"Tirta! Dasar cabul! Kamu mengintipku mandi! Benar-benar nggak tahu malu!"Cuaca di bulan Juli sangat panas. Tirta Hadiraja yang mendaki gunung untuk memetik bahan obat kepanasan sehingga langsung melepaskan pakaiannya dan menyelam di sungai. Begitu muncul ke permukaan, dia malah melihat pemandangan indah di depannya!Nabila Frenaldi, putri kepala desa, tampak memaki Tirta seraya menunjuknya. Dia baru berusia 18 tahun. Melalui air sungai yang bergoyang, samar-samar terlihat sepasang buah dada yang memikat dan ....Tirta yang tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sontak terperangah di tempatnya!"Berengsek! Kalau kamu masih menatapku, akan kucungkil bola mata!" maki Nabila dengan wajah memerah sambil menutupi bagian tubuhnya yang penting.Nabila juga kepanasan. Kebetulan, sekarang liburan musim panas. Dia merasa bosan sehingga diam-diam keluar untuk berendam. Tanpa diduga, dia malah diintip oleh Tirta!"A ... aku nggak mengintipmu. Aku juga datang untuk berendam. Apa aku perlu be
"Tirta, ada apa denganmu?" tanya Ayu dengan bingung. Dia tidak tahu apa yang membuat Tirta begitu gembira."Oh, bukan apa-apa, Bibi. Ayo, kita pulang dulu," balas Tirta sambil menahan kegembiraannya dan memapah Ayu. Dia akan mencari kesempatan untuk menguji kejantanannya nanti!Ayu mengangguk, lalu berpesan dengan sungguh-sungguh, "Lain kali, kamu harus lebih berhati-hati kalau keluar memetik bahan obat. Kalau nggak ada Nabila, kita mungkin sudah nggak bisa bertemu. Cari waktu ke supermarket besok. Kita beli barang, lalu bertamu ke rumah Nabila untuk berterima kasih. Aku akan menemanimu.""Aku sudah tahu, Bi. Tenang saja." Kemudian, Tirta membatin, 'Kalau bukan karena Nabila, aku juga nggak mungkin berniat bunuh diri.'Lantaran masih merasa enggan, Tirta menggaruk kepala sambil mengeluh dengan kesal, "Bibi, aku boleh nggak pergi nggak? Wanita itu terlalu sombong.""Jangan bicara omong kosong! Dia yang menolongmu lho! Kamu seharusnya bersikap lebih ramah! Pokoknya, besok kamu harus ikut
Melati baru berusia 27 atau 28 tahun sehingga tubuhnya masih seksi seperti wanita muda lainnya. Sentuhan hangat dari tubuhnya seketika membuat Tirta merasa makin panas."Kak Melati, jangan bercanda. Gi ... gimana aku bisa membantumu? Kalau mertuamu tahu, aku bisa dihajar sampai setengah mati!" Tirta tidak pernah mengalami hal seperti ini sehingga menggeleng dengan kuat."Tirta, tenang saja. Aku nggak bakal memberi tahu siapa pun tentang ini. Cuma sekali ini. Kalau kamu menolak, aku akan memberi tahu Kak Ayu semuanya," ancam Melati lagi saat melihat Tirta masih belum bisa diajak berkompromi."Jangan ... aku akan memberikannya kepadamu." Tirta yang kebingungan akhirnya mulai melepaskan celananya.Melati tentu senang melihatnya, tetapi dia tetap menghentikan. "Jangan buru-buru, ini pertama kali untukku. Kemaluanmu besar sekali. Aku pasti kesakitan kalau dimasukkan begitu saja. Nanti Kak Ayu mendengar suaraku.""Begini saja, mertuaku lagi pergi 2 hari ini. Malam ini, kamu datang ke rumahku
"A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik."Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang."Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam."Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku ng
Namun, Tirta segera menggeleng dan tersenyum mengejek diri sendiri. Nabila baru saja berkata, jangan mencarinya kalau tidak ada urusan penting. Wanita ini hanya membantunya karena merasa kasihan, bukan karena menyukainya.Malam hari, Melati masih menunggu Tirta, tetapi Tirta sudah kehilangan minatnya. Prioritas utama untuk sekarang adalah mendapatkan sertifikat medis dan mempertahankan kliniknya.Masalahnya, banyak tulisan yang tidak Tirta pahami di buku medis. Meskipun Nabila membantunya membujuk Agus, apakah Tirta bisa mendapatkan sertifikat medis dengan ilmunya itu?Tirta yang merasa gusar akhirnya kembali ke klinik. Ayu yang mendengar suara pun berjalan ke luar dan bertanya, "Tirta, kamu sudah kembali?""Ya, Bi. Ayo, kita pulang untuk makan," sahut Tirta.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjanggut dan bergigi kuning menghampiri Tirta dan berucap, "Tirta, jangan buru-buru. Aku ingin mengobrol denganmu."Pria ini bernama Raden, dia sangat terkenal di Desa Persik. Lima tahun lalu,
"Nggak, aku nggak melihatnya ...." Tirta buru-buru mengklarifikasi bahwa dirinya tidak melakukan apa pun."Cih! Tirta, kamu nggak pernah melihat wanita, ya? Kenapa otakmu penuh dengan hal-hal kotor sih? Memalukan sekali!" hardik Nabila."Aku ... aku nggak memikirkan apa pun kok!" bantah Tirta."Hantu pun nggak percaya!" bentak Nabila sambil memelotot dengan waspada.Tirta merasa getir. Dia baru teringat bahwa dirinya menjadi begitu sensitif dengan wanita sejak memakan ular putih itu. Dengan situasi seperti ini, mana mungkin Nabila bersedia mengajarinya lagi! Dilihat dari penampilan Nabila, wanita ini jelas-jelas ingin kabur."Nabila datang, ya? Kenapa aku mendengar suaranya?" Ketika Tirta sibuk memikirkan cara untuk menahan Nabila, tiba-tiba terlihat Ayu berjalan ke luar dengan meraba-raba karena matanya buta."Oh, ya, Bi. Dia datang untuk mengajariku. Aku ingin berterima kasih padanya," sahut Tirta sembari menoleh. Berhubung ada yang lebih senior di sini, Tirta buru-buru menyatakan tu
"Kenapa ingatanmu tiba-tiba menjadi bagus sekali?" tanya Nabila dengan ekspresi tidak percaya. Tirta yang awalnya terlihat bodoh justru berhasil menguasai 500 kata dalam satu jam. Bagaimana mungkin Nabila tidak terkejut dengan pencapaian ini?"Aku memang terlahir genius," sahut Tirta dengan ekspresi angkuh. Jika terus seperti ini, bukankah berarti dia bisa menghafal 3.000 kata dalam beberapa hari ini? Itu artinya, Nabila mungkin menjadi pacarnya? Wanita ini bukan hanya cantik, tetapi juga seksi. Pasti nyaman kalau dipeluk saat tidur! Begitu memikirkan ini, ekspresi Tirta tampak berseri-seri."Hehe!" Tirta terkekeh-kekeh. Melihat ini, Nabila pun mengernyit sambil berkata, "Cih, senyumanmu cabul sekali. Pasti mulai memikirkan hal-hal kotor!""Bukan urusanmu," balas Tirta dengan santai. Kemudian, dia menambahkan, "Cepat ajari aku lagi. Mungkin saja aku berhasil menguasai 3.000 kata malam ini, lalu kamu akan menjadi pacarku!""Jangan berangan-angan secepat itu. Tapi, sekarang sudah malam s
"Aku ... aku .... Kak, begini kurang pantas ...." Tirta terbata-bata, wajahnya memerah. Siang tadi, Tirta sudah memutuskan untuk meniduri Melati. Sekarang, dia malah kehilangan nyalinya dan merasa panik. Dia takut Nabila dan Ayu tahu tentang ini."Yang penting kamu menginginkanku. Jangan bersikap munafik lagi!" sahut Melati sembari menatap Tirta dengan gembira."Kak, aku benar-benar nggak berpikiran seperti itu ...." Tirta menatap kemaluannya dengan getir. Dia menjadi mudah terangsang setelah memakan ular putih itu. Namun, siapa yang akan percaya pada omongannya ini?"Jangan berpura-pura lagi. Aku akan menjadi wanitamu mulai hari ini, nggak usah malu-malu," ujar Melati sambil tersenyum menutup mulutnya. Kemudian, dia pelan-pelan menghampiri Tirta."Kak, jangan begini." Tirta mundur hingga akhirnya terduduk di ranjang."Tirta, ini pertama kalinya untukmu, 'kan? Aku juga sama. Mainkan lebih pelan nanti," ucap Melati dengan suara menggoda.Kakak Melati memberitahunya bahwa pria akan diken
Camila memang datang untuk pamer dan membandingkan dirinya dengan Bella. Setelah tahu bahwa Tirta hanyalah seorang pria kampung rendahan, bagaimana mungkin dia melewatkan kesempatan untuk mempermalukan Bella di depan umum?Bahkan, saat mengucapkan kata-kata itu, Camila sengaja meninggikan suaranya agar semua orang di aula bisa mendengarnya."Siapa wanita itu? Cantik, tapi mulutnya terlalu tajam!""Sepertinya dia anggota Keluarga Arshad dari Provinsi Dohe.""Dia berasal dari garis keturunan yang sama dengan ibu Bella, tapi kudengar hubungannya dengan Bella nggak baik.""Itu jelas sekali. Kalau nggak, mana mungkin dia langsung menyerang Bella dengan kata-kata seperti itu begitu masuk."Bisikan mulai terdengar di aula. Bahkan, banyak orang yang mulai mengaitkan peristiwa ini dengan spekulasi yang lebih dalam."Keluarga Arshad cuma mengirim satu anggota muda dan sikapnya seperti ini. Sepertinya, keluarga dari pihak ibu Bella juga nggak mendukung pernikahan ini.""Hehe, itu sudah jelas seka
Ayu berbalik dan melihat Bella yang memakai gaun putih. Riasan wajahnya sangat sempurna. Bella benar-benar cantik.Tubuh Bella langsing, tetapi dadanya berisi. Ayu sangat kagum melihat kecantikan Bella. Wanita biasa tidak bisa menandingi aura Bella yang menonjol.Melihat Bella yang berjalan menghampiri mereka, Tirta langsung berdiri dan berseru dengan mata berbinar-binar, "Bu Bella, akhirnya kamu datang! Hari ini ... kamu cantik sekali, seperti bidadari!"Bella memutar bola matanya, lalu memandang Tirta sembari membalas, "Benaran? Jadi, maksudmu sebelumnya aku nggak seperti bidadari?"Tirta langsung menggeleng dan menyahut, "Bukan begitu maksudku, Bu Bella. Kamu sangat cantik setiap hari. Bidadari pun kalah darimu."Bella tersenyum lebar seraya menimpali, "Dasar gombal! Jangan panggil aku 'Bu Bella' lagi. Panggil namaku saja."Ayu berkata dengan ekspresi bingung, "Ternyata kamu itu Bella. Astaga, kamu cantik sekali! Kenapa kamu bisa menyukai Tirta?"Bella tertawa, lalu duduk di samping
Sebenarnya, pebisnis properti itu sangat berharap Tirta bertunangan dengan Bella. Dengan begitu, Bella tidak bisa menikah dengan konglomerat ibu kota negara. Jadi, status Keluarga Purnomo di ibu kota provinsi tidak akan meningkat.Bahkan, Keluarga Purnomo akan menjadi bahan tertawaan para pebisnis di ibu kota provinsi. Bagi pebisnis properti yang berbicara tadi, ini adalah hal yang bagus.Pebisnis properti itu adalah Sofyan, ayah Diego. Dia adalah Kepala Keluarga Bazan. Mereka adalah keluarga terbesar kedua setelah Keluarga Purnomo di ibu kota provinsi.Tentu saja, Sofyan cukup berpengaruh. Setelah mendengar ucapannya, para pengagum Bella tidak bersuara lagi.Mereka langsung duduk dan menunggu Bella keluar untuk meminta penjelasan kepadanya. Beberapa dari mereka menatap Tirta dengan sinis. Salah satunya berujar, "Cepat kirim pesan kepada Diego dan beri tahu dia tentang pecundang ini ...."Sementara itu, Diego yang menaiki taksi untuk datang ke kediaman Keluarga Purnomo merasa gusar set
Para pengagum Bella lanjut menyindir Tirta."Orang kampungan ini nggak mungkin bisa menandingi mereka semua!""Bisa-bisanya Pak Darwan mengizinkan Bella yang begitu sempurna tunangan dengan orang seperti ini.""Sayang sekali kalau Bella tunangan dengan orang rendahan begini! Bukannya ini sama saja dengan mencelakai Bella?""Pak Darwan, sebenarnya apa kelebihan pria kampungan ini?"Jika Bella tunangan dengan konglomerat dari ibu kota negara, mereka bisa terima. Bagaimanapun, mereka tidak bisa menandingi konglomerat dari ibu kota negara.Namun, Tirta hanya seorang pecundang dari desa. Dibandingkan dengan pria kaya dari ibu kota provinsi, Tirta tidak ada apa-apanya. Atas dasar apa Tirta tunangan dengan Bella? Sangat disayangkan jika wanita sempurna seperti Bella dipasangkan dengan Tirta.Seorang pengagum Bella yang bernama Wirya maju. Dia adalah putra Keluarga Liman yang kaya raya di ibu kota provinsi. Wirya yang cemburu mengancam Tirta, "Hei, apa pun cara yang kamu gunakan untuk memperda
Setelah melontarkan sindiran, para tamu tertawa terbahak-bahak. Mereka menganggap Tirta yang berpenampilan biasa sebagai bahan lelucon. Kalau bukan Darwan yang membawa Tirta masuk, mungkin mereka sudah mengusir Tirta.Ayu berucap, "Tirta, kalau tahu banyak orang kaya menghadiri acara ini, seharusnya aku bawa kamu beli baju dulu sebelum datang. Kalau kamu berpakaian rapi, mereka pasti nggak akan mentertawakanmu."Meskipun Ayu merasa kesal dan ingin mengkritik para tamu, dia lebih khawatir Tirta bersedih. Tirta memang merasa tidak senang, tetapi dia tetap tersenyum kepada Ayu dan menanggapi, "Nggak apa-apa, Bibi. Biarkan mereka mentertawakanku. Bagaimanapun, aku dan Bu Bella tetap akan tunangan."Tirta menambahkan, "Selain itu, kita nggak melakukan kesalahan apa pun. Nggak usah pedulikan omongan mereka."Mendengar ucapan Tirta, Darwan makin mengaguminya. Kemudian, dia menyipitkan matanya dan menegur para tamu, "Ini acara penting, aku nggak mungkin menjadikan reputasi putriku sebagai baha
Bahkan, lampu di luar juga dihiasi dengan giok. Semua barang-barang ini menunjukkan kekayaan Keluarga Purnomo yang luar biasa.Kala ini, perasaan Ayu campur aduk. Awalnya, dia mendengar Tirta mengatakan Bella adalah putri konglomerat di ibu kota provinsi.Sebelumnya, Ayu tidak tahu jelas bagaimana kehidupan putri konglomerat. Dia hanya menganggap mereka mempunyai banyak uang.Setelah melihat vila Keluarga Purnomo dan Darwan yang berwibawa, Ayu baru tahu ternyata Keluarga Purnomo memiliki kekayaan yang luar biasa! Orang biasa tidak mungkin bisa mencapai posisi yang telah dicapai Keluarga Purnomo.Tirta adalah anak yatim piatu yang tidak mempunyai sokongan hebat. Dia benar-benar beruntung bisa disukai putri konglomerat seperti Bella dan bertunangan dengannya. Orang biasa tidak mungkin mendapatkan kesempatan seperti ini.Namun, Tirta malah mendapatkannya. Bahkan, Kepala Keluarga Purnomo juga bersikap sungkan kepada Tirta, bukan meremehkannya.Ayu memandangi Tirta sambil membatin, 'Tirta s
Saat Fakhri membawa Tirta dan Ayu masuk ke vila Keluarga Purnomo, seorang bawahan berlari ke aula yang paling luas dan mewah. Dia menghampiri Darwan yang sedang berbincang dengan para tokoh hebat.Bawahan itu melapor, "Pak Darwan, Pak Fakhri sudah membawa Pak Tirta dan Bu Ayu masuk. Apa kamu mau menyambut mereka?"Darwan mengangguk dan menimpali, "Mereka sudah sampai? Oke, aku ke sana sekarang."Darwan berkata kepada para tamu, "Maaf, aku harus pergi sebentar. Aku mau menyambut 2 tamu yang sangat penting. Aku akan segera kembali."Selesai bicara, Darwan merapikan pakaiannya. Dia membawa anggota Keluarga Purnomo untuk menyambut Tirta dan Ayu.Respons Darwan dan anggota Keluarga Purnomo membuat para tamu terkejut. Hal ini karena mereka tidak pernah melihat Darwan begitu menghormati seseorang. Jadi, para tamu langsung berkomentar begitu Darwan dan lainnya pergi."Apa kehebatan tunangan Bu Bella?""Bahkan, Kepala Keluarga Purnomo merendahkan dirinya untuk menyambut pria itu.""Aku nggak ta
"Bella nggak pantas rebutan denganmu," tegas Simon sambil menepuk tangan Camila. Dengan kemampuannya, Simon bisa melakukan hal ini dengan mudah."Terima kasih, Simon. Aku ini wanita yang paling bahagia di dunia karena bisa bersamamu," balas Camila dengan ekspresi gembira. Dia bersandar di bahu Simon.Camila membatin, 'Bella, sekarang Simon ini pacarku. Apa kamu bisa menandingiku? Nantinya kamu akan kupermalukan! Sudah saatnya aku membuat perhitungan atas penderitaan yang kualami selama ini.'....Setelah mobil Simon melaju pergi, Diego menghela napas dan bergumam, "Sialan! Ternyata dia itu cucu kandung Pak Yahsva, untung saja dia meremehkanku. Kalau nggak, aku bukan cuma celakai diri sendiri. Tapi, aku akan mencelakai Keluarga Bazan."Diego melanjutkan, "Ternyata wanita di samping Simon itu saudara sepupu Bella. Sepertinya dia mau membawa Simon untuk mempermalukan Bella. Kalau Simon bisa menakuti tunangan Bella, mungkin aku punya kesempatan untuk mengejar Bella. Aku harus segera pergi
Mendengar ucapan Simon, Diego sama sekali tidak takut. Dia malah menghina Simon, "Apa? Orang sepertimu mau melenyapkan Keluarga Bazan? Bahkan, Keluarga Purnomo yang paling berkuasa di ibu kota provinsi juga nggak berani bicara seperti itu!"Diego melanjutkan, "Kamu memang pandai membual! Kamu lagi mimpi, ya? Apa perlu aku bangunkan kamu?"Camila tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia langsung membeberkan identitas Simon. Camila berbicara dengan Diego dengan ekspresi sinis, "Orang kampungan, Simon itu cucu kandung sesepuh dalam dunia pemerintahan, Yahsva Unais! Dia itu penerus dan calon pemimpin Keluarga Unais!"Camila menambahkan, "Keluarga Bazan yang kamu banggakan itu nggak ada apa-apanya bagi Simon. Kalau kamu berani macam-macam lagi, Keluarga Bazan akan didepak dari ibu kota provinsi!""Apa? Dia itu cucu kandung Pak Yahsva? Nggak mungkin! Jangan kira kalian bisa takut-takuti aku!" timpal Diego.Diego menegaskan, "Aku nggak percaya dia itu Simon Unais! Pak Simon tinggal di ibu kota n