Share

Bab 235

Author: Hazel
"Nggak ada tempat tidur di sini. Sekarang vila belum selesai dibangun. Kalaupun aku beli tempat tidur lagi, nggak ada tempat untuk menaruhnya. Aku sendiri tidur di mobil. Nggak baik kalau kamu tidur di mobil denganku, 'kan?" kata Tirta sambil menggaruk kepala.

"Nggak ada tempat tidur? Kalau begitu, aku ikut kamu tidur di mana saja," jawab Nabila dengan tegas.

"Nabila, kenapa kamu harus tidur sama Tirta? Kamu merasa nggak nyaman tidur sama aku ya?" tanya Arum dengan suara ragu-ragu. Dia berpikir kehadirannya membuat Nabila tidak nyaman.

"Bukan begitu, aku cuma nggak terbiasa tidur tanpa Tirta. Jangan mikir yang aneh-aneh, Kak Arum," kata Nabila sambil buru-buru menjelaskan.

"Aku ...." Arum masih merasa dirinya agak menyusahkan.

"Nabila, Kak Arum baru datang beberapa hari, dia masih belum terbiasa. Temani dia tidur beberapa hari, ya. Nggak baik kalau dia tidur sendirian di tempat asing," kata Tirta mencoba membujuk.

Sementara itu, Tirta juga penasaran apa yang ada di pikiran Nabila sehin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
hans
***** mantabp lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 236

    Setelah itu, pertama-tama Tirta mencari penduduk yang tinggal di dekat rumah tua dan membeli lima petak kebun dari mereka dengan mengeluarkan sejumlah uang. Dua di antaranya bisa digunakan untuk memelihara unggas. Sekarang Tirta punya uang, membeli beberapa petak kebun adalah hal yang mudah.Setelah membeli kebun, Tirta menemui Agus dan menyampaikan keinginannya untuk menyewa bendungan besar di ujung desa."Bendungan itu terlalu besar, bahkan meluas ke desa sebelah. Tempat itu sudah jadi milik dua desa," kata Agus. "Kalau kamu mau sewa, kita harus diskusi dulu sama kepala desa sebelah."Agus setuju dengan rencana Tirta untuk menyewa bendungan itu. Dia segera menelepon kepala desa sebelah, Danto, dan berkata, "Danto, ini Agus. Ada yang mau kubicarakan denganmu ....""Ada apa?" tanya Danto, "Ada orang di desamu juga yang mau nyewa bendungan untuk melihara ikan?"Sebelum Agus menjelaskan lebih jauh, Danto sudah memutuskan panggilan itu."Tirta, ada orang di desa mereka juga yang ingin men

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 237

    Danto tidak mengerti, tetapi adiknya ini hanya pulang ke rumah sekali dalam belasan tahun dan hanya memiliki satu keinginan. Danto tidak bisa menolak untuk membantunya. Lagi pula, untuk urusan kecil seperti menjaga bendungan di desa sendiri, dia masih bisa menanganinya.....Sementara itu, Joko dan pemuda asing itu berkeliling di sekitar desa dengan menghindari warga desa lainnya. Mereka berjalan menuju bendungan di ujung desa. Setelah meninggalkan rumah Danto, pemuda asing itu terus-menerus mengerutkan alis. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya dengan bahasa lokal yang kurang lancar."Joko, apa rahasia di bendungan air sudah terbongkar? Kenapa ada orang yang menyewa bendungan air?""Jack, ini nggak mungkin! Kita terus bersama, aku juga nggak bilang rahasia bendungan air itu sama kakakku. Selain itu, yang mau nyewa bendungan air ini adalah orang dari desa sebelah.""Paling-paling cuma orang kampungan yang nggak tahu apa-apa. Mungkin mereka cuma mau pakai bendungannya un

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 238

    "Daripada sewakan ke dia, lebih baik sewakan ke aku!" timpal Agus dengan kesal. Bagaimanapun, Agus cukup dekat dengan Danto. Namun, sekarang Danto malah lebih membantu orang asing. Ditolak di hadapan Tirta seperti ini membuat Agus merasa malu."Kenapa kamu cerewet sekali? Pokoknya sudah kubilang nggak akan sewakan ke kalian! Kalian pulang saja!" bentak Danto dengan kesal."Oke, bendungan ini adalah milik kedua desa. Kalau kamu nggak mau sewakan untukku, kalian juga nggak usah harap bisa sewa yang di desa kami. Kita urus bagian masing-masing saja!" balas Agus."Terserah kamu saja!" Danto juga tidak pernah berpikir menginginkan bendungan air di desa sebelah. Dia langsung berbalik dan masuk ke rumah sambil membanting pintu."Danto, tunggu saja! Aku nggak percaya kamu nggak akan pernah memohon padaku!" Agus benar-benar kesal hingga mengentakkan kakinya."Nggak apa-apa, Ayah. Bendungan air itu besar sekali. Kita pakai yang di Desa Persik saja, jangan marah-marah," bujuk Nabila."Nabila, kam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 239

    "Pak Agus, apa benar-benar nggak usah bujuk Bibi?" Tirta merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, hasilnya tetap akan sia-sia saja jika Betari ke sana."Biarkan saja. Padahal cuma wanita, tapi malah banyak ikut campur. Setelah dimaki orang nanti dia bakal balik sendiri," pungkas Agus dengan kesal. Jelas sekali Betari pasti sudah banyak ikut campur sebelumnya."Ayah, itu ibuku. Kenapa kamu bicara begini?" keluh Nabila.Namun jika dipikir-pikir, Betari selalu saja keluar untuk bermain kartu, sedangkan semua pekerjaan rumah selalu dilakukan oleh Agus seorang diri. Membiarkan Betari mengalami kegagalan mungkin akan mengajarkannya sesuatu.Selain itu, dari Desa Persik ke Desa Wonogiro membutuhkan waktu minimal satu jam dengan berjalan kaki. Dinilai dari sifat Betari, kemungkinan dia akan lelah dan kembali sebelum sampai di Desa Wonogiro!"Sudahlah, Tirta. Jangan khawatirkan ibuku. Gimana kalau kita makan siang di rumahku?" tanya Nabila."Oke, aku telepon Bibi dulu supaya dia nggak khawatir," kata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 240

    Nabila merasa berkewajiban untuk menceramahi Agus! Namun di sampingnya, Arum tak kuasa mendengus saat mendengar perkataan ini. Tirta baru saja menghasilkan lebih dari ratusan miliar dalam setengah hari, tapi Nabila malah bilang Tirta bersusah payah mendapatkan uang ini? Bukankah ini terlalu memihak Tirta?"Memang benar, anak perempuan nggak bisa dipertahankan lagi kalau sudah dewasa. Belum menikah saja kamu sudah nggak mikirin ayah kandungmu sendiri," ujar Agus sambil menghela napas panjang. Namun, dia hanya bisa mengiakannya dengan bergumam."Huh, uang Tirta adalah uangku juga. Tentu saja aku harus mengelola setiap sen dengan baik," kata Nabila dengan agak bangga."Hm, baiklah," jawab Tirta dengan tersipu."Lihat tampangmu begini, kamu nggak senang kalau aku yang kelola uangnya?" kata Nabila sambil mendengus"Sudah, jangan bicarakan yang nggak penting. Aku keluar sama Tirta untuk belanja sayuran untuk makan siang nanti. Kalian tunggu di rumah saja," kata Agus yang merasa sedikit kesal

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 241

    "Ibuku nggak ke desa sebelah? Apa dia pergi main kartu?" Nabila memikirkan kemungkinan lainnya. Saat bermain kartu, Betari biasanya tidak akan menjawab teleponnya. Selain itu, Betari sangat malas. Nabila juga tidak percaya dia akan berjalan kaki ke desa sebelah."Mungkin saja. Aku cari ibumu, kalian makan saja dulu," kata Agus dengan nada kesal. Dia lalu berjalan keluar rumah menuju tempat Betari biasanya bermain kartu.Desa Persik tidak terlalu besar. Tirta dan yang lainnya memperkirakan bahwa Agus akan menemukan Betari dalam waktu sekitar 10 menit. Oleh karena itu, mereka belum mulai makan. Namun, setelah menunggu setengah jam, Agus kembali dengan wajah yang sangat muram dan berlari dengan panik."Ayah, kenapa kamu kembali sendirian? Mana Ibu?" tanya Nabila yang segera menyadari ada yang tidak beres melihat ekspresi Agus yang tampak buruk."Aduh, jangan sebut-sebut dia lagi. Entah ke mana perginya wanita itu. Aku sudah cari setengah hari, tapi nggak ada orang di desa yang melihatnya!

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 242

    "Ngapain Kakak takut? Untung saja aku cuma mukul dia sampai pingsan, bukan membunuhnya!" Joko membalas teguran Danto dengan santai dan bahkan tersenyum sombong. Perlu diketahui bahwa dia memang sudah sering melakukan pembunuhan bersama organisasinya di luar negeri."Joko ... belasan tahun nggak ketemu, sekarang kamu jadi seberani ini!" Danto memarahinya lagi, "Dia ini istri kepala desa. Kalau terjadi sesuatu yang fatal, kamu bisa dipenjara bahkan dihukum mati. Kamu tahu nggak betapa seriusnya konsekuensinya?""Menurutku, kita harus segera bawa dia ke rumah sakit untuk dirawat. Lalu, bendungan ini juga biarkan saja disewa orang supaya masalahnya nggak semakin besar," tegur Danto dengan penuh kekecewaan."Nggak mungkin! Mau langit runtuh sekalipun, aku nggak akan serahkan bendungan ini!" Sebelum Joko sempat menjawab, pemuda asing bernama Jack langsung berteriak marah."Aku nggak bicara sama kamu. Aku sedang bicara sama adikku!" Danto tidak peduli dengan pendapat orang asing itu. Dia hany

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 243

    "Joko, kamu ikut organisasi apa? Bisa beri tahu Kakak sejujurnya?" tanya Danto dengan ketakutan setelah melihat Jack berjalan menjauh."Kak, jangan tanya lagi! Semakin banyak yang kamu tahu, nggak ada untungnya bagimu! Asalkan kamu tahu saja, aku nggak akan celakai kamu. Bos organisasi kami juga sudah setuju untuk kasih aku 10 juta dolar setelah tugas ini selesai!""Setelah tugas kali ini, aku nggak mau kerja lagi. Dengan adanya uang ini, aku bisa buat Kakak hidup bahagia!" bujuk Joko dengan senyum getir. Ada banyak sekali ucapan yang tidak boleh diberitahukannya kepada kakaknya."Sepuluh juta dolar? Joko, kamu yakin dia nggak nipu kamu? Kenapa rasanya mereka bukan orang baik-baik?" Danto menelan ludah karena tenggorokannya terasa kering.Danto masih mengerti perbedaan kurs, 10 juta dolar setara dengan 160 miliar! Sebagai seorang petani, Danto bahkan tidak pernah mengkhayal akan punya uang sebanyak itu!"Tenang saja, Kak. Aku sudah ikut mereka belasan tahun. Mereka nggak akan bohongi a

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status