"Semua ini gara-gara kamu! Aku nggak punya dendam apa pun sama kamu, kenapa kamu celakain aku?"Rambut Calista tampak berantakan, pakaiannya juga telah compang-camping, dan wajahnya membengkak. Dia memelototi Tirta dengan kejam sambil berteriak padanya. Calista merasa dirinya bisa jadi seperti sekarang ini semua karena Tirta membongkar rahasianya."Sialan, kalau bukan karena Kakak yang beri tahu aku, entah sampai kapan aku dibohongi sama kamu! Kamu sendiri yang lakukan hal rendahan begini tapi nggak berani mengakuinya?""Calista, sia-sia aku perlakukan kamu sebaik ini selama tiga tahun, kamu malah mengkhianatiku .... Kamu ini masih punya hati nurani nggak?" Sambil memarahinya, Frans meneteskan air mata. Semakin dipikirkan, Frans merasa semakin emosi. Dia kembali menghajar Calista lagi."Cukup sudah! Hentikan kalian semua! Kalaupun aku berbuat salah, kalian nggak berhak memukulku. Kalian ini semua nggak tahu hukum! Aku sudah pernah konsultasi hukum sebelumnya.""Kalaupun sudah menikah s
Meskipun Tirta tidak terlalu banyak menghukum mereka, dengan adanya kejadian seperti ini, hidup mereka ke depannya juga tidak akan tenang. Bisa dibilang, ini adalah hukuman dari langit, sekaligus membalaskan dendam Melati.Sedari awal, Ayu, Melati, dan Arum hanya menonton tanpa banyak berkomentar. Setelah Gandhi dan yang lainnya pergi, barulah Ayu dan yang lainnya mengerumuni Tirta dan bertanya dengan penasaran."Tirta, ke mana saja kamu selama beberapa hari ini?""Kenapa kami nggak bisa hubungi kamu? Tahu nggak seberapa khawatirnya kami padamu?""Iya, Tirta. Tahu nggak, Kak Melati sampai sakit dada karena merindukanmu. Kalau ada waktu, tolong periksa kondisinya, ya," tambah Arum.Tirta menjawab dengan rasa bersalah, "Aku ... pergi ke gunung untuk lihat batu giok. Lalu, ponselku nggak sengaja jatuh ke air dan rusak. Aku belum sempat beli yang baru, jadi mana mungkin aku bisa angkat telepon dari kalian?""Begitu turun dari pesawat, aku langsung buru-buru pulang. Ini salahku. Kalau tahu
"Tentu saja, Kak. Sejak kapan aku pernah bohong sama kamu? Kamu tenang saja, nggak akan ada masalah," balas Tirta sambil tersenyum."Kak Melati, aku bisa jadi saksi bahwa ucapan Tirta benar. Waktu dia bicara sama Nabila, aku juga ada di sampingnya." Arum tahu bahwa Tirta hanya ingin menghibur Melati, jadi dia juga membantu Tirta berbicara."Bahkan Arum juga tahu? Astaga, kenapa nggak bilang lebih awal sama kami? Duh, dasar. Buat aku khawatir saja ...." Mendengar ucapan Arum, Melati baru percaya dan menepuk-nepuk dadanya dengan tenang.Bagaimanapun, setelah kenal dengan Arum beberapa hari ini, Arum tidak pernah berbohong."Itu karena aku kira Tirta sudah bilang sama kalian sedari awal, makanya aku nggak bilang apa-apa," balas Arum sambil melirik Tirta dengan perasaan bersalah.Setelahnya, Melati dan Ayu kembali menanyakan beberapa hal pada Tirta, tetapi Tirta berhasil mengelabui mereka. Pada akhirnya, mereka pun tidak banyak bertanya lagi."Tadinya aku berencana mau ke kota besok. Tapi,
Uang bisa menggerakkan hati manusia.Hanya dengan berpikir sejenak saja, Tirta langsung bisa menebak bahwa Agatha pasti diculik karena Pil Kecantikan. Kalau saja Susanti tidak memberitahunya, Tirta sama sekali tidak tahu bahwa Agatha telah diculik.Memikirkan Agatha yang bahkan tidak bisa menjamin keselamatannya sendiri saat ini, membuat Tirta sangat khawatir. Tanpa sadar, dia mencengkeram tangan Susanti hingga terasa sakit.Melihat reaksi Tirta seheboh ini, Susanti baru teringat. Bukankah Direktur Farmasi Santika adalah wanita cantik yang dilindungi Tirta mati-matian saat berada di rumah sakit waktu itu?"Tirta, kamu jangan emosi dulu. Dengarkan ceritaku pelan-pelan," ujar Susanti sambil menarik kembali tangannya dengan perasaan cemburu."Penculikannya baru terjadi semalam. Waktu mendapat kabarnya, kami sudah blokir semua akses kota semalam. Bahkan Pak Saad juga sudah mengutus orang untuk membantu penyelidikan.""Menurut informasi yang kami dapatkan saat ini, Agatha menghilang di Farm
Di seluruh kota, hampir setiap jalan dipenuhi dengan mobil polisi. Setiap pintu masuk dijaga ketat oleh petugas patroli yang memeriksa setiap kendaraan. Wali kota yang turun tangan untuk memerintahkan pencarian. Ditambah lagi, seluruh tenaga kepolisian telah dikerahkan, menunjukkan betapa seriusnya mereka menangani kasus ini.Bukan hanya karena Tirta yang terlibat, tapi juga karena Farmasi Santika yang sedang meroket. Perusahaan ini berpotensi menjadi perusahaan besar. Bagi pemerintah setempat, hal ini tentu sangat menguntungkan. Sekarang dengan adanya ancaman yang berusaha merusak hal baik tersebut, mereka bertekad untuk menyelesaikan kasus ini tanpa menyisakan celah sedikit pun.Kasus penculikan Agatha telah menjadi pembicaraan hangat di kota dan semua orang mengetahuinya.Di lantai tujuh sebuah apartemen kecil yang terpencil, seorang pria paruh baya menatap keluar jendela menyaksikan mobil-mobil polisi yang berpatroli tanpa henti di jalanan. Ekspresinya tampak sangat cemas saat buru
"Dipo? Siapa itu? Dia yang culik Agatha?" tanya Tirta."Ini ... meski masih belum bisa dipastikan, kemungkinannya sangat besar." Setelah berhenti sejenak, Mauri melihat informasi yang didapatkannya dan memberi penjelasan pada Tirta."Dipo adalah keturunan langsung dari keluarga kaya di ibu kota provinsi, yang memiliki bisnis di bidang produk kecantikan.""Menurut informasi dari para pemegang saham, sekitar dua hari yang lalu, entah bagaimana Dipo mendengar kabar tentang kesuksesan Pil Kecantikan dan datang secara khusus dari ibu kota provinsi untuk mengajukan kerja sama dengan Bu Agatha.""Dia menawarkan dua triliun untuk membeli Farmasi Santika, tapi ditolak mentah-mentah oleh Bu Agatha. Sore harinya, Dipo datang lagi dengan tawaran empat triliun, tapi tetap ditolak. Pada akhirnya, Dipo nggak lanjut negosiasi lagi sama Bu Agatha. Dari sini, mudah ditebak bahwa yang paling dia incar adalah formula Pil Kecantikan."Mendengar hal itu, Tirta berkata dengan sinis, "Dia pikir bisa beli form
Di luar ruang VIP, ada lebih dari sepuluh pengawal profesional dengan gaji tahunan miliaran yang berjaga-jaga. Semua ini jelas menunjukkan betapa istimewanya status dan kekayaan mereka.Tidak heran, enam penari cantik yang biasanya sombong itu berani menampilkan tubuh mereka. Jika salah satu dari mereka mendapatkan perhatian dari para pemuda ini, mungkin itu akan menjadi kesempatan besar bagi mereka untuk mengubah nasib.Di antara keempat pemuda tersebut, ada seorang pria muda berusia 20-an dengan wajah tirus, hidung bengkok, bibir tipis, dan mengenakan jam tangan mewah. Dia adalah Dipo. Dua dari tiga orang lainnya adalah teman dekat Dipo yang juga berasal dari keluarga kaya di ibu kota provinsi."Pak Resnu, nggak kusangka bisa ketemu denganmu di tempat sekecil ini. Maaf kalau pertanyaanku lancang, tapi kenapa tanganmu bisa patah?"Dipo mengangkat gelas anggurnya, lalu bertanya dengan penuh rasa hormat kepada seorang pemuda yang terbaring lemah di sofa dengan wajah pucat. Jika Tirta ad
Resnu memang sudah menanti-nantikan penawaran Dipo ini, sehingga dia langsung menyetujuinya tanpa ragu-ragu.Setelah itu, dia mendesak dengan tidak sabaran, "Karena Pak Dipo begitu menghargaiku, aku juga nggak sungkan-sungkan lagi. Tapi, di mana kalian menyekap pemilik Pil Kecantikan itu? Cepat bawa dia kemari, aku bantu kalian menanyakan formulanya supaya kita bisa sukses besar!""Pak Resnu nggak usah buru-buru. Orangnya ada di tempat lain, tapi sekarang ini seluruh kota dipenuhi polisi patroli. Bahkan wali kota sendiri juga turun tangan langsung untuk mencarinya. Sebaiknya kita tunggu dua hari dulu supaya keributan ini mereda sebelum menanyakan soal Pil Kecantikan.""Pak Resnu, kita minum dulu," tambah Dipo sambil mengangkat gelasnya."Ya, Pak Resnu, kita minum dulu untuk merayakannya." Kedua pemuda kaya lainnya juga merasa senang karena berhasil mengajak Resnu untuk bergabung. Bagaimanapun, mereka memang kaya, tetapi posisi Resnu jauh di atas mereka karena memiliki ayah yang menjaba
Tirta benar-benar tidak menyangka bahwa mereka akan menyetujui syarat yang dia ajukan semudah itu. Hal itu membuat suasana hatinya membaik secara drastis.Sebelum pergi, Tirta kembali melirik Kurnia, seakan ingin mengatakan sesuatu. "Pak Tirta, kalau ada perintah, silakan katakan saja," kata Kurnia dengan hormat sambil mengepalkan tangan sebagai tanda penghormatan."Kurnia, bagaimanapun juga, akulah yang membuat lenganmu patah. Aku punya resep obat yang bisa membuat lenganmu tumbuh kembali.""Tapi, mencari bahan-bahannya mungkin akan memakan waktu yang cukup lama. Kalau kamu bersedia menunggu, aku bisa membantumu memulihkan lenganmu sepenuhnya."Tirta mengingat teknik pengobatan ajaib yang diwariskan oleh Genta di dalam ingatannya, lalu menawarkan solusi itu kepada Kurnia."Aku bersedia! Tentu saja aku bersedia! Terima kasih atas kebaikanmu, Pak Tirta!"Mendengar hal itu, Kurnia begitu terkejut dan terharu hingga langsung berlutut di depan Tirta untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya
"Sudahlah, Laras. Tindakan nggak senonoh apa pun yang pernah kubuat padamu sebelumnya, setidaknya sekarang aku nggak pernah begitu lagi sama kamu, 'kan?""Kamu nggak boleh panggil aku bajingan mesum lagi. Kamu boleh panggil aku Tirta saja, atau Kak Tirta juga boleh. Kalau kamu nggak bisa lakukan itu, sebaiknya kamu kembali saja ke dunia misterius," kata Tirta sambil menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga reputasinya."Huh, kalau begitu aku panggil Tirta saja. Sepertinya kita juga sebaya!" jawab Laras sambil menoleh ke arah lain setelah berpikir sejenak."Kak Tirta, aku nggak akan panggil kamu bajingan mesum. Karena kamu adalah orang baik."Tina merasa ekspresi serius Tirta saat membela diri tadi cukup menggelikan. Dengan sedikit keberanian, dia menepuk lengan Tirta dan berkata demikian."Hehe, bagus! Tina memang paling penurut."Suasana hati Tirta menjadi semakin bagus. Dia mengusap rambut panjang Tina dengan lembut sebelum mengalihkan pandangannya ke Tina, Laras, serta Kimmy yang
"Nak, jangan persulit kami!"Para pesilat kuno yang berhasil selamat dan beberapa ketua sekte berusaha untuk bernegosiasi dengan Tirta."Persulit kalian? Hehe .... Kamu kira aku nggak tahu apa yang ada di pikiran kalian? Kalian cuma merasa batu alami terlalu berharga dan nggak mau memberikannya padaku, bukan?""Sejujurnya saja, semua sumber daya dunia fana ini sama sekali nggak menarik bagiku. Aku cuma menginginkan batu alami! Aku bisa menyelamatkan kalian, tapi aku juga bisa membunuh kalian!""Siapa pun yang nggak setuju, jangan salahkan aku kalau aku berubah menjadi musuh kalian!"Tirta menyeringai dingin sambil menatap para ahli seni bela diri kuno yang tersisa di sekelilingnya.Saat mengucapkan kata-kata itu, aura dingin dan niat membunuh yang mengerikan terpancar dari tubuhnya!"Cecunguk ini ternyata punya sedikit keberanian juga."Di dalam lautan kesadarannya, Genta berkomentar dengan nada santai. Jika dia yang berada di posisi Tirta sekarang, para pesilat kuno ini tidak akan sel
"Yang penting jangan lupakan kamu ...," gumam Tirta. Permintaan Tina sangat sederhana. Dia benar-benar wanita yang polos.Tirta mendesah, lalu menyetujui permintaan Tina, "Oke, namamu Tina, 'kan? Kalau begitu, kamu ikut aku saja. Aku ... ada sesuatu yang nggak bisa kukatakan padamu sekarang. Nanti aku baru beri tahu kamu setelah pulang."Tina langsung berhenti menangis setelah Tirta menyetujui permintaannya. Dia menyeka air matanya, lalu berujar kepada Edwan dengan antusias, "Pak Edwan, Kakak setuju aku ikut dia. Aku ... nggak ikut kalian pulang lagi."Tina berpesan, "Pak Edwan, tolong sampaikan pada guruku. Kalau ada kesempatan, aku dan Kakak akan pergi ke dunia misterius untuk mengunjungi guruku.""Oke. Kalian berdua jaga diri baik-baik. Kami pamitan dulu," balas Edwan sambil tersenyum. Dia memberi hormat kepada Tirta, lalu membawa membawa murid Sekte Kebebasan meninggalkan puncak gunung.Setelah Edwan dan lainnya pergi, Tina berdiri di belakang Tirta. Dia mengamati wajah Tirta, lalu
Di puncak gunung, semua pesilat kuno yang diselamatkan Tirta memberi hormat kepadanya. Salah satu pesilat kuno berkata, "Sobat, kamu sudah menyelamatkan kami, tapi kami nggak tahu namamu. Apa kamu bisa beri tahu kami? Ke depannya, kami pasti akan mengunjungimu setelah beristirahat di dunia misterius."Tirta berpikir sejenak, lalu menanggapi, "Sebenarnya aku nggak perlu beri tahu kalian namaku. Kalau kalian mau membalasku, bantu aku cari batu spiritual setelah kalian kembali ke dunia misterius. Eh, salah. Maksudku cari batu alami."Tirta menambahkan, "Nantinya aku akan ambil batu alami itu waktu aku pergi ke dunia misterius."Tirta sudah merebut energi internal mereka. Biarpun sedikit keterlaluan, Tirta sudah menyelamatkan mereka. Tindakan Tirta sama seperti dokter yang mengangkat salah satu organ dalam pasien untuk menyelamatkannya.Pasien tidak akan menyalahkan dokter. Sebaliknya, pasien akan membayar biaya pengobatan setelah selamat. Jadi, batu alami yang diminta Tirta bisa dianggap
Hanya saja, suara mereka tidak terlalu keras saat memarahi Tirta. Bagaimanapun, mereka menunggu diselamatkan Tirta.Tirta yang sudah menikmati perhatian para murid wanita baru berjalan keluar dari kerumunan. Dia mulai menyingkirkan Air Kutukan para pesilat kuno pria dan pemimpin sekte.Tentu saja, Tirta para pesilat kuno pria yang tidak bersedia berlutut kepada Tirta dan cemburu kepadanya mendapatkan giliran terakhir. Alhasil, mereka mati disiksa oleh Air Kutukan sebelum diselamatkan Tirta.Sementara itu, Elisa yang berdiri di hutan tersembunyi dan tidak bisa dilihat Tirta melihat para murid wanita diselamatkan. Dia berkomentar dengan ekspresi kesal, "Bocah ini memang genit ...."Sebenarnya, tadi Elisa tidak pergi. Dia beralasan ingin turun gunung, tetapi dia diam-diam kembali lagi untuk melihat cara Tirta menetralkan racun.Sebagai murid Sekte Mujarab, Elisa memiliki minat belajar yang tinggi. Dia ingin mempelajari cara Tirta menetralkan racun. Selain itu, Elisa juga mulai tertarik pa
Tirta hanya menyingkirkan Air Kutukan dari tubuh murid wanita itu dan melirik bagian dadanya beberapa kali. Murid wanita itu memakai baju, dia juga tidak rugi biarpun dilirik Tirta.Sebenarnya hanya Tirta sendiri tahu apa yang dilihatnya. Meskipun murid wanita itu memakai baju, tetap tidak berpengaruh bagi Tirta.Setelah puas melihat tubuh wanita itu, Tirta berkata kepada murid wanita yang bokongnya berisi, "Itu ... Adik yang bokongnya berisi. Kamu maju, racun di tubuhmu terlalu kuat. Biar aku bantu kamu netralkan racunnya."Murid wanita itu menghampiri Tirta, lalu Tirta menemukan target lain lagi. Matanya berbinar-binar.Tirta tersenyum lebar sambil berujar, "Itu ... Kakak yang pinggangnya ramping dan dadanya berisi. Aku hampir melupakanmu. Kamu juga maju, aku sekalian netralkan racun kalian berdua."Murid wanita yang mempunyai pinggang ramping dan dada berisi terlihat seksi saat berjalan menghampiri Tirta. Dia sangat cantik. Murid wanita itu bertanya dengan ragu-ragu, "Dik, apa kamu
Tirta menjawab dalam hati, 'Kak, jangan goda aku lagi. Aku sama sekali nggak punya niat itu. Kita harus segera selamatkan orang biar kamu bisa menyerap energi internal orang-orang ini secepatnya. Kita juga bisa pulang ke kediaman Keluarga Purnomo.'Tirta juga merasa bersyukur. Untung saja, tadi dia tidak menggoda murid wanita yang tampangnya jelek. Dia pasti tidak tahan kalau diganggu oleh wanita jelek.Setelah tersadar, Tirta sudah menyingkirkan Air Kutukan murid wanita ini. Kemudian, dia mulai menyingkirkan Air Kutukan murid Sekte Kebebasan lainnya.Kali ini, Tirta berusaha mengendalikan dirinya setelah tahu pemikiran wanita dari dunia misterius yang kolot. Dia tidak menggoda murid wanita yang cantik.Tentu saja, ini juga karena Tirta tidak melihat wanita cantik lagi. Kalau tidak, dia pasti langsung menunjukkan sifat aslinya.Dalam waktu belasan menit, Tirta sudah menyingkirkan Air Kutukan belasan murid Sekte Kebebasan. Biarpun kehilangan semua energi internal, mereka tetap berterima
Tirta melirik sekilas ke arah dada wanita itu yang terlihat begitu indah dan menonjol, lalu menyeringai dengan senyum jahil.Wanita itu langsung terpaku di tempat dan wajahnya memerah seketika. Dia menggigit bibirnya dengan gugup dan merasa sangat malu.Kemudian, wanita itu menoleh ke arah Edwan dengan ekspresi penuh dilema seolah meminta petunjuk. Dia berucap, "Aaaargh .... Pak Edwan! Dia ... dia mau aku menciumnya!" Edwan menghela napas panjang, lalu berkata dengan lembut kepada wanita itu, "Tina, sebelum bawa kalian keluar, aku sudah berjanji kepada gurumu bahwa aku akan memastikan kalian pulang tanpa kekurangan apa pun. Jadi, cium saja anak muda ini. Dia bukan orang jahat kok. Dia adalah penyelamatmu."Dalam pikiran Edwan, kalau Tina tidak mau mencium Tirta, mungkin dia tidak akan menyelamatkannya."Aku ...." Tina ragu-ragu cukup lama. Pada akhirnya, dia menarik kembali liontin gioknya, lalu mengumpulkan seluruh keberaniannya dan memejamkan mata.Kemudian, Tina maju selangkah dan