk berdebat. Tapi akhirnya, dia nggak pernah pulang lagi ...."Agatha menangis hingga tersedu-sedu."Apa?!" teriak Tirta dengan kaget. Tak disangka ada kejadian yang begitu menakutkan."Jadi, ibumu ... dibunuh Baskoro?""Itu hanya tebakanku, tapi aku nggak punya bukti ...." Agatha men
Tirta benar-benar bodoh jika masih belum memahami perasaan Agatha. Saat kedua payudara Agatha menyentuhnya, otak Tirta langsung menjadi panas dan akhirnya memutuskan untuk nekat!"Agatha, aku mau kamu jadi wanitaku!" Tirta membalas cumbuan Agatha dengan kasar. Kedua tangannya sudah tidak bisa dikendalikan lagi ...."Tirta, aku sakit sekali ...." Agatha mendesah seperti orang yang sudah mabuk kepayang. Pelukannya terhadap Tirta juga semakin erat. Selain Tirta, tidak pernah ada orang lain yang begitu lancang menyentuh bagian intimnya. Namun, Agatha melakukan semua ini dengan suka rela. Bahkan, hatinya malah jadi semakin menantikannya!Jika dia menyerahkan keperawanannya kepada Tirta hari ini, Agatha telah menjadi milik Tirta sepenuhnya. Apa pun yang akan terjadi kelak, Agatha tidak ingin memikirkannya lagi."Ah ...." Saat merasakan pakaiannya telah lepas sepenuhnya, Agatha tak kuasa meringkukkan tubuhnya. Jika harus dibandingkan, pesona Agatha ini jauh lebih besar daripada Melati dan Nab
Sejam kemudian, mobil tiba di kota. Lampu warna-warni di jalanan menyita perhatian Tirta. Ini pertama kalinya dia datang ke kota.Jalanan terlihat ramai dan bersih, sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan desa. Pakaian yang dikenakan wanita kota bahkan tidak pernah dijumpai Tirta sebelumnya.Di bawah rok pendek adalah paha yang indah dan mulus. Tank top dengan garis leher rendah pun menampakkan pemandangan gunung yang luar biasa. Apa semua wanita kota begitu terbuka?Jantung Tirta berdetak kencang. Dia menyukai lingkungan baru ini. Dia harus menghasilkan banyak uang supaya bisa pindah ke kota."Lihat apa? Punyaku masih belum cukup untuk dilihat?" tanya Agatha yang memperhatikan tatapan Tirta. Dia ingin sekali mencubit Tirta. Pria ini baru menidurinya, tetapi sudah melirik wanita lain? Keterlaluan!"Nggak, aku nggak melihat apa-apa," sahut Tirta sambil menggeleng kuat. Dia bersikeras tidak mau mengakui perbuatannya."Selain itu, aku cuma melihatnya sebentar. Aku sudah lupa gimana ben
"Aku nggak kasih kamu kuliah karena kamu wanita. Kuliah juga nggak ada gunanya, ujung-ujungnya kamu bakal nikah!""Kamu simpan uang itu juga nggak ada gunanya. Adikmu satu-satunya pewaris keluarga. Biarkan dia menikah dan meneruskan keturunan, ini yang penting!""Cepat pulang dan serahkan uangnya! Kalau nggak, kuanggap aku nggak punya anak perempuan!" bentak Samudra dengan kasar. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan."Huhuhu ...." Nia menggenggam ponselnya. Emosinya meluap-luap. Dia tidak bisa menahan diri lagi sehingga duduk di lantai dan menangis."Kak Nia, gimana kalau kita tunda urusan pohon buahnya dulu? Kami temani kamu pulang ya?" Tirta juga merasa kesal mendengar perkataan Samudra. Setelah berpikir sejenak, dia membujuk Nia."Sudahlah, Tirta. Aku tahu kalian baik hati ingin membelaku, tapi ayahku itu nggak bisa diajak bicara. Dia sangat mementingkan anak laki-laki.""Kalaupun kalian ke sana, kalian juga nggak bisa mengubah apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan ini." Nia men
"Kita berdua ini hubungan kerja sama, nggak ada istilah bos di sini. Aku yang urus soal obat-obatan. Untuk kebun buah, tetap kamu yang urus," kata Tirta sambil tersenyum."Bukan masalah, Tirta. Aku pasti akan merawat kebun buah ini dengan baik!" sahut Nia dengan mata yang dipenuhi semangat.Kemudian, Nia menoleh ke arah Agatha yang berdiri di samping Tirta dan bertanya dengan bingung, "Tirta, siapa adik cantik ini?"Nia awalnya merasa dirinya cukup cantik dan badannya juga bagus. Bahkan, dia pernah dinobatkan sebagai wanita tercantik di jurusannya saat kuliah. Namun setelah melihat Agatha, dia merasa agak minder. Dari segi penampilan dan tubuh, Agatha jelas lebih unggul darinya."Ini Agatha, pacarku." Tirta memperkenalkan dengan santai."Oh, ternyata adik iparku. Tirta, kamu beruntung sekali!" goda Nia.Nia mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri, "Halo, aku Nia. Aku dari Desa Kosali di sebelah. Dilihat dari usiamu, sepertinya kamu lebih muda sedikit dari aku. Kalau nggak keberatan,
"Nggak masalah," jawab Tirta sambil menyerahkan uang dan tersenyum santai. Tak lama, warga lain pun ikut berdatangan."Tirta, kami punya 7 hektare. Bisa dibulatkan, 'kan?""Tirta, tanah kami 9 hektare, apa bisa dibulatkan juga?""Tirta, Tirta ...!""Tirta ...."Kerumunan warga pun makin membeludak. Mereka mengerubungi Tirta sambil berteriak minta diprioritaskan. Melihat situasi yang makin riuh, dia akhirnya mengambil alih dan menenangkan semua orang. Dia mulai membagikan uang satu per satu dengan sabar.Yang membuat Tirta terkejut, Nia tiba-tiba muncul entah sejak kapan dan ikut membantunya menjaga ketertiban. Selain itu, warga yang tadi berteriak ingin menaikkan harga sewa tanah pun mendadak lenyap entah ke mana."Dasar Tirta, omongannya bahkan lebih ampuh daripada aku yang seorang kepala desa. Benar-benar nggak ngerti. Lebih baik dia saja yang jadi kepala desa selanjutnya," keluh Yanti dengan kesal tetapi juga bercampur kagum.Meski mengeluh, Yanti tetap ikut membantu Tirta mengatur
Agatha mengeluh, "Dasar Tirta, aku tahu kamu datang cuma karena Pil Kecantikan. Sudahlah, mau berapa banyak pun akan aku kasih. Nanti, aku atur dulu para pegawaiku untuk jaga penjualan Pil Kecantikan, lalu aku akan menemanimu ke Desa Persik.""Omong-omong, sudah lama juga aku nggak ke sana. Aku cukup kangen sama Bibi Ayu," ucap Agatha. Dia tertawa sambil menutup mulutnya dengan anggun.Setelah menyelesaikan beberapa urusan perusahaan, Agatha pun pergi dengan senyum ceria bersama Tirta di bawah tatapan penuh kecewa para pria yang mengidolakannya.....Dalam perjalanan, Tirta menceritakan rencananya untuk menyewa lahan di desa, serta menanam tanaman obat dan membuat kebun buah. Dia juga memberi tahu jenis-jenis benih tanaman obat yang dia butuhkan kepada Agatha.Meskipun Agatha tidak begitu paham kenapa Tirta melakukan hal itu, dia tetap dengan senang hati setuju membantu. Setelah itu, dia pun mulai menceritakan kejadian-kejadian menarik yang dialaminya belakangan ini.Sekitar satu jam k
Ayu memutar bola matanya sambil memarahi, "Dasar bodoh, Bibi lagi datang bulan. Rasanya nggak nyaman, jadi beberapa hari ini biarkan Bibi istirahat ya."Tirta mengeluh, "Aduh, sayang banget. Padahal jarang-jarang Susanti pulang ke rumahnya. Kalau begitu, Bibi istirahat saja dulu. Aku akan pergi cari Kak Melati!"Tirta langsung mengalihkan perhatiannya ke Melati. Ayu menggerutu sambil mengerucutkan bibir, "Dasar anak nakal, kamu ini benar-benar reinkarnasi dari iblis mesum!"Saat itu, Melati sedang berada di dalam sebuah ruangan bersama Arum. Keduanya sedang bermain-main dengan beberapa anak harimau.Melihat Tirta masuk dengan tatapan penuh semangat, Melati baru saja ingin bertanya. Hanya saja belum sempat bicara, Tirta langsung memeluk pahanya dan mengangkatnya ke atas bahu."Aduh! Tirta, kamu mau apa?" seru Melati dengan panik. Dia memeluk tubuh Tirta erat-erat karena takut terjatuh."Kak Melati, aku sudah pergi seharian. Badanku kotor banget. Tolong bantu aku mandi ya," ucap Tirta de
Ketika Tirta dan Arum kembali ke klinik, mereka melihat sebuah mobil polisi diparkir di depan pintu. Susanti duduk sendirian di dalam mobil dan terlihat sedang melamun.Tirta berjalan mendekat, lalu bertanya dengan penasaran, "Susanti, kenapa kamu nggak masuk ke dalam? Kenapa malah duduk di dalam mobil?"Susanti membalas, "Aku lagi menunggumu."Susanti keluar dari mobil sambil menatap Tirta dengan tatapan penuh kecurigaan, lalu melanjutkan, "Aku dengar dari Bibi Ayu, besok kamu berencana sewa lahan untuk menanam pohon buah. Kenapa tiba-tiba mau tanam pohon? Bukannya uangmu sudah lebih dari cukup?"Arum yang baru saja bersenang-senang dengan Tirta di hutan langsung merasa canggung saat melihat Susanti. Setelah menyapanya, dia buru-buru masuk ke dalam klinik sendirian.Tirta menjawab santai sambil tersenyum, "Ya aku cuma bosan saja. Harus ada sesuatu yang kulakukan, 'kan? Lagian, aku akan menghabiskan banyak waktu di Desa Persik. Kalau lingkungannya bagus, bukankah tinggal di sini juga a
Dua ekor anjing Husky itu mengangguk dengan penuh semangat hingga suara gonggongan mereka serak."Ini .... Jangan-jangan Tirta yang mencuri bajuku, lalu bikin simpul pita di dadaku?" ucap Yanti. Raut wajahnya langsung berubah, bahkan napasnya juga menjadi tidak teratur."Kenapa dia melakukan hal seperti itu? Nggak bisa! Pokoknya aku harus cari kesempatan untuk tanyakan hal ini padanya. Aku nggak boleh biarkan dia mengambil keuntungan dariku begitu saja!" seru Yanti.....Setelah meninggalkan rumah Yanti, Tirta dan Arum tidak langsung kembali ke klinik. Tirta malah menyeret wanita itu ke sebuah hutan kecil yang gelap gulita.Arum samar-samar menyadari sesuatu. Napasnya menjadi tidak teratur ketika bertanya, "Tirta, kenapa kita nggak kembali ke klinik? Kenapa kamu membawaku ke sini?"Tirta terkekeh sambil langsung menarik Arum ke dalam pelukannya, lalu berucap, "Kak Arum, kita jangan pulang dulu. Aku kangen kamu. Aku boleh memelukmu sebentar, 'kan?"Tubuh Arum yang menempel erat pada Tir
"Bu Yanti, aku nggak bercanda. Aku yang bangun vila besar di ujung desa itu. Mobil Mercedes Maybach yang diparkir di depan klinik itu juga milikku. Aku punya banyak uang kok," ucap Tirta dengan serius. Dia tidak memberi kesempatan bagi Yanti untuk berpikir.Tirta menambahkan, "Asalkan kamu membantuku menyewa semua tanah di Desa Persik, aku bisa kasih kamu komisi sebesar 10%. Kalau nggak cukup, 12% juga nggak masalah."Yanti membalas, "Tirta, aku baru saja menyelesaikan perhitungan tanah di Desa Persik dua hari lalu. Luasnya sekitar 2 ribu hektare lebih. Dengan harga 1,6 juta per hektare, totalnya paling sedikit 3,2 miliar lebih. Kamu yakin mau sewa semuanya?""Sekalipun kamu punya uang, bukannya ini terlalu boros? Lagian, kamu mau tanah sebanyak itu buat apa?" tanya Yanti.Saat mendengar perkataan Tirta barusan, Yanti memandangnya dengan tidak percaya. Dia bahkan curiga Tirta belum sepenuhnya sadar atau mungkin sedang bermimpi.Kalau tidak, siapa yang akan datang tengah malam begini ke
"Hmph! Nggak mau digendong ya sudah! Besok, aku akan seret kamu pergi belanja sayur!" ucap Tirta sambil mendengus kesal. Kemudian, dia segera mengejar langkah Arum.Hanya saja sebelum mereka sampai ke rumah Yanti, dari kejauhan Tirta sudah melihat wanita itu sedang melatih dua ekor anjing besar di halaman rumahnya.Dua ekor anjing Husky setinggi setengah badan manusia itu terlihat sangat garang dan menakutkan. Di tangan Yanti, ada baju milik Tirta yang dipakainya kemarin.Dengan ekspresi serius, Yanti berbicara kepada kedua anjing itu seolah sedang memberi perintah yang sangat penting, "Zoro, Kuro, cium baik-baik baju ini dan ingat baik-baik baunya. Pemilik baju ini adalah orang mesum!"Yanti menambahkan, "Kalau malam ini ada orang yang baunya seperti ini mendekati halaman rumah kita, gigit dia sekuat-kuatnya. Lebih bagus lagi kalau kalian bisa menggigitnya sampai jadi mandul!"Mendengar perkataan itu, Tirta langsung menghentikan langkahnya. Dia merasa ada angin dingin menyusup ke sela