Tirta tahu bahwa Nabila juga menyukainya. Kalau tidak, Nabila juga tidak akan ditindas Tirta. Hati Tirta pun luluh. Tirta menghibur sembari mendekap Nabila, "Kak Nabila, aku salah. Kelak aku baru menidurimu kalau kamu bersedia. Aku nggak akan mendesakmu lagi."Tirta berpikir dia akan mencari Melati saat ingin memuaskan nafsunya. Waktu masih panjang. Kelak dia pasti bisa meniduri Nabila.Nabila berhenti menangis, lalu mengangguk dan menimpali, "Oke. Kamu harus memegang janjimu."Kemudian, Nabila memberi tahu Tirta tujuan Agus. Setelah mendengarnya, Tirta mengkritik, "Pria tua itu memang licik! Bisa-bisanya dia memintamu berkorban untuk menggodaku!"Namun, rencana Agus tidak akan berhasil. Bahkan, dia akan sia-sia mengorbankan putrinya. Tirta juga bukan orang baik-baik.Nabila mencubit lengan Tirta dan menegur, "Jangan bicara sembarangan! Bagaimanapun, dia itu ayahku. Kamu nggak boleh mengkritiknya. Lagi pula, aku juga nggak berniat menipumu.""Kak Nabila, jangan marah. Kamu itu pacarku.
Tirta yang menemani Ayu dan Melati tidur tidak berani melakukan apa pun. Dia membuka matanya lebar-lebar karena ingin melihat apakah benar-benar ada hantu yang mengganggu atau tidak. Setelah menunggu sekitar 1 jam lebih, Tirta tidak melihat apa-apa.Saat ini sudah dini hari. Tirta diam-diam melirik Melati dan Ayu. Sepertinya Melati sudah tidur, Tirta mulai memberanikan dirinya. Dia bergumam, "Badan Bi Ayu wangi sekali ...."Tirta mencium aroma di tubuh Ayu. Dia pun melupakan masalah hantu. Tirta sudah termasuk jujur. Namun, dia tidak sengaja menyentuh tubuh kedua wanita itu karena tempat tidurnya terlalu sempit. Apalagi, Ayu memang cantik. Tirta mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Ayu sehingga Ayu terkejut. Dia langsung memperingatkan Tirta, tetapi tidak berani mengeluarkan suara yang keras.Tirta makin keterlaluan! Nanti, Ayu akan memberi Tirta pelajaran! Meskipun tidak punya hubungan keluarga apa pun, Ayu dan Tirta sangat akrab. Namun, Ayu merasa keberatan karena dirinya lebi
Jika Tirta hanya pergi memetik obat dengan Nabila berduaan, dia bisa memanfaatkan kesempatan bagus ini untuk bermesraan dengan Nabila. Namun, jika Agus juga mengikuti mereka, Tirta pasti tidak bisa berkutik. Tentu saja, Tirta tidak akan membiarkan tujuan Agus tercapai. Lagi pula, kalau sebelumnya Agus dan Betari menghormatinya, Tirta mungkin akan menyetujui saran mereka sekarang."Apa? Ada harimau? Tirta, apa kamu mau pergi ke Gunung Barat?" tanya Agus. Dia langsung ketakutan. Kalau ada harimau, Agus tidak berani pergi lagi.Nabila juga takut. Dia bertanya dengan wajah pucat pasi, "Tirta, apa benar-benar ada harimau?"Tirta berpura-pura serius saat menyahut, "Iya. Terakhir kali aku melihat harimau waktu memetik obat dengan Kak Melati. Kami hampir saja nggak bisa pulang."Agus langsung menyerah. Dia tersenyum canggung dan berucap, "Kalau begitu ... aku nggak jadi pergi lagi. Aku masih ada urusan."Betari langsung mencubit lengan Agus dan mengingatkan, "Tirta ini cerdik sekali. Apa mungk
Semua bahan obat yang dilihat Agus langsung dipetik dan dimasukkan ke dalam karung. Nabila menegur, "Ayah, Tirta yang melihat bahan obat itu dulu. Kamu nggak boleh merebutnya."Bahkan, Agus merebut bahan obat berusia puluhan tahun yang hendak dipetik Tirta. Nabila yang marah mengentakkan kakinya.Agus sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah menyalahkan Nabila, "Anak bodoh, kamu nggak paham! Ini semua sangat bernilai! Pengeluaran keluarga kita selama setengah tahun bisa dibayar dengan bahan obat ini!"Nabila membentak seraya menangis, "Ayah, kamu sudah merebut bahan obat Tirta! Cepat kembalikan bahan obat itu kepada Tirta! Kita nggak boleh mengambilnya!"Nabila merebut karung Agus dan mengembalikan bahan obat itu kepada Tirta. Agus yang marah menampar Nabila dan menghardik, "Dasar anak sialan! Aku ini ayahmu! Aku hanya menyuruhmu untuk pura-pura pacaran dengan Tirta, kenapa kamu malah menjadi serius? Untuk apa kamu mengurus Tirta?""Kak Nabila!" panggil Tirta dengan ekspresi cemas.
"Ayo maju, siapa yang mundur duluan berarti pengecut!" teriak Tirta sambil menggulung lengan bajunya. Dia sudah lama tidak senang terhadap Agus, jadi dia ingin memberinya pelajaran."Tirta, Ayah, kalian jangan berkelahi lagi ya?" teriak Nabila dengan panik di samping, tetapi dia juga tidak punya cara untuk menghentikan mereka."Roar!" Melihat Tirta dan Agus akan berkelahi, tiba-tiba terdengar suara raungan hewan yang menakutkan. Suara itu menggema di udara, sehingga membuat semua orang bergidik ngeri mendengarnya.Setelah terdengar suara gemeresik, tiba-tiba muncul seekor harimau dari semak belukar yang lebat. Tubuhnya sangat besar dan wajahnya menakutkan. Sepasang matanya yang tajam seakan-akan hendak menelan jiwa orang. Dia menatap Agus dengan intens, seperti akan menyerangnya kapan saja."Sialan, benar-benar ada harimau?!" Kedua kaki Agus terasa lemas dan tubuhnya gemetaran."Ah! Ada harimau! Benar-benar ada harimau!" teriak Nabila sambil memeluk Tirta dengan wajah pucat. Hanya Tirt
"Bukan salahmu, nggak perlu minta maaf padaku. Tapi aku tegaskan dulu, aku hanya bisa toleransi kali ini. Kalau lain kali ayahmu masih maki-maki aku, jangan salahkan aku nggak sungkan padanya!" Setelah berkata demikian, Tirta memeluk Nabila dan menciumnya dengan erat.Nabila tidak menyangkal, dia hanya mengangguk menyetujuinya. Tampaknya, dia juga merasa tindakan Agus sangat keterlaluan. Setelah menciumnya sesaat, Tirta jadi terangsang dan mulai meremas dadanya yang sintal.Setelah dikacaukan Agus seperti itu, Nabila juga merasa bersalah terhadap Tirta. Baru saja Tirta berpikir hendak mengambil kesempatan ini untuk berhubungan badan dengan Nabila, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang berbulu menggosok lengannya. Saat membuka mata melihatnya, ternyata harimau itu sedang menatapnya dengan mata berbinar,"Ah, Tirta, dia mau makan kita ya?" teriak Nabila dengan ketakutan. Tadi dia terlalu lupa diri sampai tidak sadar masih ada harimau di sekitar mereka."Kak Nabila tenang saja. Tempera
"Kamu bilang saja mau atau nggak. Kalau nggak mau, aku cari orang lain saja," kata Tirta sambil mencubit bokong Nabila yang kenyal."Kamu masih mau nyari orang lain? Sialan! Cuma boleh tidur denganku!" balas Nabila tanpa berpikir panjang. Dia sendiri juga tidak menyadari bahwa dirinya sudah tidak bisa berpisah dari Tirta."Kalau nggak, aku tidur denganmu sekarang?" tanya Tirta mencari kesempatan. Tempat ini adalah hutan belantara. Jika Tirta ingin menyetubuhi Nabila, dia sudah pasti tidak akan bisa melarikan diri. Saat menyentuh payudara Nabila tadi, Tirta sudah berusaha menahan nafsunya."Nggak boleh! Nggak boleh sekarang!" Nabila menggelengkan kepalanya."Kalau begitu, kamu bilang saja kapan bisanya?" tanya Tirta dengan kecewa. Nabila benar-benar sulit ditaklukkan. Namun, justru ini yang membuat Tirta semakin tertantang."Kenapa kamu buru-buru? Tunggu sampai ... ulang tahunku selanjutnya, boleh nggak?" tanya Nabila setelah berpikir sejenak."Benarkah? Kapan ulang tahunmu selanjutnya?
"Ada apa dengan Tirta? Apa yang dia lakukan terhadapmu?" Jantung Ayu mulai berdegup kencang. Jika Tirta benar-benar melakukan sesuatu pada Melati, Ayu pasti akan memberinya pelajaran! Kalau hal ini sampai tersebar, bukankah nama baik mereka akan tercoreng?"Apa yang kamu pikirkan Bi? Kalaupun Tirta berniat seperti itu, dia nggak akan punya nyali untuk melakukannya." Melati langsung mengarang alasan untuk menyangkal. "Suatu hari, perutku terasa kurang nyaman. Jadi, aku menyuruh Tirta untuk memijatku. Aku merasa sangat nyaman setelah dipijat, makanya aku ingin menyuruhnya untuk memijatku setiap hari. Kalau begitu, bukankah aku harus lebih baik padanya?""Begitu ya ...." Ayu juga tahu keterampilan memijat Tirta sangat hebat, sehingga dia jadi percaya dengan ucapan Melati."Hanya memijatmu? Nggak melakukan hal lain terhadapmu?""Bibi, kalaupun kamu nggak percaya Tirta, seharusnya kamu percaya padaku!" balas Melati buru-buru. Sebenarnya, setiap kali selalu Melati yang berinisiatif duluan. N
"Aku nggak kasih kamu kuliah karena kamu wanita. Kuliah juga nggak ada gunanya, ujung-ujungnya kamu bakal nikah!""Kamu simpan uang itu juga nggak ada gunanya. Adikmu satu-satunya pewaris keluarga. Biarkan dia menikah dan meneruskan keturunan, ini yang penting!""Cepat pulang dan serahkan uangnya! Kalau nggak, kuanggap aku nggak punya anak perempuan!" bentak Samudra dengan kasar. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan."Huhuhu ...." Nia menggenggam ponselnya. Emosinya meluap-luap. Dia tidak bisa menahan diri lagi sehingga duduk di lantai dan menangis."Kak Nia, gimana kalau kita tunda urusan pohon buahnya dulu? Kami temani kamu pulang ya?" Tirta juga merasa kesal mendengar perkataan Samudra. Setelah berpikir sejenak, dia membujuk Nia."Sudahlah, Tirta. Aku tahu kalian baik hati ingin membelaku, tapi ayahku itu nggak bisa diajak bicara. Dia sangat mementingkan anak laki-laki.""Kalaupun kalian ke sana, kalian juga nggak bisa mengubah apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan ini." Nia men
"Kita berdua ini hubungan kerja sama, nggak ada istilah bos di sini. Aku yang urus soal obat-obatan. Untuk kebun buah, tetap kamu yang urus," kata Tirta sambil tersenyum."Bukan masalah, Tirta. Aku pasti akan merawat kebun buah ini dengan baik!" sahut Nia dengan mata yang dipenuhi semangat.Kemudian, Nia menoleh ke arah Agatha yang berdiri di samping Tirta dan bertanya dengan bingung, "Tirta, siapa adik cantik ini?"Nia awalnya merasa dirinya cukup cantik dan badannya juga bagus. Bahkan, dia pernah dinobatkan sebagai wanita tercantik di jurusannya saat kuliah. Namun setelah melihat Agatha, dia merasa agak minder. Dari segi penampilan dan tubuh, Agatha jelas lebih unggul darinya."Ini Agatha, pacarku." Tirta memperkenalkan dengan santai."Oh, ternyata adik iparku. Tirta, kamu beruntung sekali!" goda Nia.Nia mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri, "Halo, aku Nia. Aku dari Desa Kosali di sebelah. Dilihat dari usiamu, sepertinya kamu lebih muda sedikit dari aku. Kalau nggak keberatan,
"Nggak masalah," jawab Tirta sambil menyerahkan uang dan tersenyum santai. Tak lama, warga lain pun ikut berdatangan."Tirta, kami punya 7 hektare. Bisa dibulatkan, 'kan?""Tirta, tanah kami 9 hektare, apa bisa dibulatkan juga?""Tirta, Tirta ...!""Tirta ...."Kerumunan warga pun makin membeludak. Mereka mengerubungi Tirta sambil berteriak minta diprioritaskan. Melihat situasi yang makin riuh, dia akhirnya mengambil alih dan menenangkan semua orang. Dia mulai membagikan uang satu per satu dengan sabar.Yang membuat Tirta terkejut, Nia tiba-tiba muncul entah sejak kapan dan ikut membantunya menjaga ketertiban. Selain itu, warga yang tadi berteriak ingin menaikkan harga sewa tanah pun mendadak lenyap entah ke mana."Dasar Tirta, omongannya bahkan lebih ampuh daripada aku yang seorang kepala desa. Benar-benar nggak ngerti. Lebih baik dia saja yang jadi kepala desa selanjutnya," keluh Yanti dengan kesal tetapi juga bercampur kagum.Meski mengeluh, Yanti tetap ikut membantu Tirta mengatur
Agatha mengeluh, "Dasar Tirta, aku tahu kamu datang cuma karena Pil Kecantikan. Sudahlah, mau berapa banyak pun akan aku kasih. Nanti, aku atur dulu para pegawaiku untuk jaga penjualan Pil Kecantikan, lalu aku akan menemanimu ke Desa Persik.""Omong-omong, sudah lama juga aku nggak ke sana. Aku cukup kangen sama Bibi Ayu," ucap Agatha. Dia tertawa sambil menutup mulutnya dengan anggun.Setelah menyelesaikan beberapa urusan perusahaan, Agatha pun pergi dengan senyum ceria bersama Tirta di bawah tatapan penuh kecewa para pria yang mengidolakannya.....Dalam perjalanan, Tirta menceritakan rencananya untuk menyewa lahan di desa, serta menanam tanaman obat dan membuat kebun buah. Dia juga memberi tahu jenis-jenis benih tanaman obat yang dia butuhkan kepada Agatha.Meskipun Agatha tidak begitu paham kenapa Tirta melakukan hal itu, dia tetap dengan senang hati setuju membantu. Setelah itu, dia pun mulai menceritakan kejadian-kejadian menarik yang dialaminya belakangan ini.Sekitar satu jam k
Ayu memutar bola matanya sambil memarahi, "Dasar bodoh, Bibi lagi datang bulan. Rasanya nggak nyaman, jadi beberapa hari ini biarkan Bibi istirahat ya."Tirta mengeluh, "Aduh, sayang banget. Padahal jarang-jarang Susanti pulang ke rumahnya. Kalau begitu, Bibi istirahat saja dulu. Aku akan pergi cari Kak Melati!"Tirta langsung mengalihkan perhatiannya ke Melati. Ayu menggerutu sambil mengerucutkan bibir, "Dasar anak nakal, kamu ini benar-benar reinkarnasi dari iblis mesum!"Saat itu, Melati sedang berada di dalam sebuah ruangan bersama Arum. Keduanya sedang bermain-main dengan beberapa anak harimau.Melihat Tirta masuk dengan tatapan penuh semangat, Melati baru saja ingin bertanya. Hanya saja belum sempat bicara, Tirta langsung memeluk pahanya dan mengangkatnya ke atas bahu."Aduh! Tirta, kamu mau apa?" seru Melati dengan panik. Dia memeluk tubuh Tirta erat-erat karena takut terjatuh."Kak Melati, aku sudah pergi seharian. Badanku kotor banget. Tolong bantu aku mandi ya," ucap Tirta de
Ketika Tirta dan Arum kembali ke klinik, mereka melihat sebuah mobil polisi diparkir di depan pintu. Susanti duduk sendirian di dalam mobil dan terlihat sedang melamun.Tirta berjalan mendekat, lalu bertanya dengan penasaran, "Susanti, kenapa kamu nggak masuk ke dalam? Kenapa malah duduk di dalam mobil?"Susanti membalas, "Aku lagi menunggumu."Susanti keluar dari mobil sambil menatap Tirta dengan tatapan penuh kecurigaan, lalu melanjutkan, "Aku dengar dari Bibi Ayu, besok kamu berencana sewa lahan untuk menanam pohon buah. Kenapa tiba-tiba mau tanam pohon? Bukannya uangmu sudah lebih dari cukup?"Arum yang baru saja bersenang-senang dengan Tirta di hutan langsung merasa canggung saat melihat Susanti. Setelah menyapanya, dia buru-buru masuk ke dalam klinik sendirian.Tirta menjawab santai sambil tersenyum, "Ya aku cuma bosan saja. Harus ada sesuatu yang kulakukan, 'kan? Lagian, aku akan menghabiskan banyak waktu di Desa Persik. Kalau lingkungannya bagus, bukankah tinggal di sini juga a
Dua ekor anjing Husky itu mengangguk dengan penuh semangat hingga suara gonggongan mereka serak."Ini .... Jangan-jangan Tirta yang mencuri bajuku, lalu bikin simpul pita di dadaku?" ucap Yanti. Raut wajahnya langsung berubah, bahkan napasnya juga menjadi tidak teratur."Kenapa dia melakukan hal seperti itu? Nggak bisa! Pokoknya aku harus cari kesempatan untuk tanyakan hal ini padanya. Aku nggak boleh biarkan dia mengambil keuntungan dariku begitu saja!" seru Yanti.....Setelah meninggalkan rumah Yanti, Tirta dan Arum tidak langsung kembali ke klinik. Tirta malah menyeret wanita itu ke sebuah hutan kecil yang gelap gulita.Arum samar-samar menyadari sesuatu. Napasnya menjadi tidak teratur ketika bertanya, "Tirta, kenapa kita nggak kembali ke klinik? Kenapa kamu membawaku ke sini?"Tirta terkekeh sambil langsung menarik Arum ke dalam pelukannya, lalu berucap, "Kak Arum, kita jangan pulang dulu. Aku kangen kamu. Aku boleh memelukmu sebentar, 'kan?"Tubuh Arum yang menempel erat pada Tir
"Bu Yanti, aku nggak bercanda. Aku yang bangun vila besar di ujung desa itu. Mobil Mercedes Maybach yang diparkir di depan klinik itu juga milikku. Aku punya banyak uang kok," ucap Tirta dengan serius. Dia tidak memberi kesempatan bagi Yanti untuk berpikir.Tirta menambahkan, "Asalkan kamu membantuku menyewa semua tanah di Desa Persik, aku bisa kasih kamu komisi sebesar 10%. Kalau nggak cukup, 12% juga nggak masalah."Yanti membalas, "Tirta, aku baru saja menyelesaikan perhitungan tanah di Desa Persik dua hari lalu. Luasnya sekitar 2 ribu hektare lebih. Dengan harga 1,6 juta per hektare, totalnya paling sedikit 3,2 miliar lebih. Kamu yakin mau sewa semuanya?""Sekalipun kamu punya uang, bukannya ini terlalu boros? Lagian, kamu mau tanah sebanyak itu buat apa?" tanya Yanti.Saat mendengar perkataan Tirta barusan, Yanti memandangnya dengan tidak percaya. Dia bahkan curiga Tirta belum sepenuhnya sadar atau mungkin sedang bermimpi.Kalau tidak, siapa yang akan datang tengah malam begini ke
"Hmph! Nggak mau digendong ya sudah! Besok, aku akan seret kamu pergi belanja sayur!" ucap Tirta sambil mendengus kesal. Kemudian, dia segera mengejar langkah Arum.Hanya saja sebelum mereka sampai ke rumah Yanti, dari kejauhan Tirta sudah melihat wanita itu sedang melatih dua ekor anjing besar di halaman rumahnya.Dua ekor anjing Husky setinggi setengah badan manusia itu terlihat sangat garang dan menakutkan. Di tangan Yanti, ada baju milik Tirta yang dipakainya kemarin.Dengan ekspresi serius, Yanti berbicara kepada kedua anjing itu seolah sedang memberi perintah yang sangat penting, "Zoro, Kuro, cium baik-baik baju ini dan ingat baik-baik baunya. Pemilik baju ini adalah orang mesum!"Yanti menambahkan, "Kalau malam ini ada orang yang baunya seperti ini mendekati halaman rumah kita, gigit dia sekuat-kuatnya. Lebih bagus lagi kalau kalian bisa menggigitnya sampai jadi mandul!"Mendengar perkataan itu, Tirta langsung menghentikan langkahnya. Dia merasa ada angin dingin menyusup ke sela