Tentu saja Tirta tidak akan melewatkan kesempatan ini. Begitu selesai berbicara, dia langsung mendorong Ayu dan Elisa masuk ke butik pakaian dalam dengan tidak sabaran.Apa boleh buat. Dia sudah berjanji kepada Elisa untuk membelikannya pakaian dalam seperti itu. Ayu juga tidak bisa tiba-tiba mengubah keputusan. Oleh karena itu, dia terpaksa nekat ikut masuk.Sebaliknya, Elisa tetap tampak sangat tenang dan tidak menunjukkan sedikit pun gejolak di hatinya.Begitu Tirta dan yang lainnya masuk, manajer butik segera menyusul dengan senyum ramah dan bertanya dengan hati-hati , "Bu Bella, Pak Tirta, apa kalian ingin saya menemani berkeliling toko, atau kalian lebih suka memilih sendiri model pakaian dalam yang disukai?"Tanpa berpikir panjang, Tirta langsung menggelengkan kepalanya. "Kami pilih sendiri saja, nggak usah ditemani.""Baiklah, kalau begitu silakan berkeliling. Kalau ada yang dibutuhkan, panggil saya saja. Saya akan menunggu di meja kasir."Manajer butik cukup peka untuk tidak m
"Bi Elisa, ini bukan soal mahal atau nggak. Kamu punya pacar? Kamu mau beli pakaian dalam seperti ini untuk diperlihatkan sama pacarmu?" tanya Bella dengan suara pelan, sementara wajahnya sendiri sudah ikut memerah.Saat Bella bertanya, Tirta langsung memasang telinga dengan penuh perhatian. Dia ingin sekali mendengar jawaban Elisa. Membayangkan Elisa mengenakan pakaian dalam seperti itu untuk pria lain, hati Tirta langsung terasa seperti ditusuk pisau!Rasanya sama menyakitkannya dengan membayangkan Ayu mengenakan pakaian dalam seperti itu untuk orang lain! Namun, setelah berpikir sejenak, Tirta langsung menyadari sesuatu. Itu tidak mungkin terjadi.Dengan mata tembus pandangnya, dia tahu bahwa Elisa masih perawan. Jadi, tidak mungkin dia pernah punya pacar.Tirta jadi semakin kebingungan. Kalau Elisa tidak punya pacar, lalu apa alasannya dia membeli pakaian dalam seperti itu? Masa dia mau pakai pakaian itu untuk diperlihatkan ke Ayu?Saat Tirta masih berusaha mencari jawaban, Elisa m
Tidak ada alasan lainnya lagi yang masuk akal."Bi Elisa, benar kata Bi Ayu. Asalkan kamu suka, kamu bebas mengenakan apa pun yang kamu mau. Nggak ada seorang pun yang berhak menentangnya.""Kalau kamu butuh bantuan memilih model yang sesuai, biarkan saja Bi Ayu yang membantu. Aku bawa Bella untuk melihat-lihat di tempat lain dulu."Takut Bella akan mengungkapkan fungsi sebenarnya dari pakaian dalam seksi itu, Tirta segera mencari alasan dan menariknya ke bagian lain dari butik.Setelah memastikan bahwa Elisa dan Ayu tidak bisa mendengar mereka, Bella akhirnya tidak bisa menahan tawa kecil, lalu berbisik di telinga Tirta, "Tirta, Bi Elisa sudah dewasa, tapi dia benar-benar nggak tahu untuk apa pakaian dalam seperti itu.""Aneh sekali. Apa dia belum pernah pacaran?"Sebenarnya, Bella ingin mengatakannya lebih awal, tetapi dia tidak berani membahasnya di depan Ayu dan Elisa."Apa yang aneh? Wanita yang belum pernah punya pacar biasanya memang nggak tahu." Tirta melirik sekilas ke arah Ay
Seandainya saja Tirta tahu bahwa alasan Elisa memilih semua pakaian dalam dengan desain terbuka itu hanyalah karena menurutnya lebih praktis .... Bahkan, dia juga berencana membawa beberapa set untuk diberikan kepada gurunya. Tirta pasti tidak akan bisa menahan diri untuk mentertawakan Elisa habis-habisan!Namun, saat ini, Tirta sama sekali tidak tahu hal itu.Satu-satunya yang ada di pikirannya sekarang hanyalah melihat bagaimana Ayu dan Elisa berganti pakaian di lantai dua."Dik, masuklah dan ganti pakaianmu. Aku tunggu di luar."Saat ini, Ayu dan Elisa sudah berada di depan ruang ganti di lantai dua. Tanpa kehadiran Tirta dan Bella di dekatnya, perasaan malunya berkurang drastis. Dia pun menghela napas lega, lalu duduk di sofa di depan ruang ganti sambil berkata kepada Elisa. "Kakak, kenapa nggak ikut ganti pakaian sama aku?"Elisa sama sekali tidak menyadari bahwa di lantai bawah, Tirta sedang menggunakan mata tembus pandangnya untuk mengawasi setiap gerak-gerik mereka.Bahkan, kar
Bella melirik ke arah paha Tirta, matanya dipenuhi dengan tatapan mengejek."Bella, menurutmu aku kelihatan lagi mikirin hal seperti itu nggak?" Ketika menatap Bella yang berada di hadapannya, sorot mata Tirta tiba-tiba jadi penuh gairah. Adegan tadi telah membuat hasratnya menggelora."Ng ... nggak, kok. Tirta, aku salah. Aku nggak berani lagi godain kamu! Kamu bisa kendalikan dirimu sendiri nggak?" Ekspresi Bella seketika menjadi panik dan merona. Setelah itu, dia bergerak mundur beberapa langkah untuk menjauhkan diri dari Tirta sambil memohon."Sudahlah, Bella. Kita istirahat dulu di ruang istirahat. Tenggorokanku agak kering, aku mau minum dulu." Melihat hal ini, Tirta juga akhirnya mengenyahkan pikirannya untuk menyiksa Bella. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menarik Bella ke ruang istirahat untuk duduk dan minum the.Sesekali, Tirta masih tetap melirik ke arah lantai dua."Fiuh ...."Bella yang berhasil melewati krisis ini, mengambil secangkir teh dan menyesapnya."Oh iya, Tir
"Hah ... aneh. Kenapa tubuh Tirta tiba-tiba jadi sepanas ini?"Hanya saja, ketika Bella hendak menolong Tirta bangkit, suhu tubuh Tirta tiba-tiba melonjak tinggi.Saking panasnya, Bella refleks menarik kembali tangannya. Ketika dia melihat sekali lagi, tampilan kulit Tirta sudah berubah merah padam."Ke ... kenapa bisa begini?" Menghadapi situasi seperti ini, Bella sontak kehilangan akal, pikirannya pun menjadi kosong. Yang tidak diketahuinya adalah, saat ini Tirta sedang menerima pewarisan dari Kitab Evolusi Semesta. Itulah sebabnya dia tiba-tiba berubah seperti ini."Bu Bella, apa yang terjadi ... ah!""Kenapa Pak Tirta tiba-tiba pingsan? Selain itu, wajahnya juga merah sekali!""Bu Bella, jangan khawatir. Aku segera telepon ambulans untuk mengantarkan Pak Tirta ke rumah sakit!"Kondisi Tirta terlihat oleh sang manajer dan beberapa pramuniaga di dalam toko. Mereka bergegas mendekat dengan panik dan merasa ketakutan melihat sekujur tubuh Tirta yang merah padam.Bahkan, bagian atas kep
Hatinya terasa seperti disayat pisau, matanya mulai memerah, dan suaranya sedikit tersendat saat bertanya kepada Bella. Terutama melihat asap putih paling pekat mengepul dari bagian celana Tirta, membuat Ayu khawatir bagian tubuhnya itu akan rusak karena terbakar!"Nggak, Bibi! Tadi Tirta terus bersamaku, dia nggak melakukan apa pun. Dia cuma minum seteguk teh, aku juga minum teh yang sama. Tapi tiba-tiba dia pingsan dan berubah jadi begini ....""Aku juga nggak tahu apa yang terjadi padanya!"Bella mencoba mengingat semua kejadian saat bersama Tirta, tetapi tetap tidak bisa memahami kenapa dia bisa tiba-tiba menjadi seperti ini."Panas sekali .... Apa mungkin dia kena racun? Tapi seharusnya nggak! Ilmu pengobatan bocah ini setara denganku. Kecuali kalau dia kehilangan indra penciuman dan perasa, baru mungkin dia diracuni ...."Saat itu, Elisa yang sedang memeriksa denyut nadi Tirta tiba-tiba merasa terkejut oleh panas tubuhnya yang luar biasa. Saking panasnya hingga jari-jarinya berge
"Bocah ini ... bahkan dalam keadaan pingsan pun tetap mesum. Benar-benar nggak menyia-nyiakan hadiah yang diberikan langit padanya ...."Setelah mengeluarkan suara lirih penuh rasa malu dan kesal, Elisa segera menoleh ke belakang, ingin memastikan apakah Tirta benar-benar tidak sadar atau hanya pura-pura. Jika Tirta sengaja menekan tubuhnya, dia pasti akan mencincangnya sampai berkeping-keping!Kalaupun tidak bisa memotongnya menjadi delapan bagian, setidaknya dia harus menguliti bocah ini!Namun, setelah diperiksa, Tirta memang benar-benar tidak sadarkan diri dan tidak sengaja melakukannya. Akhirnya, Elisa hanya bisa menerima Nasib sambil menggerutu dalam hati dan melanjutkan perjalanan."Ada apa, Dik? Apa Tirta terlalu panas? Biar kubantu bawa dia!"Ayu yang baru berjalan beberapa langkah bersama Bella untuk memimpin jalan, tiba-tiba mendengar suara lirih Elisa. Dia langsung berbalik dan hendak membantu mengangkat Tirta."Bi Elisa, aku dan Bi Ayu bantu kamu angkat saja. Kamu susah pa
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di