Share

Bab 144

Author: Hazel
last update Last Updated: 2024-07-05 20:35:17
"Pak Direktur, kalian ...." Baskoro tercengang melihat para dokter yang terkapar di lantai dengan tidak berdaya.

"Nggak perlu mencemaskan mereka. Pikirkan saja keselamatan sendiri," ujar Tirta yang sudah tiba di hadapan Baskoro. Kemudian, dia menginjak wajah Baskoro sambil menatapnya dengan tatapan menghina.

"Siapa sebenarnya kamu? Apa aku pernah menyinggungmu? Kalau nggak pernah, untuk apa kamu bertindak seperti ini? Lebih baik lepaskan aku dan kita bisa berteman," ucap Baskoro. Dia kesakitan karena Tirta menginjak lukanya. Untuk sekarang, dia hanya bisa berpura-pura baik karena bala bantuannya belum tiba.

"Kamu nggak pernah menyinggungku, tapi kamu mencelakai ibu Agatha. Bisa dibilang, ini dendam kesumat. Orang sepertimu nggak pantas berteman denganku," sahut Tirta sembari mengerahkan tenaga pada kakinya.

"Argh .... Jalang itu yang memberitahumu? Apa sebenarnya hubungan kalian?" pekik Baskoro yang menatap Agatha dengan kejam. Jika Tirta tidak mengatakan apa pun, Baskoro tidak akan me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Ghoni
sip menemani waktu senggang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 145

    Ketika melihat Tirta begitu dipenuhi keyakinan, orang-orang yang mengeluarkan ponsel untuk merekam menjadi makin banyak."Jangan dengarkan omong kosongnya. Aku nggak pernah membunuh siapa pun .... Dia hanya ingin memfitnahku ...." Baskoro buru-buru berteriak dengan perasaan bersalah."Fitnah atau bukan, kebenarannya akan terungkap nanti," ujar Tirta. Dengan ekspresi suram, dia mengeluarkan jarum untuk menghipnosis Baskoro."Huh! Aku nggak pernah melakukan kejahatan apa pun! Kamu nggak punya bukti, jangan mencoba-coba memfitnahku!" bentak Baskoro dengan ekspresi lugu. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Tirta selanjutnya."Cih, aku malas basa-basi denganmu." Tirta tidak berbicara lagi. Berhubung orang-orang sudah siap untuk merekam, dia segera menancapkan jarum ke beberapa titik akupunktur Baskoro."Ka ... kamu mau apa ...." Sebelum Baskoro menyelesaikan ucapannya, semua jarum sudah selesai ditancapkan."Gesit sekali. Tanpa latihan puluhan tahun, seseorang nggak mungkin melakukannya

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 146

    Agatha diliputi kesedihan. Air mata terus berlinang di wajahnya. Dia menyerbu ke depan Baskoro, lalu memukul dan menendangnya tanpa henti."Sialan! Kamu lebih rendahan daripada binatang! Bibi Diah orang baik, kenapa kamu membunuhnya! Kamu nggak pantas hidup di dunia ini!" maki Tirta yang juga tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia maju, lalu mematahkan tulang-tulang Baskoro.Baskoro tersadar kembali. Dia sontak memuntahkan darah tanpa punya tenaga untuk melontarkan sepatah kata pun."Buset! Aku nggak nyangka Baskoro sekejam itu!""Dasar binatang! Pukul saja dia sampai mati!""Ya, bunuh dia! Bunuh bedebah itu!"Begitu mengetahui kebenarannya, semua orang langsung memaki Baskoro. Di sisi lain, Rico menatap direktur rumah sakit dan bertanya dengan lirih, "Pak, apa kita masih perlu membantu Pak Baskoro?""Dasar goblok! Kalau kamu maju, kamu cuma akan mati. Cepat pikirkan cara untuk mengklarifikasi semuanya!" hardik direktur itu dengan ekspresi masam. Dia tidak lagi berpikir untuk memberi Ti

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 147

    "Tenang saja, Pak. Aku akan membereskan semuanya untukmu! Aku nggak akan membiarkan kejadian hari ini bocor sedikit pun!" jamin Nabhan. Dia juga pelaku kejahatan tahun itu. Dia adalah pembunuh yang dibina secara khusus oleh Baskoro.Begitu mendengar ucapan Baskoro, Nabhan langsung mengerti apa yang terjadi. Dia melambaikan tangannya, menyuruh para bawahan untuk memblokir TKP dan menghapus semua rekaman."Dengar baik-baik! Kalau sampai ada yang membocorkan kejadian hari ini, kalian akan bernasib sama dengan kedua bocah ini!" seru Nabhan dengan ekspresi dingin. Kemudian, dia memegang goloknya dengan erat dan menghampiri Tirta."Jangan bunuh aku! Aku akan menghapus videonya! Aku nggak melihat apa pun!" Sebagian besar orang yang merekam tadi ketakutan hingga kaki mereka melemas. Mereka menyerahkan ponsel dengan patuh."Nabhan, bunuh bocah itu!" Baskoro akhirnya merasa lega sekarang. Dia pun menyeringai menatap Tirta."Tenang saja, Pak." Nabhan tersenyum kejam dan makin mendekat dengan Tirt

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 148

    Pada saat yang sama, Tirta merasakan energi besar meledak keluar dari tubuhnya. Pupilnya juga berubah warna menjadi perak, membuat auranya terlihat sangat mulia. Hanya saja, tidak ada yang melihat semua ini."Ah! Tirta, sakit sekali!" Ketika Tirta masih termangu, Agatha yang berada di pelukannya tiba-tiba berteriak kesakitan. Tirta menunduk, lalu mendapati lengan Agatha bercucuran darah."Hahaha! Bagus, bagus sekali! Aku mau jalang itu mati! Uhuk, uhuk .... Hahaha .... Uhuk, uhuk!" Baskoro tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan kesakitan itu."Kalian cari mati!" Tirta yang tidak berhasil melindungi Agatha sepenuhnya sontak murka. Seruannya ini bak guntur yang menggelegar. Pupil berwarna perak menyusut menjadi garis vertikal, seluruh tubuhnya dipenuhi energi.Saat berikutnya, Tirta melambaikan tangannya. Adegan yang mengejutkan pun terjadi. Golok yang hendak menyerang Tirta malah hancur, sedangkan lengan Tirta sama sekali tidak terluka. Dia justru menjatuhkan para preman yang berjara

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 149

    "Apa perlu membunuh begitu banyak orang?" tanya polisi itu dengan ekspresi masam sembari menatap Tirta dengan penuh waspada.Kemudian, polisi itu tidak sengaja melirik Baskoro yang terkapar di atas genangan darah. Dia pun terbelalak. Jelas, keduanya saling mengenal.Baskoro diam-diam tersenyum, lalu memberi isyarat yang mengatakan akan memberi 100 miliar kepada polisi itu jika membantunya. Tidak ada yang menyadari hal ini."Semua yang kubilang adalah fakta. Baskoro membawa orang untuk membunuhku, makanya aku menyerang balik," jelas Tirta.Ketika Tirta masih ingin menjelaskan, Baskoro menahan rasa sakitnya sambil memutarbalikkan fakta. "Pak, akhirnya kamu datang. Dia sudah gila, jangan dengarkan omong kosongnya .... Dia yang ingin membunuhku, makanya aku menyuruh orang kemari .... Tanya saja pada Nabhan ...."Polisi itu bernama Agung. Agung menatap Nabhan, lalu bertanya, "Apa yang dikatakan Pak Baskoro benar?"Jelas sekali, Agung tergiur dengan tawaran 100 miliar itu. Dengan jabatannya,

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 150

    "Kalau takut, aku nggak bakal melakukan hal seperti ini," sahut Agung dengan ekspresi dingin."Ka ... kalian ini ...." Agatha berlinang air mata saking paniknya. Dia mengira semua akan aman dan Baskoro akan ditangkap setelah polisi datang. Sebelum sempat berbahagia, polisi malah hendak menangkap dirinya dan Tirta. Jika tahu akan melibatkan Tirta, Agatha tidak akan membalas dendam."Jangan basa-basi lagi. Cepat ikut kami." Agung melambaikan tangannya dan tidak memberi Agatha kesempatan untuk berbicara. Seketika, sekelompok polisi maju untuk mengawal."Huh! Mau melawanku? Naif sekali," gumam Baskoro. Meskipun sudah sekarat, Baskoro masih bisa tersenyum sinis menatap Tirta. Tirta sudah dikepung oleh polisi, tidak mungkin bisa membunuhnya lagi."Sebentar! Pak Agung, sebaiknya kita ambil rekaman CCTV. Kita butuh bukti untuk menangani kasus. Kurang tepat kalau langsung menangkap mereka begitu saja," ucap Susanti sambil mengernyit. Dia tidak tahan lagi. Meskipun Tirta sangat menjengkelkan, Su

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 151

    "Kenapa? Sebentar lagi kamu akan dipenjara dan dijatuhkan hukuman mati. Masih berkhayal akan ada yang menolongmu? Jangan mimpi!" Saat berkata demikian, sudut bibir Baskoro terus meneteskan darah. Dia bahkan sudah tidak sanggup berdiri setelah dipukul, tapi masih saja tetap tersenyum mengejek Tirta."Ya, kusarankan kalian cepat lepaskan Agatha. Kalau nggak, nggak ada gunanya lagi kalian menyesal nanti!" ujar Tirta sembari mengeluarkan ponselnya."Hehe, memangnya kamu mau telepon komisaris kepolisian?" ejek Agung. Sebagai wakil komisaris kepolisian, Agung telah banyak bertemu dengan orang kaya dan tokoh berpengaruh di kota ini. Namun, jelas sekali Tirta bukan salah satunya. Inilah alasannya mengapa dia berani menerima tugas kotor ini."Bukan," jawab Tirta sambil menggeleng."Bukan? Kalau begitu, kenapa kamu senang sekali? Selain ketua, nggak ada orang yang bisa menekanku lagi!" ujar Agung sambil tertawa. Dia langsung mengulurkan tangan hendak merebut ponsel Tirta."Oh ya? Meski bukan ket

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 152

    "Bocah ini sama saja dengan Agatha, orang kampungan! Bahkan wali kota saja nggak pernah lihat, apalagi menyelamatkannya? Itu palsu, telepon itu pasti bukan dari putri wali kota! Pak Agung jangan buang-buang waktu. Aku bayar 20 miliar, cepat habisi bocah ini!""Ini ...." Agung juga merasa Tirta tidak mungkin bisa menemui wali kota. Bagaimanapun, bahkan dia sendiri saja tidak semudah itu bisa menemui wali kota. Ditambah lagi dengan hasutan Baskoro, Agung akhirnya mengangguk. "Baik, Pak Baskoro tenang saja. Aku akan habisi bocah ini!""Agung, kalau kamu berani menyentuh Pak Tirta sedikit saja, aku akan suruh ayahku untuk menghabisimu!" ancam Naura di ujung telepon setelah mendengar pembicaraan mereka."Pak Agung, nggak usah pedulikan jalang itu! Dia pasti cuma pura-pura!" sahut Baskoro sambil merebut ponsel itu dan membantingnya hingga hancur."Tapi, Pak Baskoro .... Kudengar suaranya sepertinya benar-benar Bu Naura." Agung menjadi bingung sekarang.Kring kring! Ponsel Agung berdering. Ha

    Last Updated : 2024-07-05

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 941

    "Bi Ayu, aku sudah bawa Tirta kembali! Waktu aku sampai, dia sedang makan nasi kotak di vila!" Setelah kembali ke klinik, Arum melepaskan Tirta dan menepuk tangannya sambil berkata dengan tidak puas."Tirta, Arum sudah masak banyak makanan bergizi untukmu. Kenapa nggak dimakan dan malah pergi ke vila untuk makan nasi kotak?" tanya Ayu dengan bingung."Kenapa lagi?" Agatha tertawa dan menyela, "Karena dia nggak ingin makan kemaluan sapi!"Di sudut meja makan, Nia yang mendengar ini merasa agak malu."Tirta, terakhir kali kamu menghabiskan sepiring penuh kemaluan sapi dalam dua hingga tiga menit. Kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Arum dengan kesal. "Aku kira kamu suka makan itu, jadi aku masak dua batang kali ini!""Ya, Tirta, kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Melati dengan bingung."Aku ... hais, aku sebenarnya nggak butuh makan itu. Tubuhku sehat-sehat saja, makanan seperti itu berlebihan untukku," timpal Tirta dengan lesu."Kenapa berlebihan? Makanan itu sangat b

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 940

    Farida menebak Tirta pasti menyembunyikan sesuatu. Dia mengambil nasi kotak dari mobil, lalu memberikannya kepada Tirta. Farida berkata, "Nggak ada nasi kotak yang tersisa lagi. Kalau kamu nggak keberatan, ini nasi kotakku."Farida yang membawa nasi kotak. Di atasnya terdapat gambar kartun kucing berwarna merah muda. Gambar itu juga terdapat di pakaian dalam yang sering dikenakannya. Siapa sangka, Farida yang lebih tua daripada Ayu menyukai barang lucu seperti ini."Kak Farida, kalau kamu berikan nasi kotakmu padaku, kamu makan apa?" tanya Tirta. Dia merasa malu. Apalagi setelah melihat gambar kucing di nasi kotak itu.Farida melihat tatapan Tirta tertuju pada gambar kucing itu. Dia takut Tirta mentertawakannya. Farida menyahut dengan gugup, " Aku nggak lapar, anggap saja aku lagi diet. Kamu makan saja.""Oke. Terima kasih, Kak Farida. Oh, iya. Bagaimana perkembangan renovasi vila? Apa malam ini aku bisa tinggal di vila?" timpal Tirta.Tirta tidak sungkan lagi. Dia membuka nasi kotak,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 939

    Tiba-tiba, terdengar suara batuk Agatha. Dia bertanya, "Tirta, apa maksudmu?"Tirta terkejut. Dia segera menyimpan mata tembus pandang, lalu membuka pintu dan berkata seraya tersenyum, "Kak Agatha, maksudku Kak Nia sangat kompeten. Ke depannya pria yang bersamanya pasti bahagia."Agatha yang curiga bertanya, "Kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu? Bukannya kamu lagi melakukan akupunktur pada Kak Nia? Apa yang dia lakukan?"Tirta menjawab dengan tenang, "Maksudku untuk urusan kebun buah. Tadi kami membahas masalah kebun buah waktu melakukan terapi akupunktur. Kak Nia bisa mengurus semuanya tanpa bantuanku. Dia sangat kompeten."Agatha mengangguk sambil menanggapi, "Kak Nia memang kompeten. Aku pun nggak bisa melakukannya sendiri. Aku pasti kewalahan."Agatha bertanya lagi, "Mana Kak Nia? Apa terapi akupunktur sudah selesai?"Tirta menyahut, "Sudah. Dia lagi ganti baju."Agatha berusaha menahan tawanya dan menimpali, "Makanannya sudah siap. Kamu cuci tangan dulu sebelum makan. Kak Aru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 938

    Tirta berkata sebelum memulai akupunktur, "Kak Nia, terapi akupunktur kali ini mungkin berbeda dengan sebelumnya. Aku akan menambahkan pijatan agar efeknya lebih bagus."Tirta melanjutkan, "Sebaiknya kamu persiapkan mentalmu. Tentu saja, aku nggak berniat mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kalau kamu keberatan, aku hanya melakukan akupunktur.""Pijatan?" ujar Nia. Dia menghela napas, lalu mengangguk dan menambahkan, "Itu ... nggak masalah. Lagi pula, semua itu untuk mengobati penyakitku. Aku bisa terima, yang penting bisa menyembuhkanku.""Oke, Kak Nia. Mungkin nanti akan sedikit gatal. Tahan sebentar, ya," timpal Tirta. Selesai bicara, dia langsung menusukkan jarum ke bagian dada Nia.Kali ini, Tirta melakukan terapi akupunktur pada Nia untuk menyembuhkan sesak napas yang dideritanya. Setelah Tirta mencabut jarum, Nia belum merasakan gatal.Kemudian, Tirta melakukan terapi akupunktur sesi kedua. Begitu Tirta menusukkan jarum, Nia merasa gatal hingga mengeluarkan desahan. Dia bergu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 937

    Kemudian, Ayu kembali sibuk di dapur. Agatha keluar dari klinik, lalu bertanya kepada Tirta, "Tirta, Bibi Ayu bilang apa denganmu? Kenapa kalian kelihatan misterius?"Tirta menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa. Bibi Ayu tanya kenapa Kak Nia tiba-tiba tinggal di klinik.""Oh. Kamu cepat lihat dulu, nanti malam Kak Nia tidur di mana?" timpal Agatha. Dia menarik Tirta masuk ke klinik, lalu melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Selain itu, kita bertiga ... kita tidur di mana? Nggak ada tempat lagi."Nia yang berdiri di depan pintu klinik berujar dengan canggung, "Tirta, apa aku merepotkan kalian? Kalau nggak, aku tinggal di hotel saja."Tirta menepuk dadanya sambil menjamin, "Nggak usah, Kak Nia. Aku sudah atur semuanya. Klinik ini cukup untuk ditempati kita semua.""Kalau begitu, kamu lakukan akupunktur pada Kak Nia. Aku lihat Bibi Ayu butuh bantuan atau nggak," ucap Agatha. Selesai bicara, dia masuk ke dapur.Tirta menutup pintu klinik, lalu mengambil jarum dan berkata kepada Nia, "Ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 936

    Tirta memang kuat. Kalau tidak, dia juga tidak bisa mengancam Agatha. Melihat Agatha sudah setuju, Tirta langsung mengangguk dan berujar, "Kak Agatha, kamu tenang saja. Aku pasti akan membereskan Susanti dan nggak akan membuatmu merasa nggak nyaman."Agatha mendengus, lalu membalas sembari memelototi Tirta, "Cuma kali ini, ya. Ke depannya aku nggak mau melakukannya bersama Susanti."Agatha melepaskan dirinya dari pelukan Tirta, lalu berjalan ke mobil terlebih dahulu. Tirta yang merasa puas segera mengikuti Agatha kembali ke mobil.Nia bertanya, "Agatha, apa perutmu masih sakit?"Agatha berusaha tenang saat menjawab, "Nggak, Kak Nia. Setelah kita kembali, suruh Tirta lakukan akupunktur padamu untuk menyembuhkan sesak napasmu."Nia menyahut seraya mengangguk, "Oke."....Setengah jam kemudian, mereka kembali ke klinik. Kala ini, Ayu, Melati, dan Arum sedang sibuk di dapur. Ayu penasaran ketika melihat Nia juga turun dari mobil dan membawa banyak keperluan sehari-hari.Ayu menarik Tirta k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 935

    Tirta langsung berbicara terus terang. Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Agatha mencebik dan berujar, "Tirta, kamu memang berengsek! Kamu nggak pernah tiduri aku di klinik. Kamu lebih suka tiduri Susanti atau aku?"Tirta menyahut, "Tentu saja aku lebih suka tiduri kamu. Dadamu lebih besar, bokongmu lebih montok, kakimu ramping, kulitmu mulus, sifatmu juga baik ...."Dalam situasi seperti ini, tentu saja Tirta tahu siapa yang lebih baik. Dia terus memuji Agatha.Agatha memutar bola matanya, tetapi dia tidak terlalu marah lagi. Agatha menyela, "Cukup, kamu itu munafik. Jelas-jelas punya Susanti hampir sama denganku, kamu terlalu berlebihan."Agatha bertanya, "Jadi, apa semua ini ada hubungannya dengan keinginanmu?"Tirta mengusap tangannya seraya menjawab, "Tentu saja ada. Bukannya malam ini Kak Agatha mau tinggal di klinik? Susanti juga pulang ke klinik, kalian ....""Tunggu!" sergah Agatha. Dia merasa ada yang tidak beres. Agatha menegaskan, "Malam ini aku nggak mau tinggal di klin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 934

    Tirta menegaskan, "Bu, sudah kubilang kamu nggak usah sungkan. Kebetulan aku ada di sini, jadi aku bisa menyelamatkan anakmu. Untuk urusan bisnis, semuanya tetap harus diperhitungkan dengan jelas. Kalau aku kurang bayar 1 miliar, takutnya kamu nggak dapat keuntungan. Kalau kamu nggak mau terima, aku nggak beli lagi."Bos toko bersikeras berkata, "Jangan begitu. Aku juga nggak marah biarpun kamu nggak beli. Aku cuma punya 1 anak, dia lebih berharga dari nyawaku. Kamu menyelamatkan anakku dan memesan begitu banyak bibit pohon buah dariku. Aku sangat berterima kasih padamu, mana mungkin aku membiarkan kamu menghabiskan begitu banyak uang?"Bos toko menambahkan, "Lagi pula, setelah kamu bayar 3 miliar, aku sudah bisa dapatkan keuntungan 1 miliar lebih. Aku nggak rugi."Tirta terpaksa menanyakan pendapat Agatha dan Nia, "Kak Agatha, Kak Nia, bagaimana menurut kalian?"Agatha bertatapan dengan Nia, lalu menyahut sembari tersenyum, "Tirta, bos mau berterima kasih padamu dan kita memang kekura

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 933

    Tirta berpikir sejenak, lalu tersenyum licik dan berucap, "Kalau kamu benar-benar merasa bersalah, kamu kabulkan satu keinginanku saja. Anggap sebagai kompensasi."Agatha segera mengangguk seraya menyahut, "Apa keinginanmu? Kamu bilang saja. Asalkan aku bisa melakukannya, aku pasti kabulkan keinginanmu."Tirta mengedipkan matanya, lalu menimpali, "Nanti kita baru bicarakan di mobil. Sekarang kita bicarakan masalah bibit pohon buah dengan bos toko dulu.""Oh. Kalau begitu, nanti kita baru bicarakan di mobil," balas Agatha. Dia merasa Tirta berniat jahat, tetapi dia tidak keberatan.Anak bos toko sudah tertidur setelah minum susu. Bos toko keluar dari kamar. Dia membawa sepiring buah yang sudah dicuci.Bos toko berujar, "Kalian sudah menunggu lama. Istirahat dulu dan makan buah.""Terima kasih, Bu," sahut Tirta. Dia tidak sungkan lagi dan langsung duduk di bangku. Tirta mengambil buah pir dan memakannya.Agatha dan Nia juga mengambil buah, lalu duduk di samping Tirta sambil memakan buahn

DMCA.com Protection Status