Share

Bab 462

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-20 18:00:01
Selama ada Saad di sini, mana mungkin dia membiarkan ketiga badut ini mempermalukan Tirta! Saad langsung menghardik, "Pak Tirta suruh kalian pergi! Kalian nggak dengar itu? Kalau nggak, aku bisa menyuruh orang kemari untuk menangkap kalian!"

Melvin dan lainnya tentu tidak berani membantah. Ketika melihat Saad begitu melindungi Tirta, mereka langsung mengangguk dan membungkuk. "Ya, ya. Kami bakal pergi. Tolong jangan marah."

Ketiga orang itu akhirnya melarikan diri dari apotek Farmasi Santika. Agatha dan para pemegang saham pun merasa lega melihatnya. Salah satu pemegang saham bahkan berseru, "Yang jauh sedikit! Jangan sampai bokong kalian terbakar nanti! Hahaha!"

Setelah pembuat onar pergi, situasi menjadi tertib kembali. Tirta berkata kepada Saad, "Pak, terima kasih sudah membantu. Kalau nggak ada kamu, pasti sudah terjadi kecelakaan kecil di sini."

Jika Saad tidak datang kemari, Tirta pasti sudah menghajar ketiga orang itu sampai mereka meminta ampun.

Saad melambaikan tangan dan beru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
aanaqish
teruskan bab baru.
goodnovel comment avatar
Adhi Romansyah
belum ada lanjutan nya ini
goodnovel comment avatar
budi f
siiiip lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 463

    Aiko adalah dokter terkenal di provinsi. Dia punya prestasi besar dalam bidang kedokteran. Karena mendengar efek Pil Kecantikan begitu bagus, dia ingin meminta beberapa butir untuk diteliti.Tirta mengamati Aiko. Untuk sesaat, dia tidak bisa mengingatnya. "Kamu siapa ya? Kelihatannya agak familier."Naura langsung merangkul lengan Aiko, lalu berkata sambil tersenyum, "Dia kakak sepupuku. Dasar kamu, masa sudah lupa? Dia pernah bertaruh denganmu waktu itu. Kalau gagal mengobati ayahku, kamu boleh menidurinya. Ingat nggak?"Tirta menggaruk kepalanya dan teringat kembali. "Oh, ya, ya. Aku sudah ingat sekarang."Aiko sontak merasa malu. Bagaimana bisa Naura bicara seperti itu di depan umum? Ini memalukan sekali!"Naura, kenapa bicara begitu sih? Ada banyak orang di sini. Malu-maluin saja. Kalau kamu begini lagi, aku nggak mau meladenimu lagi," ujar Aiko yang merajuk."Uhuk, uhuk ...." Saad yang berdiri di samping pun merasa canggung. Dia terbatuk untuk menutupi kecanggungannya. Dia tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 464

    Bella memberi tahu Keluarga Manggala bahwa Keluarga Purnomo ingin membeli perusahaan giok mereka. Mengenai harganya, Afrian boleh membuka harga sesuka hati.Jika Afrian menolak, Keluarga Purnomo juga bersedia bekerja sama dengan Keluarga Manggala. Mereka bisa membangun hubungan kerja sama yang baik dan menjadi mitra Keluarga Manggala.Afrian awalnya cukup senang mendengar kabar ini. Dia mengira ekspo hari itu membuat keluarganya menjadi sangat terkenal, sampai-sampai Keluarga Purnomo yang merupakan pemimpin industri giok, tertarik pada potensi mereka. Orang biasa tidak akan bisa mendapat kehormatan seperti ini.Setelah berdiskusi, Afrian memutuskan untuk bekerja sama dengan Keluarga Purnomo. Bella tentu merasa senang karena tujuannya tercapai. Kedua belah pihak menandatangani banyak kontrak kerja sama.Di ruang tamu rumah Keluarga Manggala, Bella merasa lega melihat Afrian menandatangani kontrak yang ada. Kemudian, Bella berujar, "Kami mendengar kabar kalau ada tambang giok yang ditemu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 465

    Mereka baru memperhatikan perjanjian itu. Tidak ada yang menyangka Bella hanya berpura-pura menawarkan kerja sama dengan mereka. Tujuan Bella yang sesungguhnya adalah memaksa Tirta bekerja untuk mereka. Sungguh metode yang tercela!Dua puluh triliun bukan nominal kecil. Meskipun sebelumnya Keluarga Manggala untung besar di ekspo berkat Tirta, aset mereka tetap belum mencapai 20 triliun. Inilah hasil yang ingin dilihat Bella.Ekspresi Afrian dan Irene tampak masam. Mereka bertatapan sesaat. Mereka tidak menyangka akan terjebak seperti ini. Ini salah mereka karena tergiur pada tawaran yang diberikan Keluarga Purnomo dan tidak membaca perjanjian dengan cermat.Kini, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mengalah. Afrian menatap Irene, lalu berujar, "Irene, gimana kalau kamu tanya pendapat Pak Tirta dulu? Mungkin dia bisa meluangkan sedikit waktunya."Irene juga tidak bisa berkomentar. Bagaimanapun, kontrak telah ditandatangani. Dia hanya tidak menyangka Tirta akan terlibat dalam masal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 466

    Ponsel dikembalikan kepada Irene. Tirta mengembuskan napas dengan tidak berdaya. "Hais ... ini bukan salah kalian. Masalahnya terletak pada Bella. Kak Irene, beri tahu Bella aku akan pergi, tapi semoga dia nggak menyesali keputusannya ini."Bella masih ingin menanyakan sesuatu, tetapi Tirta sudah mengakhiri panggilan. Bella seketika mengernyit. Jelas sekali, Tirta sedang mengancamnya.Jika sampai Tirta marah dan tidak mengidentifikasi batu mentah dengan baik, takutnya akan terjadi masalah besar. Namun, Bella tidak takut karena dia memegang kendali atas Keluarga Manggala. Dia yakin dirinya bisa mengendalikan Tirta melalui mereka.Suasana hati Afrian tentu memburuk karena dimanfaatkan oleh Bella. Dia berkata dengan murung, "Sepertinya kamu sudah boleh pergi karena Pak Tirta sudah setuju."Bella tentu tahu orang-orang ini tidak akan memperlakukannya dengan baik setelah kejadian ini. Tujuannya telah tercapai, jadi dia tidak berbasa-basi lagi. Dia langsung mengambil tasnya dan pergi.Setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 467

    Bisnis di apotek masih sangat ramai. Agatha benar-benar sibuk sekarang. Dia mengangguk dan berkata, "Oke, tunggu sebentar."Kemudian, Agatha mengelus wajah Tirta sambil berucap, "Kalau lelah, kamu istirahat saja. Aku bisa mengurus semuanya sendiri.""Oke." Karena konsumen yang datang makin banyak, mereka kekurangan staf sehingga Agatha harus turun tangan.Tirta memandang sosok belakang Agatha, lalu menghela napas dengan tidak berdaya. Saat ini, Saad menyadari keanehan pada Tirta. Dia menghampiri untuk bertanya, "Pak, ada masalah apa, sampai-sampai wajahmu begitu masam? Sepertinya bukan masalah sepele ya?"Tirta tidak berniat menyembunyikan apa pun dari Saad. Dia menyahut, "Orang Keluarga Purnomo memaksa temanku untuk menandatangani surat kontrak yang nggak adil. Kalau nggak menuruti keinginan mereka, keluarga temanku bisa bangkrut. Mereka memaksaku bekerja untuk mereka."Begitu mendengar Tirta menyebut Keluarga Purnomo, Saad tampak merenung. Kemudian, wajahnya dipenuhi keterkejutan. "J

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 468

    Naura menjelaskan khasiat Pil Kecantikan kepada Irene, seolah-olah pil itu adalah harta karun terbesar di dunia.Setelah mendengarnya, ekspresi Irene tampak tidak percaya. Dia membalas, "Rupanya begitu. Luar biasa sekali. Pantas saja, ada begitu banyak orang yang antre."Irene mengalihkan pandangannya menatap Tirta, lalu menunduk dengan ekspresi agak sedih. Dia merasa bersalah terhadap Tirta dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kesalahannya.Tirta mengelus kepala Irene dan berucap, "Nggak apa-apa, nggak usah dipikirkan. Cuma identifikasi batu mentah kok. Ini cuma kerjaan sepele. Aku juga nggak rugi apa-apa."Kemudian, Tirta mengambil beberapa kotak Pil Kecantikan dan menyerahkannya kepada Irene. Dia berkata, "Ini hadiah untukmu. Langsung dicoba saja."Setelah dihibur Tirta, Irene merasa lebih lega. Dia mengangguk, lalu membuka kotak dan menelan sebutir Pil Kecantikan.Seketika, tubuh Irene terasa lebih segar. Penampilannya juga berubah banyak. Dia tampak lebih bersemangat dan kul

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 469

    Untungnya, Agatha tidak berniat mencari masalah dengan Tirta. Dia hanya mengerlingkan mata dengan kesal.Agatha tahu Tirta memang sangat genit. Pria seperti Tirta tidak pernah melewatkan wanita cantik mana pun! Para wanita itu pasti akan berakhir seperti dirinya!Agatha berkata dengan murah hati, "Tirta, cepat persilakan Irene duduk dan bawakan teh untuknya."Tirta terkekeh-kekeh sambil mengangguk. "Ya, ya. Kak Irene, ayo duduk."Tirta tidak menduga Agatha akan begitu murah hati. Ketika melihat Agatha seperti tidak keberatan dengan hubungannya dengan Irene, sebuah ide yang sangat berani pun muncul di benak Tirta! Lain kali, dia akan mengajak kedua wanita ini berhubungan intim bersama!Kedua wanita cantik ini akan berbaring di ranjang yang sama. Ini akan menjadi visual yang sungguh mematikan untuk Tirta. Tsk, tsk, hanya dengan dipikirkan saja sudah membuat darah Tirta bergolak hebat!Namun, sebelum menikmati semua itu, Tirta harus membuat sedikit persiapan dulu. Setelah kedua wanita ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 470

    Setelah mendengar sapaan itu, Bella hanya mengangguk dengan tidak acuh. "Ya."Tidak ada sapaan yang terlontar dari mulut wanita itu. Kekuasaan Keluarga Purnomo sangat besar, sampai Bella berani mengabaikan seorang wali kota.Agatha melirik Tirta untuk menanyakan pendapatnya. Tirta langsung menggeleng sambil berucap, "Tolak tawarannya."Bella mengira Tirta ingin membuat kekacauan. Dia menegur dengan kesal, "Yang kucari adalah bos Farmasi Santika, bukan kamu. Apa gunanya kamu menolakku?"Tirta terkekeh-kekeh dan menyahut, "Di sini aku yang membuat keputusan."Bella mengira Tirta masih merajuk karena masalah sebelumnya. Dia berkata dengan tidak berdaya, "Sudahlah. Dengan kekuasaan Keluarga Purnomo, nggak bakal ada yang menolak tawaran kami sepertimu. Lagian, siapa yang nggak ingin uang di dunia ini?"Namun, kalimat Agatha yang selanjutnya sontak membuat Bella terperangah. Agatha berkata, "Ya, memang Tirta yang membuat keputusan di sini. Maaf sekali. Karena Tirta menolak, Farmasi Santika n

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 953

    Melihat respons Lutfi, Shinta tertawa dan mengomentari, "Kak Lutfi, apa Kak Tirta lebih hebat darimu?"Lutfi menyahut, "Bukan cuma lebih hebat dariku. Bahkan, guruku juga nggak berhasil melatih Tinju Harimau Ganas seperti Tirta."Lutfi yang penasaran bertanya, "Tirta, katakan dengan jujur, apa sebelumnya kamu sudah pernah berlatih Tinju Harimau Ganas? Aku baru saja memberimu buku-buku itu."Tirta yang merasa antusias menjawab, "Kak Lutfi, kamu salah paham. Sebelum kamu memberiku buku-buku itu, aku nggak pernah berlatih ilmu bela diri. Kemarin aku cuma melihatnya sekilas, aku juga nggak menyangka bisa menguasainya. Apa aku benar-benar lebih hebat dari gurumu?"Lutfi menanggapi dengan ekspresi kaget, "Kamu cuma melihatnya sekilas? Tirta, sepertinya kamu itu memang genius langka dalam dunia bela diri. Tinju Harimau Ganas ini memang terdengar biasa saja. Tapi, dibandingkan teknik lain dari buku-buku yang kuberikan padamu, Tinju Harimau Ganas paling sulit dilatih."Lutfi meneruskan, "Guruku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 952

    Sebelum Niko sempat bicara, Lutfi menunjuk Karsa sambil marah-marah, "Sepertinya kamu masih nggak menyesali perbuatanmu! Awalnya kamu cuma dijatuhi hukuman tembak mati! Kalau kamu nggak takut mati, aku rasa lebih baik kamu dipenjara seumur hidup seperti dia!"Tindakan Lutfi sudah melanggar perintah Saba, tetapi seharusnya Saba tidak akan menyalahkan Lutfi. Sementara itu, Pinot sudah gila. Dia baru berusia 40-an tahun, tetapi harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara.Ekspresi Ladim menjadi masam setelah mendengar ucapan Lutfi. Dia berseru, "Apa? Aku nggak mau dihukum seperti dia! Aku mohon, bunuh aku!"Jika tahu dirinya akan berakhir tragis, tadi Ladim pasti tidak akan berbicara. Sayangnya, semua sudah terlambat.Akhirnya, Ladim dan lainnya pun dipenjara. Niko baru tertawa terbahak-bahak, lalu pergi ke kantor Susanti.Setelah mendengar laporan Niko, Susanti tersenyum dan menanggapi, "Mereka memang pantas dihukum! Kalau mereka itu pemimpin yang memedulikan rakyat, mereka nggak akan be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 951

    Biasanya Saba memang terlihat ramah, tetapi dia tidak akan memaafkan orang-orang seperti Ladim dan lainnya yang melakukan perbuatan keji.Begitu Saba melontarkan ucapannya, Ladim dan lainnya sangat terpukul. Biarpun mereka terus memohon kepada Saba, Lutfi juga tidak peduli. Dia memimpin anggotanya untuk membawa Ladim dan lainnya keluar dari klinik."Mereka memang pantas dihukum!" celetuk Tirta. Dia yang merasa puas memandang Saba sembari bertanya, "Kak Saba, sebenarnya ada yang mau kutanyakan."Saba kembali tersenyum. Dia menyahut, "Tirta, kamu langsung bilang saja. Nggak usah sungkan."Tirta mengungkapkan kebingungannya, "Bukannya kemarin kamu bilang sudah pensiun dan nggak punya jabatan apa pun lagi? Kenapa sekarang aku merasa kamu tetap berkuasa? Kamu nggak kelihatan seperti kehilangan jabatan."Saba tertawa, lalu menjelaskan, "Tirta, ini semua berkat kamu. Sebenarnya aku nggak berniat memberitahumu. Tapi, aku akan bicara jujur karena kamu sudah bertanya."Saba meneruskan, "Awalnya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 950

    Ladim sungguh emosional sekarang. Dia menerjang ke arah Karsa dan menghajarnya. Dia ingin sekali menembak mati Karsa sekarang juga!"Karsa, akan kuhabisi kamu! Matilah kamu! Beraninya kamu menipuku untuk melawan teman Pak Saba! Kamu harus mati!"Pinot yang murka dan takut juga menyerbu ke arah Karsa dan menghajarnya habis-habisan."Ah ... ah .... Tolong berhenti! Aku nggak tahu dia teman Pak Saba!" teriak Karsa dengan kesakitan. Bagaimanapun, dia masih belum pulih dari cedera sebelumnya. Dia hampir tewas dibuat Ladim dan Pinot."Bagus, bagus sekali." Tirta menonton dengan seru, bahkan bertepuk tangan."Sialan! Kalau nggak ada Pak Saba, kamu bukan siapa-siapa!" Karsa memelototi Tirta dengan tatapan penuh kebencian dan keengganan."Kamu benar, kamu hebat. Tapi, asal kamu tahu, kalau bukan karena ada hukum di negara ini, kamu pasti sudah kubunuh kemarin. Kamu kira aku takut padamu?" sahut Tirta dengan suara rendah sambil maju. Tatapannya terlihat dingin.Seketika, jantung Karsa seperti be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 948

    "Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 947

    Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 946

    "Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

DMCA.com Protection Status