Share

Bab 243

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-05 16:19:24
"Joko, kamu ikut organisasi apa? Bisa beri tahu Kakak sejujurnya?" tanya Danto dengan ketakutan setelah melihat Jack berjalan menjauh.

"Kak, jangan tanya lagi! Semakin banyak yang kamu tahu, nggak ada untungnya bagimu! Asalkan kamu tahu saja, aku nggak akan celakai kamu. Bos organisasi kami juga sudah setuju untuk kasih aku 10 juta dolar setelah tugas ini selesai!"

"Setelah tugas kali ini, aku nggak mau kerja lagi. Dengan adanya uang ini, aku bisa buat Kakak hidup bahagia!" bujuk Joko dengan senyum getir. Ada banyak sekali ucapan yang tidak boleh diberitahukannya kepada kakaknya.

"Sepuluh juta dolar? Joko, kamu yakin dia nggak nipu kamu? Kenapa rasanya mereka bukan orang baik-baik?" Danto menelan ludah karena tenggorokannya terasa kering.

Danto masih mengerti perbedaan kurs, 10 juta dolar setara dengan 160 miliar! Sebagai seorang petani, Danto bahkan tidak pernah mengkhayal akan punya uang sebanyak itu!

"Tenang saja, Kak. Aku sudah ikut mereka belasan tahun. Mereka nggak akan bohongi a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Raden Rachmat Darmawan
masa baru beberapa alinea sdh iklan lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 244

    Joko tidak ingin mengambil risiko, sehingga dia hanya membawa Danto untuk melarikan diri."Lari ... ya, cepat kabur!" Danto yang terkesiap langsung melarikan diri terbirit-birit saat melihat Tirta mendekat."Harus suruh Jack untuk beresin beberapa orang ini. Kalau nggak, nanti masalahnya akan jadi makin besar!" Sambil berlari, Koko mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Jack."Sialan, jangan lari! Lihat saja, akan kubunuh kalian!" teriak Agus dengan emosi melihat kedua orang itu melarikan diri."Tenang saja, Paman. Mereka nggak akan bisa melarikan diri!" pinta Tirta. Dalam sekejap, dia mengambil dua buah batu dan melemparkannya ke arah kedua orang itu.Seiring dengan suara deru angin, kedua batu itu mendarat tepat di kaki Danto dan Joko bagaikan peluru."Berengsek! Siapa bocah ini sebenarnya!" Joko mencabut batu itu dari luka di kakinya. Dia merasa takut dan marah terhadap Tirta. Kini setelah kaki mereka terluka, kedua orang itu tidak bisa melarikan diri lagi sama sekali."Ayo lari lag

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 245

    "Sialan, kenapa kamu teriak-teriak? Sudah merasa hebat ya? Cuma sampah sepertimu saja, memangnya bisa membunuh kami semua?" maki Agus sambil meludah ke arah Joko.Joko mengalihkan pandangannya ke belakang Agus tanpa menjawabnya. Wajahnya tiba-tiba menunjukkan seringai yang licik. Bala bantuannya akhirnya datang juga."Dia nggak bisa bunuh kalian, tapi aku bisa!" Dari kejauhan, terlihat seorang pemuda berambut pirang dan bermata biru. Kedua tangannya masing-masing memegang pistol. Orang itu adalah Jack!""Orang asing ....""Sialan, itu pistol?"Begitu melihat Jack membawa pistol, ekspresi Agus, Nabila, dan Arum sontak berubah drastis. Mereka hanya orang awam, tentu saja takut jika berhadapan dengan pistol. Hanya Tirta seorang yang masih terlihat tenang.Tirta melihat Jack dengan penuh amarah dan kebingungan. Dia paling benci ditodong dengan pistol, tapi juga sekaligus merasa penasaran. Kenapa bisa ada orang asing yang membawa senjata ke desa terpencil seperti ini?Selain itu, dilihat da

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 246

    "Apa kamu bisa membunuh kedua idiot ini baru bermain wanita?" tanya Joko. Keduanya sudah bekerja sama beberapa kali. Ketika melihat reaksi Jack seperti itu, Joko pun tahu betapa busuknya pikiran Jack ini."Diam! Kamu nggak perlu mengajariku cara bertindak!" sahut Jack tanpa menoleh sedikit pun. Dia beralih menatap Tirta dan Agus."Kalau tebakanku nggak salah, kalian seharusnya ayah, kakak, atau pacar mereka. Kalau kalian nggak keberatan, aku ingin kalian menjadi alas kami sebentar saja. Jangan sampai aku melukai mereka sewaktu bermain nanti," ujar Jack.Faktanya, ini adalah hobi aneh Jack. Dia senang melakukan pemerkosaan di hadapan keluarga atau pasangan wanita. Dengan demikian, dia bisa memiliki pencapaian dengan menaklukkan si wanita sekaligus menikmati keputusasaan dan kebencian keluarganya."Hei! Jack, kamu benar-benar nggak berperikemanusiaan! Tapi, aku mendukung keputusanmu ini!" Joko tertawa terbahak-bahak. Dia merasa ini jauh lebih menyenangkan daripada pembunuhan."Haha! Joko

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 247

    "I ... ini nggak mungkin. Aku pasti salah lihat!" Joko mengucek mata. Terlihat Tirta masih berdiri dengan kokoh di tempatnya, sedangkan Jack sudah mati."Tir ... Tirta, kamu baik-baik saja?" Setelah tersadar dari keterkejutannya, Nabila segera maju untuk memeriksa kondisi Tirta. Terdengar isak tangis dari suaranya."Tirta, kamu nggak apa-apa, 'kan?" Arum dan Agus juga menghampiri dengan cemas."Kak Nabila, jangan menangis. Aku baik-baik saja kok," hibur Tirta sambil menyeka air mata Nabila."Aku melihatnya menembakmu. Gimana bisa kamu selamat? Kamu masih bisa hidup nggak? Huhu. Kalau kamu mati, aku juga nggak mau hidup lagi!" Tangisan Nabila menjadi makin kencang. Dia pun melemparkan dirinya ke pelukan Tirta dan memeluknya dengan erat."Kak Nabila, aku benaran nggak apa-apa. Memangnya kamu melihat luka di tubuhku?" tanya Tirta sambil melepaskan bajunya supaya Nabila bisa melihat dengan jelas. Memang tidak ada luka, hanya beberapa bagian yang agak merah."Gi ... gimana mungkin? Aku jela

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 248

    Tirta mengeluarkan jarum perak yang selalu dibawanya. Saat berikutnya, dia menancapkannya ke kepala Joko dengan gesit. Sebelum Joko bereaksi, dia sudah kehilangan kemampuan berpikir."Katakan, apa hubunganmu dengan pria asing itu? Apa tujuannya kemari?" bentak Tirta."Namanya Jack dari Negara Martim. Aku dan dia sama-sama anggota Black Gloves. Jabatannya lebih tinggi dariku. Black Gloves berspesialisasi dalam perampokan makam. Kekuatan utama kami ada di Negara Martim.""Aku nggak tahu berapa banyak anggotanya, tapi yang jelas organisasi ini sangat besar. Aku juga bergabung secara nggak sengaja. Kami kemari untuk makam kuno seorang pangeran di dasar waduk. Ada banyak harta karun di sana.""Besok tim kami akan kemari. Setelah berhasil, aku akan mendapat banyak uang dari mereka," jelas Joko tanpa merahasiakan apa pun. Danto sekalipun tidak pernah tahu tentang ini."Ternyata ada makam kuno di dasar waduk. Pantas saja, Danto menolak mengontraknya. Tim Black Gloves akan kemari besok ...," gu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 249

    "Nggak perlu. Teknik akupunktur seperti ini membahayakan tubuh manusia," tolak Tirta setelah berpikir sesaat. Selain itu, dia memercayai Nabila dan lainnya sehingga tidak perlu menggunakan metode seperti itu."Ya sudah. Kamu lakukan tugasmu, aku akan membantumu mengawasi sekeliling," ujar Nabila. Dia khawatir ada yang melihat mereka sehingga mengamati dengan hati-hati.Sebelum melakukan akupunktur, Tirta memukul Danto dan Joko hingga jatuh pingsan. Kemudian, dia menaruh batu besar di saku Jack dan menarik kakinya untuk melemparkannya ke dasar waduk.Tidak berselang lama, air menjadi tenang kembali dan sosok Jack menghilang. Tirta pun mencabut jarum di kepala Joko dan mulai menghapus ingatan kedua bersaudara itu."Ayo, aku akan menggendong Bibi Betari pulang." Setelah semuanya beres, Tirta mengangkat Betari dan meninggalkan waduk Desa Wonogiro bersama yang lainnya.Mobil Tirta ada di sekitar waduk. Mereka naik ke mobil dan akhirnya tiba di Desa Persik sekitar 30 menit kemudian.Agus, Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 250

    "Ya, kenapa aku bisa di sini?" Danto juga kebingungan. Bukankah dia seharusnya sedang minum teh di rumah sambil menonton drama?"Aduh, kakiku sakit sekali!" Danto yang kebingungan hendak bangkit. Namun, dia sontak menyadari sebuah lubang berdarah di pahanya. Lukanya bahkan masih bercucuran darah. Karena kesakitan, dia pun terduduk kembali."Kak, kamu ...." Joko hendak memeriksa kondisi kakaknya, tetapi tiba-tiba merasakan sakit di bawah tubuhnya. Dia menunduk, lalu mendapati kaki kanannya patah."Sial! Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang melakukan ini?" pekik Joko yang kesakitan sekaligus marah.Namun, selain Joko dan Danto, tidak ada lagi siapa pun di pinggir waduk ini. Tidak peduli bagaimana mereka berteriak, tidak ada respons apa pun di sekitar."Joko, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar Danto yang memaksakan diri untuk bangkit saat melihat luka Joko lebih parah."Kak, aku nggak boleh ke rumah sakit. Coba kulihat dulu ada klinik di sekitar sini nggak," tolak Joko sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 251

    Dilihat dari ekspresi Arum, dia sepertinya sangat ketakutan. Sebenarnya tidak ada yang perlu diherankan. Wanita mana pun pasti akan trauma dengan kejadian seperti ini. Jika tidak, mana mungkin Arum mengganggu sepasang kekasih ini."Kak Arum, boleh saja. Tapi, mobil agak sempit. Kamu nggak keberatan?" tanya Nabila yang bisa memahami ketakutan Arum. Itu sebabnya, dia tidak menolak atau pun mengejeknya."Nggak apa-apa. Aku benaran takut, makanya nggak berani tidur sendiri," sahut Arum dengan agak malu."Ya sudah. Sekarang juga sudah malam. Sebaiknya kita kembali. Nanti kalian tidur di klinik saja, aku tidur di mobil," usul Tirta."Kak, sejauh apa sih klinik yang kamu bilang itu? Aku benar-benar nggak kuat lagi!" ucap Joko.Di pintu masuk Desa Persik, terlihat Danto dan Joko yang saling memapah dan menahan kesakitan untuk mencari Tirta."Joko, bertahanlah sedikit lagi. Paling lama 5 menit lagi kita sudah akan sampai. Tenang saja. Meskipun dokternya masih muda, kudengar ilmu medisnya sangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 948

    "Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 947

    Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 946

    "Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 944

    "Kak Tirta, yang kamu tulis ini benar? Benaran ada efek seperti itu?" Setelah melihat resep untuk pembesaran bokong dengan teliti, ekspresi Shinta penuh kegembiraan.Dengan resep pembesaran payudara dan bokong ini, dia akan menjadi wanita sempurna di masa depan!"Tentu saja benar, untuk apa aku menipumu?" sahut Tirta mengangguk."Tirta, aku tentu percaya dengan keahlian medismu, bahkan kamu bisa dibilang setara dengan dewa. Tapi, apa benaran khasiatnya sebagus itu? Orang mati bisa dibangkitkan kembali?" tanya Saba yang semakin terkejut setelah melihat resep itu."Itu juga benar. Selama nggak ada kerusakan otak, jantung hancur, atau berusia lebih dari 100 tahun, resep ini bisa menyelamatkan mereka. Kalau kamu nggak butuh, keluarga atau temanmu juga bisa menggunakannya. Cukup ikuti resep di atas untuk membuatnya," jelas Tirta."Oke, ini baru namanya kebal dari apa pun! Kalau digunakan di kemiliteran, ini akan sangat berguna! Tirta, terima kasih!" Ini pertama kalinya Saba menunjukkan eksp

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 943

    "Kak Saba, hadiah ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya!" Mendengar itu, tangan Tirta sampai gemetaran. Dia hendak mengembalikan kotak hitam kecil itu.Meskipun belum pernah mendengar tentang Nagamas, dari namanya saja, Tirta bisa menebak bahwa yang tinggal di sana pasti orang-orang besar seperti Saba!Tirta merasa, sebagai orang biasa yang tidak memiliki jabatan atau kekuasaan, dirinya tidak layak tinggal di tempat seperti itu.Sementara itu, buku kecil biru itu seperti semacam surat pengampunan yang sangat berharga!Tirta merasa dirinya hanya mengobati penyakit orang, secara logika, dia tidak pantas menerima hadiah sebesar ini."Tirta, kenapa sungkan begitu sama aku? Vila itu sudah terdaftar atas namamu. Terima saja. Lagi pula, kalau aku mengundangmu untuk jalan-jalan ke ibu kota, kamu butuh tempat untuk tinggal, 'kan?" Saba melambaikan tangan dan tersenyum."Benar, barang-barang ini nggak ada artinya bagi kakek. Kak Tirta, terima saja. Kalau nggak, kamu nggak boleh mencar

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 942

    Tirta tersenyum dan berkata, "Ya sudah, besok kamu temani aku beli sayuran."Dengan mata yang berkilat, Tirta langsung menyetujui dengan cepat. Melihat Tirta setuju, Ayu merasa senang. Dia mulai memikirkan, apa yang harus dikenakan besok.....Setelah makan, sekitar setengah jam kemudian, Ayu membawa para wanita menyiram tanaman di kebun.Tirta dengan beberapa anak harimau di pelukannya, sedang duduk santai di depan pintu menikmati sinar matahari.Tiba-tiba, beberapa mobil jeep hitam berhenti perlahan di depan klinik. Pintu mobil terbuka. Shinta adalah yang pertama keluar dari mobil.Gadis itu berkata dengan girang kepada seorang pria tua di dalam mobil, "Kakek, ini tempat tinggal Tirta. Namanya Desa Persik. Ada gunung dan ada air, pemandangannya sangat indah.""Desa Persik ... bagus, bagus. Benar-benar tempat yang bagus untuk menenangkan diri. Pantas saja orang sehebat Tirta tinggal di sini." Saba turun dari mobil dan memandang sekitar.Di depan matanya, ada pegunungan hijau dan air y

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 941

    "Bi Ayu, aku sudah bawa Tirta kembali! Waktu aku sampai, dia sedang makan nasi kotak di vila!" Setelah kembali ke klinik, Arum melepaskan Tirta dan menepuk tangannya sambil berkata dengan tidak puas."Tirta, Arum sudah masak banyak makanan bergizi untukmu. Kenapa nggak dimakan dan malah pergi ke vila untuk makan nasi kotak?" tanya Ayu dengan bingung."Kenapa lagi?" Agatha tertawa dan menyela, "Karena dia nggak ingin makan kemaluan sapi!"Di sudut meja makan, Nia yang mendengar ini merasa agak malu."Tirta, terakhir kali kamu menghabiskan sepiring penuh kemaluan sapi dalam dua hingga tiga menit. Kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Arum dengan kesal. "Aku kira kamu suka makan itu, jadi aku masak dua batang kali ini!""Ya, Tirta, kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Melati dengan bingung."Aku ... hais, aku sebenarnya nggak butuh makan itu. Tubuhku sehat-sehat saja, makanan seperti itu berlebihan untukku," timpal Tirta dengan lesu."Kenapa berlebihan? Makanan itu sangat b

DMCA.com Protection Status