"Apa perlu membunuh begitu banyak orang?" tanya polisi itu dengan ekspresi masam sembari menatap Tirta dengan penuh waspada.Kemudian, polisi itu tidak sengaja melirik Baskoro yang terkapar di atas genangan darah. Dia pun terbelalak. Jelas, keduanya saling mengenal.Baskoro diam-diam tersenyum, lalu memberi isyarat yang mengatakan akan memberi 100 miliar kepada polisi itu jika membantunya. Tidak ada yang menyadari hal ini."Semua yang kubilang adalah fakta. Baskoro membawa orang untuk membunuhku, makanya aku menyerang balik," jelas Tirta.Ketika Tirta masih ingin menjelaskan, Baskoro menahan rasa sakitnya sambil memutarbalikkan fakta. "Pak, akhirnya kamu datang. Dia sudah gila, jangan dengarkan omong kosongnya .... Dia yang ingin membunuhku, makanya aku menyuruh orang kemari .... Tanya saja pada Nabhan ...."Polisi itu bernama Agung. Agung menatap Nabhan, lalu bertanya, "Apa yang dikatakan Pak Baskoro benar?"Jelas sekali, Agung tergiur dengan tawaran 100 miliar itu. Dengan jabatannya,
"Kalau takut, aku nggak bakal melakukan hal seperti ini," sahut Agung dengan ekspresi dingin."Ka ... kalian ini ...." Agatha berlinang air mata saking paniknya. Dia mengira semua akan aman dan Baskoro akan ditangkap setelah polisi datang. Sebelum sempat berbahagia, polisi malah hendak menangkap dirinya dan Tirta. Jika tahu akan melibatkan Tirta, Agatha tidak akan membalas dendam."Jangan basa-basi lagi. Cepat ikut kami." Agung melambaikan tangannya dan tidak memberi Agatha kesempatan untuk berbicara. Seketika, sekelompok polisi maju untuk mengawal."Huh! Mau melawanku? Naif sekali," gumam Baskoro. Meskipun sudah sekarat, Baskoro masih bisa tersenyum sinis menatap Tirta. Tirta sudah dikepung oleh polisi, tidak mungkin bisa membunuhnya lagi."Sebentar! Pak Agung, sebaiknya kita ambil rekaman CCTV. Kita butuh bukti untuk menangani kasus. Kurang tepat kalau langsung menangkap mereka begitu saja," ucap Susanti sambil mengernyit. Dia tidak tahan lagi. Meskipun Tirta sangat menjengkelkan, Su
"Kenapa? Sebentar lagi kamu akan dipenjara dan dijatuhkan hukuman mati. Masih berkhayal akan ada yang menolongmu? Jangan mimpi!" Saat berkata demikian, sudut bibir Baskoro terus meneteskan darah. Dia bahkan sudah tidak sanggup berdiri setelah dipukul, tapi masih saja tetap tersenyum mengejek Tirta."Ya, kusarankan kalian cepat lepaskan Agatha. Kalau nggak, nggak ada gunanya lagi kalian menyesal nanti!" ujar Tirta sembari mengeluarkan ponselnya."Hehe, memangnya kamu mau telepon komisaris kepolisian?" ejek Agung. Sebagai wakil komisaris kepolisian, Agung telah banyak bertemu dengan orang kaya dan tokoh berpengaruh di kota ini. Namun, jelas sekali Tirta bukan salah satunya. Inilah alasannya mengapa dia berani menerima tugas kotor ini."Bukan," jawab Tirta sambil menggeleng."Bukan? Kalau begitu, kenapa kamu senang sekali? Selain ketua, nggak ada orang yang bisa menekanku lagi!" ujar Agung sambil tertawa. Dia langsung mengulurkan tangan hendak merebut ponsel Tirta."Oh ya? Meski bukan ket
"Bocah ini sama saja dengan Agatha, orang kampungan! Bahkan wali kota saja nggak pernah lihat, apalagi menyelamatkannya? Itu palsu, telepon itu pasti bukan dari putri wali kota! Pak Agung jangan buang-buang waktu. Aku bayar 20 miliar, cepat habisi bocah ini!""Ini ...." Agung juga merasa Tirta tidak mungkin bisa menemui wali kota. Bagaimanapun, bahkan dia sendiri saja tidak semudah itu bisa menemui wali kota. Ditambah lagi dengan hasutan Baskoro, Agung akhirnya mengangguk. "Baik, Pak Baskoro tenang saja. Aku akan habisi bocah ini!""Agung, kalau kamu berani menyentuh Pak Tirta sedikit saja, aku akan suruh ayahku untuk menghabisimu!" ancam Naura di ujung telepon setelah mendengar pembicaraan mereka."Pak Agung, nggak usah pedulikan jalang itu! Dia pasti cuma pura-pura!" sahut Baskoro sambil merebut ponsel itu dan membantingnya hingga hancur."Tapi, Pak Baskoro .... Kudengar suaranya sepertinya benar-benar Bu Naura." Agung menjadi bingung sekarang.Kring kring! Ponsel Agung berdering. Ha
"Pak Agung, kamu tenang dulu. Orang itu belum tentu Pak Saad yang asli ...." Baskoro sama sekali tidak bisa melawan saat dipukul Agung. Namun, dia masih tetap berharap. Sampai sekarang, dia masih belum percaya bahwa Tirta bisa kenal dengan orang hebat seperti Saad."Sialan, Pak Saad sudah telepon langsung, memangnya masih mungkin itu palsu? Kalau bukan karena percaya dengan omonganmu, mana mungkin aku menyinggung penyelamat wali kota! Kamu benar-benar membuatku celaka!" Begitu memikirkan bahwa dia akan dihabisi wali kota, Agung benar-benar ingin sekali membunuh Baskoro saat itu juga.Namun, Agung tahu bahwa hal terpenting saat ini adalah mendapat pengampunan dari Tirta. Setelah menendang Baskoro beberapa kali, dia langsung menghadap Tirta dan membungkuk untuk minta maaf."Maaf, Pak Tirta. Aku benar-benar nggak tahu kamu ini penyelamat Pak Saad! Kalau nggak, nggak mungkin aku berani menerima kasus ini. Kumohon jangan perhitungan denganku. Bantu aku beri penjelasan di depan Pak Saad dan
"Kumohon beri aku kesempatan!" Setelah tertegun sejenak, Baskoro juga ikut meminta maaf pada Tirta."Kenapa aku harus beri kalian kesempatan? Aku cuma anak miskin dari kampung yang bisa ditindas siapa pun! Kalau aku nggak kenal Pak Saad, kalian pasti sudah menghancurkanku, 'kan? Apa masih akan minta maaf padaku? Memaafkan kalian? Aku nggak semulia itu!" balas Tirta dengan dingin."Nak, jangan keterlaluan! Kami sudah sadar dengan kesalahan kami dan minta maaf padamu. Kenapa kamu masih begitu keras kepala!" Baskoro telah pasrah dan tidak banyak berkomentar lagi, tetapi direktur rumah sakit masih bergidik ngeri. Dia merasa Tirta benar-benar tidak manusiawi!"Nggak usah banyak bicara samaku. Kamu bicara saja sama orang yang menurutmu nggak keterlaluan! Sifatku memang begitu, lalu kamu mau apa?" tanya Tirta sambil memeluk Agatha."Ya, siapa suruh kalian menindas Tirta? Rasakan!" Melihat mereka meminta maaf, Agatha juga melampiaskan kekesalannya.Direktur rumah sakit dan beberapa dokter lain
"Pembunuh? Coba ceritakan kejadiannya!" Wajah Agung langsung menjadi serius."Agatha, kali ini kamu bisa ceritakan dengan tenang. Pak Saad akan menegakkan keadilan untukmu." Tirta menggenggam erat tangan Agatha dan menyuruhnya untuk menceritakan kejadian sebenarnya."Aku ...." Saat teringat dengan kejadian yang menyedihkan, air mata Agatha berderai. Dia menceritakan kejadiannya dengan runut, bagaimana Baskoro dan bawahannya melakukan kejahatan."Cantik sekali wanita ini ...." Pada saat ini, Naura baru memperhatikan Agatha yang berdiri di samping Tirta. Entah mengapa, hatinya terasa agak aneh. Namun, dia juga tidak berpikir terlalu jauh. Bagaimanapun, dia tidak ada hubungan apa pun dengan Tirta."Jangan-jangan wanita ini pacarnya? Lalu, siapa wanita sebelumnya itu?" Susanti melirik ke arah Tirta dengan tatapan aneh. Tirta telah melihat seluruh tubuhnya dan melakukan banyak hal memalukan, tetapi karena Tirta juga, Susanti dipromosikan menjadi wakil komisaris. Bisa dibilang, sulit baginya
"Kalian bertobat di penjara saja! Jangan sampai aku bawa orang untuk menangkap kalian, kalian yang serahkan diri langsung saja!" ujar Saad dengan nada dingin.Pada akhirnya, direktur rumah sakit dan beberapa bawahannya pergi ke kantor polisi untuk ditahan."Pak Tirta, maafkan aku ...," ujar Saad setelah menangani sekelompok orang itu."Pak Saad terlalu sungkan, kamu telah banyak membantuku," balas Tirta sambil melambaikan tangannya. Sejujurnya saja, jika bukan karena Saad, Tirta benar-benar tidak bisa menghadapi Baskoro, Agung, dan semua orang itu."Kalau Pak Tirta punya waktu, bisa akupunktur aku lagi nggak? Aku merasa baikan setelah diterapi waktu itu," ujar Saad sambil menepuk pundak Tirta."Boleh saja, aku nggak ada urusan lain lagi sekarang," ujar Tirta mengangguk. Tirta akhirnya memahami pentingnya memperluas koneksi. Jika ada kesempatan untuk mendekati Saad, tentu saja dia tidak akan melewatkannya. Mungkin akan berguna suatu hari nanti."Kalau begitu, ayo ikut ke rumahku, biar s
Camila memang datang untuk pamer dan membandingkan dirinya dengan Bella. Setelah tahu bahwa Tirta hanyalah seorang pria kampung rendahan, bagaimana mungkin dia melewatkan kesempatan untuk mempermalukan Bella di depan umum?Bahkan, saat mengucapkan kata-kata itu, Camila sengaja meninggikan suaranya agar semua orang di aula bisa mendengarnya."Siapa wanita itu? Cantik, tapi mulutnya terlalu tajam!""Sepertinya dia anggota Keluarga Arshad dari Provinsi Dohe.""Dia berasal dari garis keturunan yang sama dengan ibu Bella, tapi kudengar hubungannya dengan Bella nggak baik.""Itu jelas sekali. Kalau nggak, mana mungkin dia langsung menyerang Bella dengan kata-kata seperti itu begitu masuk."Bisikan mulai terdengar di aula. Bahkan, banyak orang yang mulai mengaitkan peristiwa ini dengan spekulasi yang lebih dalam."Keluarga Arshad cuma mengirim satu anggota muda dan sikapnya seperti ini. Sepertinya, keluarga dari pihak ibu Bella juga nggak mendukung pernikahan ini.""Hehe, itu sudah jelas seka
Ayu berbalik dan melihat Bella yang memakai gaun putih. Riasan wajahnya sangat sempurna. Bella benar-benar cantik.Tubuh Bella langsing, tetapi dadanya berisi. Ayu sangat kagum melihat kecantikan Bella. Wanita biasa tidak bisa menandingi aura Bella yang menonjol.Melihat Bella yang berjalan menghampiri mereka, Tirta langsung berdiri dan berseru dengan mata berbinar-binar, "Bu Bella, akhirnya kamu datang! Hari ini ... kamu cantik sekali, seperti bidadari!"Bella memutar bola matanya, lalu memandang Tirta sembari membalas, "Benaran? Jadi, maksudmu sebelumnya aku nggak seperti bidadari?"Tirta langsung menggeleng dan menyahut, "Bukan begitu maksudku, Bu Bella. Kamu sangat cantik setiap hari. Bidadari pun kalah darimu."Bella tersenyum lebar seraya menimpali, "Dasar gombal! Jangan panggil aku 'Bu Bella' lagi. Panggil namaku saja."Ayu berkata dengan ekspresi bingung, "Ternyata kamu itu Bella. Astaga, kamu cantik sekali! Kenapa kamu bisa menyukai Tirta?"Bella tertawa, lalu duduk di samping
Sebenarnya, pebisnis properti itu sangat berharap Tirta bertunangan dengan Bella. Dengan begitu, Bella tidak bisa menikah dengan konglomerat ibu kota negara. Jadi, status Keluarga Purnomo di ibu kota provinsi tidak akan meningkat.Bahkan, Keluarga Purnomo akan menjadi bahan tertawaan para pebisnis di ibu kota provinsi. Bagi pebisnis properti yang berbicara tadi, ini adalah hal yang bagus.Pebisnis properti itu adalah Sofyan, ayah Diego. Dia adalah Kepala Keluarga Bazan. Mereka adalah keluarga terbesar kedua setelah Keluarga Purnomo di ibu kota provinsi.Tentu saja, Sofyan cukup berpengaruh. Setelah mendengar ucapannya, para pengagum Bella tidak bersuara lagi.Mereka langsung duduk dan menunggu Bella keluar untuk meminta penjelasan kepadanya. Beberapa dari mereka menatap Tirta dengan sinis. Salah satunya berujar, "Cepat kirim pesan kepada Diego dan beri tahu dia tentang pecundang ini ...."Sementara itu, Diego yang menaiki taksi untuk datang ke kediaman Keluarga Purnomo merasa gusar set
Para pengagum Bella lanjut menyindir Tirta."Orang kampungan ini nggak mungkin bisa menandingi mereka semua!""Bisa-bisanya Pak Darwan mengizinkan Bella yang begitu sempurna tunangan dengan orang seperti ini.""Sayang sekali kalau Bella tunangan dengan orang rendahan begini! Bukannya ini sama saja dengan mencelakai Bella?""Pak Darwan, sebenarnya apa kelebihan pria kampungan ini?"Jika Bella tunangan dengan konglomerat dari ibu kota negara, mereka bisa terima. Bagaimanapun, mereka tidak bisa menandingi konglomerat dari ibu kota negara.Namun, Tirta hanya seorang pecundang dari desa. Dibandingkan dengan pria kaya dari ibu kota provinsi, Tirta tidak ada apa-apanya. Atas dasar apa Tirta tunangan dengan Bella? Sangat disayangkan jika wanita sempurna seperti Bella dipasangkan dengan Tirta.Seorang pengagum Bella yang bernama Wirya maju. Dia adalah putra Keluarga Liman yang kaya raya di ibu kota provinsi. Wirya yang cemburu mengancam Tirta, "Hei, apa pun cara yang kamu gunakan untuk memperda
Setelah melontarkan sindiran, para tamu tertawa terbahak-bahak. Mereka menganggap Tirta yang berpenampilan biasa sebagai bahan lelucon. Kalau bukan Darwan yang membawa Tirta masuk, mungkin mereka sudah mengusir Tirta.Ayu berucap, "Tirta, kalau tahu banyak orang kaya menghadiri acara ini, seharusnya aku bawa kamu beli baju dulu sebelum datang. Kalau kamu berpakaian rapi, mereka pasti nggak akan mentertawakanmu."Meskipun Ayu merasa kesal dan ingin mengkritik para tamu, dia lebih khawatir Tirta bersedih. Tirta memang merasa tidak senang, tetapi dia tetap tersenyum kepada Ayu dan menanggapi, "Nggak apa-apa, Bibi. Biarkan mereka mentertawakanku. Bagaimanapun, aku dan Bu Bella tetap akan tunangan."Tirta menambahkan, "Selain itu, kita nggak melakukan kesalahan apa pun. Nggak usah pedulikan omongan mereka."Mendengar ucapan Tirta, Darwan makin mengaguminya. Kemudian, dia menyipitkan matanya dan menegur para tamu, "Ini acara penting, aku nggak mungkin menjadikan reputasi putriku sebagai baha
Bahkan, lampu di luar juga dihiasi dengan giok. Semua barang-barang ini menunjukkan kekayaan Keluarga Purnomo yang luar biasa.Kala ini, perasaan Ayu campur aduk. Awalnya, dia mendengar Tirta mengatakan Bella adalah putri konglomerat di ibu kota provinsi.Sebelumnya, Ayu tidak tahu jelas bagaimana kehidupan putri konglomerat. Dia hanya menganggap mereka mempunyai banyak uang.Setelah melihat vila Keluarga Purnomo dan Darwan yang berwibawa, Ayu baru tahu ternyata Keluarga Purnomo memiliki kekayaan yang luar biasa! Orang biasa tidak mungkin bisa mencapai posisi yang telah dicapai Keluarga Purnomo.Tirta adalah anak yatim piatu yang tidak mempunyai sokongan hebat. Dia benar-benar beruntung bisa disukai putri konglomerat seperti Bella dan bertunangan dengannya. Orang biasa tidak mungkin mendapatkan kesempatan seperti ini.Namun, Tirta malah mendapatkannya. Bahkan, Kepala Keluarga Purnomo juga bersikap sungkan kepada Tirta, bukan meremehkannya.Ayu memandangi Tirta sambil membatin, 'Tirta s
Saat Fakhri membawa Tirta dan Ayu masuk ke vila Keluarga Purnomo, seorang bawahan berlari ke aula yang paling luas dan mewah. Dia menghampiri Darwan yang sedang berbincang dengan para tokoh hebat.Bawahan itu melapor, "Pak Darwan, Pak Fakhri sudah membawa Pak Tirta dan Bu Ayu masuk. Apa kamu mau menyambut mereka?"Darwan mengangguk dan menimpali, "Mereka sudah sampai? Oke, aku ke sana sekarang."Darwan berkata kepada para tamu, "Maaf, aku harus pergi sebentar. Aku mau menyambut 2 tamu yang sangat penting. Aku akan segera kembali."Selesai bicara, Darwan merapikan pakaiannya. Dia membawa anggota Keluarga Purnomo untuk menyambut Tirta dan Ayu.Respons Darwan dan anggota Keluarga Purnomo membuat para tamu terkejut. Hal ini karena mereka tidak pernah melihat Darwan begitu menghormati seseorang. Jadi, para tamu langsung berkomentar begitu Darwan dan lainnya pergi."Apa kehebatan tunangan Bu Bella?""Bahkan, Kepala Keluarga Purnomo merendahkan dirinya untuk menyambut pria itu.""Aku nggak ta
"Bella nggak pantas rebutan denganmu," tegas Simon sambil menepuk tangan Camila. Dengan kemampuannya, Simon bisa melakukan hal ini dengan mudah."Terima kasih, Simon. Aku ini wanita yang paling bahagia di dunia karena bisa bersamamu," balas Camila dengan ekspresi gembira. Dia bersandar di bahu Simon.Camila membatin, 'Bella, sekarang Simon ini pacarku. Apa kamu bisa menandingiku? Nantinya kamu akan kupermalukan! Sudah saatnya aku membuat perhitungan atas penderitaan yang kualami selama ini.'....Setelah mobil Simon melaju pergi, Diego menghela napas dan bergumam, "Sialan! Ternyata dia itu cucu kandung Pak Yahsva, untung saja dia meremehkanku. Kalau nggak, aku bukan cuma celakai diri sendiri. Tapi, aku akan mencelakai Keluarga Bazan."Diego melanjutkan, "Ternyata wanita di samping Simon itu saudara sepupu Bella. Sepertinya dia mau membawa Simon untuk mempermalukan Bella. Kalau Simon bisa menakuti tunangan Bella, mungkin aku punya kesempatan untuk mengejar Bella. Aku harus segera pergi
Mendengar ucapan Simon, Diego sama sekali tidak takut. Dia malah menghina Simon, "Apa? Orang sepertimu mau melenyapkan Keluarga Bazan? Bahkan, Keluarga Purnomo yang paling berkuasa di ibu kota provinsi juga nggak berani bicara seperti itu!"Diego melanjutkan, "Kamu memang pandai membual! Kamu lagi mimpi, ya? Apa perlu aku bangunkan kamu?"Camila tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia langsung membeberkan identitas Simon. Camila berbicara dengan Diego dengan ekspresi sinis, "Orang kampungan, Simon itu cucu kandung sesepuh dalam dunia pemerintahan, Yahsva Unais! Dia itu penerus dan calon pemimpin Keluarga Unais!"Camila menambahkan, "Keluarga Bazan yang kamu banggakan itu nggak ada apa-apanya bagi Simon. Kalau kamu berani macam-macam lagi, Keluarga Bazan akan didepak dari ibu kota provinsi!""Apa? Dia itu cucu kandung Pak Yahsva? Nggak mungkin! Jangan kira kalian bisa takut-takuti aku!" timpal Diego.Diego menegaskan, "Aku nggak percaya dia itu Simon Unais! Pak Simon tinggal di ibu kota n