Jika Tirta hanya pergi memetik obat dengan Nabila berduaan, dia bisa memanfaatkan kesempatan bagus ini untuk bermesraan dengan Nabila. Namun, jika Agus juga mengikuti mereka, Tirta pasti tidak bisa berkutik. Tentu saja, Tirta tidak akan membiarkan tujuan Agus tercapai. Lagi pula, kalau sebelumnya Agus dan Betari menghormatinya, Tirta mungkin akan menyetujui saran mereka sekarang."Apa? Ada harimau? Tirta, apa kamu mau pergi ke Gunung Barat?" tanya Agus. Dia langsung ketakutan. Kalau ada harimau, Agus tidak berani pergi lagi.Nabila juga takut. Dia bertanya dengan wajah pucat pasi, "Tirta, apa benar-benar ada harimau?"Tirta berpura-pura serius saat menyahut, "Iya. Terakhir kali aku melihat harimau waktu memetik obat dengan Kak Melati. Kami hampir saja nggak bisa pulang."Agus langsung menyerah. Dia tersenyum canggung dan berucap, "Kalau begitu ... aku nggak jadi pergi lagi. Aku masih ada urusan."Betari langsung mencubit lengan Agus dan mengingatkan, "Tirta ini cerdik sekali. Apa mungk
Semua bahan obat yang dilihat Agus langsung dipetik dan dimasukkan ke dalam karung. Nabila menegur, "Ayah, Tirta yang melihat bahan obat itu dulu. Kamu nggak boleh merebutnya."Bahkan, Agus merebut bahan obat berusia puluhan tahun yang hendak dipetik Tirta. Nabila yang marah mengentakkan kakinya.Agus sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah menyalahkan Nabila, "Anak bodoh, kamu nggak paham! Ini semua sangat bernilai! Pengeluaran keluarga kita selama setengah tahun bisa dibayar dengan bahan obat ini!"Nabila membentak seraya menangis, "Ayah, kamu sudah merebut bahan obat Tirta! Cepat kembalikan bahan obat itu kepada Tirta! Kita nggak boleh mengambilnya!"Nabila merebut karung Agus dan mengembalikan bahan obat itu kepada Tirta. Agus yang marah menampar Nabila dan menghardik, "Dasar anak sialan! Aku ini ayahmu! Aku hanya menyuruhmu untuk pura-pura pacaran dengan Tirta, kenapa kamu malah menjadi serius? Untuk apa kamu mengurus Tirta?""Kak Nabila!" panggil Tirta dengan ekspresi cemas.
"Ayo maju, siapa yang mundur duluan berarti pengecut!" teriak Tirta sambil menggulung lengan bajunya. Dia sudah lama tidak senang terhadap Agus, jadi dia ingin memberinya pelajaran."Tirta, Ayah, kalian jangan berkelahi lagi ya?" teriak Nabila dengan panik di samping, tetapi dia juga tidak punya cara untuk menghentikan mereka."Roar!" Melihat Tirta dan Agus akan berkelahi, tiba-tiba terdengar suara raungan hewan yang menakutkan. Suara itu menggema di udara, sehingga membuat semua orang bergidik ngeri mendengarnya.Setelah terdengar suara gemeresik, tiba-tiba muncul seekor harimau dari semak belukar yang lebat. Tubuhnya sangat besar dan wajahnya menakutkan. Sepasang matanya yang tajam seakan-akan hendak menelan jiwa orang. Dia menatap Agus dengan intens, seperti akan menyerangnya kapan saja."Sialan, benar-benar ada harimau?!" Kedua kaki Agus terasa lemas dan tubuhnya gemetaran."Ah! Ada harimau! Benar-benar ada harimau!" teriak Nabila sambil memeluk Tirta dengan wajah pucat. Hanya Tirt
"Bukan salahmu, nggak perlu minta maaf padaku. Tapi aku tegaskan dulu, aku hanya bisa toleransi kali ini. Kalau lain kali ayahmu masih maki-maki aku, jangan salahkan aku nggak sungkan padanya!" Setelah berkata demikian, Tirta memeluk Nabila dan menciumnya dengan erat.Nabila tidak menyangkal, dia hanya mengangguk menyetujuinya. Tampaknya, dia juga merasa tindakan Agus sangat keterlaluan. Setelah menciumnya sesaat, Tirta jadi terangsang dan mulai meremas dadanya yang sintal.Setelah dikacaukan Agus seperti itu, Nabila juga merasa bersalah terhadap Tirta. Baru saja Tirta berpikir hendak mengambil kesempatan ini untuk berhubungan badan dengan Nabila, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang berbulu menggosok lengannya. Saat membuka mata melihatnya, ternyata harimau itu sedang menatapnya dengan mata berbinar,"Ah, Tirta, dia mau makan kita ya?" teriak Nabila dengan ketakutan. Tadi dia terlalu lupa diri sampai tidak sadar masih ada harimau di sekitar mereka."Kak Nabila tenang saja. Tempera
"Kamu bilang saja mau atau nggak. Kalau nggak mau, aku cari orang lain saja," kata Tirta sambil mencubit bokong Nabila yang kenyal."Kamu masih mau nyari orang lain? Sialan! Cuma boleh tidur denganku!" balas Nabila tanpa berpikir panjang. Dia sendiri juga tidak menyadari bahwa dirinya sudah tidak bisa berpisah dari Tirta."Kalau nggak, aku tidur denganmu sekarang?" tanya Tirta mencari kesempatan. Tempat ini adalah hutan belantara. Jika Tirta ingin menyetubuhi Nabila, dia sudah pasti tidak akan bisa melarikan diri. Saat menyentuh payudara Nabila tadi, Tirta sudah berusaha menahan nafsunya."Nggak boleh! Nggak boleh sekarang!" Nabila menggelengkan kepalanya."Kalau begitu, kamu bilang saja kapan bisanya?" tanya Tirta dengan kecewa. Nabila benar-benar sulit ditaklukkan. Namun, justru ini yang membuat Tirta semakin tertantang."Kenapa kamu buru-buru? Tunggu sampai ... ulang tahunku selanjutnya, boleh nggak?" tanya Nabila setelah berpikir sejenak."Benarkah? Kapan ulang tahunmu selanjutnya?
"Ada apa dengan Tirta? Apa yang dia lakukan terhadapmu?" Jantung Ayu mulai berdegup kencang. Jika Tirta benar-benar melakukan sesuatu pada Melati, Ayu pasti akan memberinya pelajaran! Kalau hal ini sampai tersebar, bukankah nama baik mereka akan tercoreng?"Apa yang kamu pikirkan Bi? Kalaupun Tirta berniat seperti itu, dia nggak akan punya nyali untuk melakukannya." Melati langsung mengarang alasan untuk menyangkal. "Suatu hari, perutku terasa kurang nyaman. Jadi, aku menyuruh Tirta untuk memijatku. Aku merasa sangat nyaman setelah dipijat, makanya aku ingin menyuruhnya untuk memijatku setiap hari. Kalau begitu, bukankah aku harus lebih baik padanya?""Begitu ya ...." Ayu juga tahu keterampilan memijat Tirta sangat hebat, sehingga dia jadi percaya dengan ucapan Melati."Hanya memijatmu? Nggak melakukan hal lain terhadapmu?""Bibi, kalaupun kamu nggak percaya Tirta, seharusnya kamu percaya padaku!" balas Melati buru-buru. Sebenarnya, setiap kali selalu Melati yang berinisiatif duluan. N
Ayu tidak merasa ada yang aneh. Lagi pula, Tirta juga pernah tidur dengannya seperti ini waktu masih kecil dulu. Ditambah lagi dengan kejadian hantu tadi, Ayu benar-benar ketakutan. Sekarang, dia akhirnya bisa tidur nyenyak."Tirta, kamu pasti sudah nggak bisa tahan, 'kan? Sini Kakak bantu ...." Setelah memastikan Ayu tidur nyenyak, Melati yang sudah lama menunggu kesempatan ini akhirnya merangkak ke dalam selimut.....Setelah bergelut semalaman, wajah Melati mulai terasa pegal. Sampai akhirnya tidak bisa tahan lagi, Melati baru tertidur dengan nyenyak."Wanita segenit Kak Melati ini susah dicari sekarang." Tirta baru tertidur setelah puas.Keesokan paginya, Tirta telah bangun pagi-pagi dan menyiapkan sarapan. "Bibi, Kak Melati, aku harus pergi ujian ke kota. Mungkin baru bisa pulang malam. Kalian nggak usah tunggu aku lagi."Setelah selesai sarapan, Tirta berpamitan dengan Ayu dan Melati, lalu membawa sekarung tanaman obat untuk mencari Agatha di pintu desa. Sebelum tiba di sana, Tir
"Kejam sekali anak ini!" Agus terkejut hingga gemetaran, bahkan kakinya juga terasa lemas."Aaarrgghhh ... sakit ...." Kedua biji Hadi sudah hancur, bahkan kemaluannya juga dicabut oleh Tirta. Rasa sakit ini tidak mungkin bisa ditahan oleh orang biasa! Tak lama kemudian, dia pun jatuh pingsan."Gawat Tirta, kamu buat masalah besar! Kalau masalah ini sampai ketahuan Baskoro, kamu pasti ... pasti ...." Agatha ketakutan hingga wajahnya pucat pasi dan suaranya gemetaran. Dia tidak bisa lagi melanjutkan ucapannya."Takut apanya? Memangnya dia bisa bunuh aku?" Tirta tidak takut menghadapi konsekuensi dari perbuatannya. Kalaupun diberi kesempatan mengulangi semuanya, dia tetap akan melumpuhkan Hadi tanpa ragu-ragu. Siapa suruh mulut pria ini busuk sekali."Kak Agatha, apakah Tirta akan dipenjara?" tanya Nabila sambil mencengkeram bajunya dengan pucat."Dipenjara itu kemungkinan terbaik. Hadi adalah putra Baskoro satu-satunya, tapi kamu malah melumpuhkannya begitu saja. Baskoro bakal menggila
Setelah keluar dari Desa Persik, kesadaran Filda mulai pulih. Dia duduk di kursi belakang sambil terus menyeringai dingin menatap Tirta."Kamu terlalu banyak bicara! Kamu pikir aku akan memberimu kesempatan untuk melapor polisi?" Tirta tiba-tiba menginjak rem, menghentikan mobilnya.Kemudian, dia turun dan menarik Filda keluar dari kursi belakang. Tepat di sebelah mereka adalah sebuah waduk besar!Melihat waduk itu serta ekspresi dingin Tirta, Filda benar-benar panik! Dia menggigil dan bertanya dengan suara gemetar, "Kamu mau apa? Kamu nggak boleh membunuhku! Itu melanggar hukum! Hentikan!""Membunuhmu? Jangan mimpi! Membunuhmu hanya akan mengotori tanganku!" cela Tirta dengan dingin. Kemudian, dia mengeluarkan jarum perak dari saku.Dengan menggunakan teknik akupuntur untuk menghilangkan ingatan, Tirta menghapus ingatan Filda tentang kejadian malam ini. Sebentar lagi, Filda akan melupakan segalanya.Setelah mencabut jarum perak, Tirta segera melangkah ke mobil. Sebelum kesadaran Filda
Setelah kebohongannya terbongkar, Filda tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendekati Tirta. Karena itu, dia begitu marah hingga tak bisa menahan diri untuk memaki Farida!"Berhenti! Barusan kamu bilang siapa yang menjijikkan?" Namun, setelah mendengar ucapannya, Tirta segera melangkah ke depan, menghalangi Filda, lalu menatapnya dingin."Kamu benar-benar nggak tahu diri. Justru perempuan seperti kamu yang sebenarnya paling menjijikkan! Kalau nggak minta maaf, jangan harap bisa pergi hari ini!"Sejak tadi, ketika Filda membolak-balikkan fakta, Tirta sudah merasa tidak senang padanya. Kini, setelah semuanya jelas, bukan hanya tidak meminta maaf, Filda malah menghina Farida! Jelas, Tirta tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja!"Aku sudah bilang aku nggak mau kerja lagi! Aku juga sudah kembalikan uang kalian! Aku sudah nggak ada hubungan apa pun dengan kalian, jadi aku nggak akan minta maaf padanya!""Memangnya kamu bisa apa padaku? Jangan kira cuma karena punya uang, kamu bisa bert
Wajah Farida kembali merona. Dia menggigit bibirnya, lalu menatap Tirta dan berkata, "Tirta, aku tahu kamu khawatir padaku, tapi aku benaran nggak lelah. Aku bisa bekerja sampai pagi tanpa masalah.""Besok kamu harus kembali ke ibu kota provinsi, lebih baik kamu pergi ke vila dan istirahat. Aku akan tetap di sini untuk menanam beberapa bibit pohon buah lagi. Kalau aku sudah nggak kuat, aku akan diam-diam menyusulmu."Saat mengatakan itu, Farida berbisik di telinga Tirta, "Selama dua hari ini kamu nggak ada, Agatha dan Nabila juga nggak datang. Melati dan Arum hampir sakit karena terlalu rindu padamu. Cepat pergi temui mereka.""Kak Farida, kamu sendiri nggak merindukanku? Aku akan menemanimu dulu, setelah itu baru aku temui mereka." Tirta menggeleng dengan tegas, nada bicaranya terdengar sedikit mendominasi."Ya sudah kalau begitu." Farida lebih tua satu atau dua tahun dari Ayu. Dia sendiri adalah wanita dewasa yang cerdas dan anggun.Namun, saat mendengar ucapan Tirta, dia menjadi beg
"Tirta, tentu saja aku mengatakan yang sebenarnya." Di bawah cahaya malam yang samar, Filda tidak bisa melihat ekspresi Tirta dengan jelas. Dia terus berakting."Kamu telah menyelamatkan nyawa anak kakakku dan juga membantu mengurus bisnisnya. Kamu begitu baik kepada keluargaku, mana mungkin aku berbohong padamu?""Baiklah, kalau memang Kak Farida seburuk yang kamu katakan, aku pasti akan menyuruhnya minta maaf padamu. Naik mobil, ikut aku ke sana dan kita tanyakan ke Kak Farida langsung!""Tapi kalau ternyata kamu cuma bohong padaku, kamu yang harus memberi penjelasan pada Kak Farida!" Nada suara Tirta mengandung sedikit kemarahan.Menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam nada bicara Tirta, Filda sontak merasa gelisah dan tidak berani naik mobil.“Kenapa malah bengong? Ayo naik mobil," desak Tirta dengan tidak sabar."Tirta, aku ... aku tiba-tiba sakit perut. Gimana kalau kamu saja yang pergi? Beri tahu saja aku cara keluar dari sini. Aku nggak mau ikut. Aku harus cepat pulang ke
Wajahnya langsung memerah, merasa malu sekaligus marah. Filda mengumpulkan keberanian, lalu kembali melangkah ke arah belakang.Kali ini, dia memang tidak kembali ke tempat Farida dan para pekerja, tetapi dia tersesat."Jangan-jangan aku benar-benar mengalami fenomena terjebak di jalur hantu? Saat masuk tadi, semuanya baik-baik saja. Kenapa sekarang malah nggak bisa keluar? Aku harus meminta Kakak datang menjemputku!"Filda gemetar ketakutan. Dia mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon kakaknya, pemilik bibit pohon buah.Tiin! Tiin! Tiba-tiba, dari kejauhan, cahaya lampu yang menyilaukan menerangi tempat itu!Criiit! Suara rem yang tajam terdengar. Sebuah Mercedes-Maybach berhenti tepat di depan Filda.“Bukankah kamu adik pemilik bibit pohon buah? Malam-malam bukannya tidur, kenapa malah berada di sini?" Tirta membuka pintu mobil dan turun. Begitu melihat Filda, dia langsung ingat siapa gadis itu dan bertanya dengan penasaran."Kamu ... kamu Tirta? Syukurlah! Tirta, kamu datang tep
Mendengar perkataan Filda, banyak pekerja di bawah Farida yang merasa sangat marah!Mereka segera maju dan mengadangnya, tidak membiarkannya pergi!"Berhenti di situ!""Kamu ini gadis muda yang cantik, tapi kenapa caramu bicara dan bertindak sangat buruk?""Saat kakakmu menjual bibit pohon buah kepada Bos, dia sudah janji akan mengirimmu untuk membantu kami mengelola kebun secara gratis!""Kak Farida sangat baik, dia bahkan memberimu bayaran 1 miliar sebagai tambahan!""Kami juga nggak menyuruhmu menanam sendiri, cuma minta sedikit arahan. Lagian, kamu baru kerja setengah hari!""Masa kamu mau ambil uangnya, lalu langsung pergi begitu saja?""Mau pergi? Tinggalkan uangnya dulu! Kalau nggak, jangan salahkan kami kalau bertindak kasar!"Melihat puluhan pekerja yang marah dan tampak garang, Filda secara refleks mundur beberapa langkah karena takut.Namun, dia segera menenangkan diri, lalu mendengus dingin dan berkata, "Percuma kalian bilang begitu, aku nggak pernah bilang aku nggak mau me
"Jangan salahkan aku. Dengan tubuhmu sendiri, kamu akan membantai semua orang yang kamu cintai!"Itulah kata-kata terakhir yang dikatakan Genta kepada Tirta. Setelah suaranya menghilang, Genta tidak lagi memberikan tanda-tanda keberadaan."Sial ... wanita ini benar-benar kejam!"Tirta tahu bahwa kali ini dia benar-benar membuat Genta marah. Dia menggeleng dan tidak berani banyak mengeluh. Setelah memastikan bahwa tubuhnya tidak mengalami masalah, dia melanjutkan perjalanan menuju Desa Persik.Namun, keinginannya untuk menaklukkan Genta kini telah berakar kuat di dalam hatinya. Jika ada kesempatan di masa depan, dia pasti akan menidurinya!....Dalam gelapnya malam, Desa Persik diselimuti cahaya putih samar. Itu adalah lampu jalan yang dipasang oleh Farida saat Tirta tidak ada di sana.Bagaimanapun, saat ini adalah periode penting untuk menanam bibit pohon buah dan tanaman obat. Farida tidak berani bersikap lalai.Di bawah cahaya lampu jalan, Farida memimpin sekelompok pekerja untuk men
Tirta berpikir sejenak dan langsung bisa menebak bahwa momen mesranya barusan dengan Nabila pasti telah disaksikan dengan jelas oleh Genta.Pertama kali mungkin canggung, tetapi kedua kali sudah terbiasa. Kali ini, Tirta sudah tidak merasa malu lagi.Dia tidak percaya kalau Genta, seekor naga betina, bisa tetap tenang saat melihatnya dan Nabila bercinta.Tentu saja, Tirta hanya berandai-andai. Pikiran seperti itu hanya berani disimpan dalam hati. Kalau sampai Genta murka, dia mungkin bisa dihukum."Hais, Kak, aku memang bukan pria baik sejak dulu. Aku tahu Kak Nabila sangat mencintaiku, tapi bukankah Kak Arum, Kak Agatha, Susanti, dan Kak Melati juga mencintaiku sepenuh hati?""Sekarang aku sudah pulang, aku nggak bisa cuma mempertimbangkan perasaan Kak Nabila saja. Bukan karena aku nggak setia, tapi karena aku benar-benar nggak bisa membagi diri!"Tiba-tiba, Tirta teringat sesuatu dan sontak menepuk pahanya. "Eh, Kak! Dalam memori yang kamu wariskan padaku, bukankah dikatakan aku bisa
"Waktu luangmu benar-benar banyak ya ...." Nabila melirik jam yang tergantung di dinding, lalu tiba-tiba menghela napas."Ada apa, Kak Nabila?" tanya Tirta."Nggak ada apa-apa, aku cuma tiba-tiba merasa ... kamu sudah banyak berubah. Dulu, kamu cuma anak muda yang ceroboh dan polos.""Melihatku dari kejauhan saja kamu nggak berani, apalagi menatapku lebih lama. Bicara pun selalu terbata-bata.""Tapi ... setelah kamu diam-diam mengintipku mandi di sungai, kamu langsung berubah menjadi pria sejati.""Aku awalnya nggak berniat menjadi pacarmu, tapi karena kamu nekat dan pantang menyerah ... aku akhirnya malah tidur denganmu.""Setelah beberapa waktu, tiba-tiba kamu menjadi miliarder. Temanmu ada yang kepala kepolisian, wali kota, gubernur, bahkan kamu sampai bersumpah saudara dengan Pak Saba.""Sedangkan aku? Aku masih tetap gadis desa yang sama seperti dulu. Dibandingkan denganmu, aku sama sekali nggak berkembang. Aku merasa ... aku nggak pantas untukmu.""Tirta, kamu sudah sehebat ini.