Sebagian besar tamu yang hadir tidak tahu bahwa sebelumnya ada konflik antara Diego dan Tirta. Ketika melihat Diego maju dan memarahi Tirta di depan umum, mereka mengira dia ingin menyenangkan hati Simon.Menyadari hal ini, beberapa tuan muda yang tidak menyukai Tirta dan ingin mengambil hati Simon pun ikut maju dan memarahi Tirta."Pak Diego benar! Untuk membereskan anjing kampung ini, Pak Simon nggak perlu turun tangan sendiri.""Kalau kamu nggak ingin mati, sebaiknya segera minta maaf kepada Pak Simon dan Bu Camila!""Kalau nggak, kami saja sudah cukup untuk memastikan kamu akan mati di sini hari ini!"Di antara mereka, Wirya yang paling berani. Dia bahkan berjalan mendekati Tirta dan mencoba mencengkeram kerah bajunya sambil mengancam, "Kamu nggak dengar itu? Cepat berlutut dan minta maaf!""Kamu benaran berpikir Keluarga Purnomo akan melawan Keluarga Unais demi melindungimu? Jangan mimpi, dasar bodoh!""Dalam situasi seperti ini, Pak Darwan cuma nggak ingin mempermalukan keluargan
Suasana di tempat menjadi kacau. Bahkan, para tokoh senior yang terhormat pun tampak tergoda. Jika bukan karena menjaga harga diri, mereka mungkin sudah ikut merebut peluang ini.Dalam situasi seperti ini, Darwan tetap tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mengabaikan Tirta. Dia mengabaikan kekacauan di tempat itu dan menenangkan Tirta."Tirta, selama Paman ada di sini, aku nggak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu. Jangan khawatir."Kata-kata Darwan membuat hati Tirta terasa hangat. Banyak yang mengatakan bahwa pebisnis hanya peduli pada keuntungan, tetapi Tirta merasa pernyataan itu tidak berlaku untuk Darwan.Darwan tulus ingin melihat Tirta bersama Bella, melihat mereka hidup dengan aman dan damai."Paman, aku nggak merasa telah melakukan kesalahan." Tirta berbicara dengan penuh keyakinan, "Masalah ini pada dasarnya dimulai karena wanita itu yang memanfaatkan identitasnya sebagai pacar Simon untuk menghina dan merendahkan Bu Bella.""Kalau aku diberikan kesempatan untuk memutar wak
"Siapa sebenarnya orang yang disebut oleh Kepala Keluarga dan Bella?""Entahlah ...."Mendengar itu, para generasi muda Keluarga Purnomo merasa sangat penasaran."Orang yang pernah disambut oleh pemimpin negara sebelumnya .... Aku ingat! Itu pasti beliau! Serius? Beliau ternyata masih hidup?" Seorang anggota Keluarga Purnomo yang tua tampak teringat sesuatu dan berseru kaget."Kakek Ketiga, siapa sebenarnya orang tua yang dimaksud itu?" Generasi muda Keluarga Purnomo segera bertanya dengan penasaran."Diam! Identitas beliau adalah rahasia! Nggak boleh sembarangan dibocorkan! Yang perlu kalian tahu cuma satu, selama beliau masih hidup, Simon nggak akan bisa menyentuh Keluarga Purnomo!" sahut seorang pria tua dengan serius."Huh, makanya jangan membual. Pada akhirnya, kamu tetap harus mengandalkan Keluarga Purnomo untuk menyelesaikan masalah ini!""Kalau lain kali masih ada situasi seperti ini, belajarlah untuk menjadi lebih rendah hati! Meskipun Kepala Keluarga sangat menyukaimu dan mel
Hati Tirta penuh dengan rasa haru. Dia baru saja akan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba masuk sekelompok orang!Di depan rombongan itu adalah Chandra, ayah dari Resnu dan gubernur Provinsi Narta."Haha. Tirta, Pak Darwan, maaf aku terlambat karena ada urusan di jalan. Aku hampir melewatkan pesta pertunangan Tirta dan putri kesayangan Pak Darwan!""Aku telah menyiapkan hadiah sebesar 6 triliun serta tiga bidang tanah di pusat kota yang masing-masing bernilai triliunan sebagai permohonan maaf! Semoga kalian memaklumiku!"Chandra melangkah masuk ke aula dengan senyuman lebar. Sambil melambaikan tangan, dia memerintahkan Budi yang berada di samping untuk menyerahkan cek 6 triliun dan kontrak 3 bidang tanah kepada Darwan.Saat ini, Darwan hendak bernegosiasi dengan Simon untuk berdamai. Namun, karena kedatangan Chandra yang mendadak, dia belum sempat berbicara dan memutuskan untuk menunda pembicaraan itu."Pak Chandra, aku tahu kamu sangat sibuk setiap harinya. Aku se
"Pak Simon apanya? Kenapa dia mau membereskan Tirta dan melawan Keluarga Purnomo?" tanya Chandra seraya mengernyit.Chandra menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan hadiah. Setelah datang ke kediaman Keluarga Purnomo, dia juga tidak mendengar orang lain mengungkit masalah ini. Tentu saja, Chandra kebingungan.Diego melipat kedua tangannya di dada dan menakut-nakuti Chandra, "Masa Pak Chandra nggak tahu Keluarga Unais dari ibu kota negara? Pak Simon itu cucu kandung sesepuh di dunia pemerintahan!"Diego melanjutkan, "Pria kampungan ini memukul pacar Pak Simon di depan umum! Bahkan, dia bilang Pak Simon akan menyesali perbuatannya hari ini! Pak Darwan malah berniat melawan Pak Simon dan melindungi pria kampungan ini."Diego menambahkan, "Pak Simon itu tokoh hebat! Mana mungkin dia terima diremehkan seperti ini? Pak Chandra, kami sarankan kamu cepat putus hubungan dengan Keluarga Purnomo dan pria kampungan ini! Kalau nggak, Pak Chandra juga akan terlibat masalah!"Sofyan ingin mendekatk
"Tirta! Dasar cabul! Kamu mengintipku mandi! Benar-benar nggak tahu malu!"Cuaca di bulan Juli sangat panas. Tirta Hadiraja yang mendaki gunung untuk memetik bahan obat kepanasan sehingga langsung melepaskan pakaiannya dan menyelam di sungai. Begitu muncul ke permukaan, dia malah melihat pemandangan indah di depannya!Nabila Frenaldi, putri kepala desa, tampak memaki Tirta seraya menunjuknya. Dia baru berusia 18 tahun. Melalui air sungai yang bergoyang, samar-samar terlihat sepasang buah dada yang memikat dan ....Tirta yang tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sontak terperangah di tempatnya!"Berengsek! Kalau kamu masih menatapku, akan kucungkil bola mata!" maki Nabila dengan wajah memerah sambil menutupi bagian tubuhnya yang penting.Nabila juga kepanasan. Kebetulan, sekarang liburan musim panas. Dia merasa bosan sehingga diam-diam keluar untuk berendam. Tanpa diduga, dia malah diintip oleh Tirta!"A ... aku nggak mengintipmu. Aku juga datang untuk berendam. Apa aku perlu be
"Tirta, ada apa denganmu?" tanya Ayu dengan bingung. Dia tidak tahu apa yang membuat Tirta begitu gembira."Oh, bukan apa-apa, Bibi. Ayo, kita pulang dulu," balas Tirta sambil menahan kegembiraannya dan memapah Ayu. Dia akan mencari kesempatan untuk menguji kejantanannya nanti!Ayu mengangguk, lalu berpesan dengan sungguh-sungguh, "Lain kali, kamu harus lebih berhati-hati kalau keluar memetik bahan obat. Kalau nggak ada Nabila, kita mungkin sudah nggak bisa bertemu. Cari waktu ke supermarket besok. Kita beli barang, lalu bertamu ke rumah Nabila untuk berterima kasih. Aku akan menemanimu.""Aku sudah tahu, Bi. Tenang saja." Kemudian, Tirta membatin, 'Kalau bukan karena Nabila, aku juga nggak mungkin berniat bunuh diri.'Lantaran masih merasa enggan, Tirta menggaruk kepala sambil mengeluh dengan kesal, "Bibi, aku boleh nggak pergi nggak? Wanita itu terlalu sombong.""Jangan bicara omong kosong! Dia yang menolongmu lho! Kamu seharusnya bersikap lebih ramah! Pokoknya, besok kamu harus ikut
Melati baru berusia 27 atau 28 tahun sehingga tubuhnya masih seksi seperti wanita muda lainnya. Sentuhan hangat dari tubuhnya seketika membuat Tirta merasa makin panas."Kak Melati, jangan bercanda. Gi ... gimana aku bisa membantumu? Kalau mertuamu tahu, aku bisa dihajar sampai setengah mati!" Tirta tidak pernah mengalami hal seperti ini sehingga menggeleng dengan kuat."Tirta, tenang saja. Aku nggak bakal memberi tahu siapa pun tentang ini. Cuma sekali ini. Kalau kamu menolak, aku akan memberi tahu Kak Ayu semuanya," ancam Melati lagi saat melihat Tirta masih belum bisa diajak berkompromi."Jangan ... aku akan memberikannya kepadamu." Tirta yang kebingungan akhirnya mulai melepaskan celananya.Melati tentu senang melihatnya, tetapi dia tetap menghentikan. "Jangan buru-buru, ini pertama kali untukku. Kemaluanmu besar sekali. Aku pasti kesakitan kalau dimasukkan begitu saja. Nanti Kak Ayu mendengar suaraku.""Begini saja, mertuaku lagi pergi 2 hari ini. Malam ini, kamu datang ke rumahku
"Pak Simon apanya? Kenapa dia mau membereskan Tirta dan melawan Keluarga Purnomo?" tanya Chandra seraya mengernyit.Chandra menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan hadiah. Setelah datang ke kediaman Keluarga Purnomo, dia juga tidak mendengar orang lain mengungkit masalah ini. Tentu saja, Chandra kebingungan.Diego melipat kedua tangannya di dada dan menakut-nakuti Chandra, "Masa Pak Chandra nggak tahu Keluarga Unais dari ibu kota negara? Pak Simon itu cucu kandung sesepuh di dunia pemerintahan!"Diego melanjutkan, "Pria kampungan ini memukul pacar Pak Simon di depan umum! Bahkan, dia bilang Pak Simon akan menyesali perbuatannya hari ini! Pak Darwan malah berniat melawan Pak Simon dan melindungi pria kampungan ini."Diego menambahkan, "Pak Simon itu tokoh hebat! Mana mungkin dia terima diremehkan seperti ini? Pak Chandra, kami sarankan kamu cepat putus hubungan dengan Keluarga Purnomo dan pria kampungan ini! Kalau nggak, Pak Chandra juga akan terlibat masalah!"Sofyan ingin mendekatk
Hati Tirta penuh dengan rasa haru. Dia baru saja akan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba masuk sekelompok orang!Di depan rombongan itu adalah Chandra, ayah dari Resnu dan gubernur Provinsi Narta."Haha. Tirta, Pak Darwan, maaf aku terlambat karena ada urusan di jalan. Aku hampir melewatkan pesta pertunangan Tirta dan putri kesayangan Pak Darwan!""Aku telah menyiapkan hadiah sebesar 6 triliun serta tiga bidang tanah di pusat kota yang masing-masing bernilai triliunan sebagai permohonan maaf! Semoga kalian memaklumiku!"Chandra melangkah masuk ke aula dengan senyuman lebar. Sambil melambaikan tangan, dia memerintahkan Budi yang berada di samping untuk menyerahkan cek 6 triliun dan kontrak 3 bidang tanah kepada Darwan.Saat ini, Darwan hendak bernegosiasi dengan Simon untuk berdamai. Namun, karena kedatangan Chandra yang mendadak, dia belum sempat berbicara dan memutuskan untuk menunda pembicaraan itu."Pak Chandra, aku tahu kamu sangat sibuk setiap harinya. Aku se
"Siapa sebenarnya orang yang disebut oleh Kepala Keluarga dan Bella?""Entahlah ...."Mendengar itu, para generasi muda Keluarga Purnomo merasa sangat penasaran."Orang yang pernah disambut oleh pemimpin negara sebelumnya .... Aku ingat! Itu pasti beliau! Serius? Beliau ternyata masih hidup?" Seorang anggota Keluarga Purnomo yang tua tampak teringat sesuatu dan berseru kaget."Kakek Ketiga, siapa sebenarnya orang tua yang dimaksud itu?" Generasi muda Keluarga Purnomo segera bertanya dengan penasaran."Diam! Identitas beliau adalah rahasia! Nggak boleh sembarangan dibocorkan! Yang perlu kalian tahu cuma satu, selama beliau masih hidup, Simon nggak akan bisa menyentuh Keluarga Purnomo!" sahut seorang pria tua dengan serius."Huh, makanya jangan membual. Pada akhirnya, kamu tetap harus mengandalkan Keluarga Purnomo untuk menyelesaikan masalah ini!""Kalau lain kali masih ada situasi seperti ini, belajarlah untuk menjadi lebih rendah hati! Meskipun Kepala Keluarga sangat menyukaimu dan mel
Suasana di tempat menjadi kacau. Bahkan, para tokoh senior yang terhormat pun tampak tergoda. Jika bukan karena menjaga harga diri, mereka mungkin sudah ikut merebut peluang ini.Dalam situasi seperti ini, Darwan tetap tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mengabaikan Tirta. Dia mengabaikan kekacauan di tempat itu dan menenangkan Tirta."Tirta, selama Paman ada di sini, aku nggak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu. Jangan khawatir."Kata-kata Darwan membuat hati Tirta terasa hangat. Banyak yang mengatakan bahwa pebisnis hanya peduli pada keuntungan, tetapi Tirta merasa pernyataan itu tidak berlaku untuk Darwan.Darwan tulus ingin melihat Tirta bersama Bella, melihat mereka hidup dengan aman dan damai."Paman, aku nggak merasa telah melakukan kesalahan." Tirta berbicara dengan penuh keyakinan, "Masalah ini pada dasarnya dimulai karena wanita itu yang memanfaatkan identitasnya sebagai pacar Simon untuk menghina dan merendahkan Bu Bella.""Kalau aku diberikan kesempatan untuk memutar wak
Sebagian besar tamu yang hadir tidak tahu bahwa sebelumnya ada konflik antara Diego dan Tirta. Ketika melihat Diego maju dan memarahi Tirta di depan umum, mereka mengira dia ingin menyenangkan hati Simon.Menyadari hal ini, beberapa tuan muda yang tidak menyukai Tirta dan ingin mengambil hati Simon pun ikut maju dan memarahi Tirta."Pak Diego benar! Untuk membereskan anjing kampung ini, Pak Simon nggak perlu turun tangan sendiri.""Kalau kamu nggak ingin mati, sebaiknya segera minta maaf kepada Pak Simon dan Bu Camila!""Kalau nggak, kami saja sudah cukup untuk memastikan kamu akan mati di sini hari ini!"Di antara mereka, Wirya yang paling berani. Dia bahkan berjalan mendekati Tirta dan mencoba mencengkeram kerah bajunya sambil mengancam, "Kamu nggak dengar itu? Cepat berlutut dan minta maaf!""Kamu benaran berpikir Keluarga Purnomo akan melawan Keluarga Unais demi melindungimu? Jangan mimpi, dasar bodoh!""Dalam situasi seperti ini, Pak Darwan cuma nggak ingin mempermalukan keluargan
"Aku bukan ingin menjadi musuhmu. Aku cuma merasa ini hanya masalah kecil dan kamu nggak perlu terlalu mempersoalkannya," sahut Darwan dengan tenang."Masalah kecil? Pak Darwan, Anda benar-benar pintar bercanda! Wanitaku dipermalukan di depan umum dan kamu menyebutnya masalah kecil?""Walaupun kejadian ini memang dimulai oleh Camila dan aku akui dia bertindak berlebihan, dia tetap pacarku yang suatu hari nanti akan menjadi bagian dari Keluarga Unais.""Bukan cuma anjing kampung ini, bahkan kamu juga nggak berhak menyentuhnya. Jangan salahkan aku kalau aku mengingatkanmu. Aku akan memberi anjing kampung pelajaran. Kalau kamu berani menghalangi, Keluarga Purnomo harus menanggung akibatnya!" ancam Simon dengan ekspresi dingin."Pak Darwan ... sebaiknya kita nggak ikut campur masalah ini ....""Pikirkan matang-matang. Kamu harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak!"Beberapa anggota inti Keluarga Purnomo segera maju dan membujuk agar Darwan tidak lagi melindungi Tirta setelah melihat
"Wah, anjing kampung sepertimu ingin membuatku minta maaf dan mengakui kesalahan? Coba katakan, apa aku melakukan sesuatu yang salah?""Sekalipun aku salah, menurutmu anjing kampung sepertimu punya hak apa untuk memaksaku meminta maaf?""Semua orang di Keluarga Purnomo saja nggak berani bersuara, tapi kamu malah maju. Kamu ini benaran merasa dirimu hebat ya?"Camila yang sedang menikmati pujian dari para pengusaha besar dan kemenangan telaknya atas Bella, langsung melangkah maju dari kerumunan saat mendengar ucapan Tirta. Dia menatap Tirta dengan tatapan merendahkan sambil mencibir sinis."Aku nggak merasa aku hebat, aku hanya merasa sikap sombongmu itu sangat menjijikkan! Kamu perlu diajari dengan baik."Tirta menyeringai dingin, lalu sontak melayangkan dua tamparan keras ke wajah Camila. Wajahnya yang semula cantik langsung bengkak dan merah."Tirta, kamu ...!" Bella tidak menyangka Tirta akan bertindak kasar seperti itu demi membelanya! Hatinya terharu, tetapi di saat yang sama dia
Pada saat yang sama, Camila terus menyombongkan diri kepada Bella dengan angkuh!"Wow ... ternyata dia cucu langsung dari salah satu pendiri negara!""Pantas saja junior dari Keluarga Arshad ini berani bicara sembarangan di acara Keluarga Purnomo. Ternyata karena pacarnya cucu pendiri negara!""Keluarga Purnomo memang besar. Tapi kalau dibandingkan dengan orang-orang di level seperti itu, mereka masih kalah ....""Lagi pula, dia pacar Pak Simon. Tentu saja dia punya modal untuk bersikap arogan."Setelah mengetahui identitas Simon dari Camila, para tokoh besar yang hadir di acara itu tercengang. Sesaat kemudian, semua perhatian dan pembicaraan yang tadinya terfokus pada Tirta dan Bella mulai beralih kepada Camila dan Simon."Pak Simon, kamu dan Bu Camila serasi sekali. Aku presdir dari perusahaan farmasi besar. Setelah acara ini selesai, apa aku boleh mengundangmu untuk makan bersama?""Pak Simon, Bu Camila, aku punya perusahaan properti. Apa aku punya kesempatan mengundang kalian ke ru
Camila memang datang untuk pamer dan membandingkan dirinya dengan Bella. Setelah tahu bahwa Tirta hanyalah seorang pria kampung rendahan, bagaimana mungkin dia melewatkan kesempatan untuk mempermalukan Bella di depan umum?Bahkan, saat mengucapkan kata-kata itu, Camila sengaja meninggikan suaranya agar semua orang di aula bisa mendengarnya."Siapa wanita itu? Cantik, tapi mulutnya terlalu tajam!""Sepertinya dia anggota Keluarga Arshad dari Provinsi Dohe.""Dia berasal dari garis keturunan yang sama dengan ibu Bella, tapi kudengar hubungannya dengan Bella nggak baik.""Itu jelas sekali. Kalau nggak, mana mungkin dia langsung menyerang Bella dengan kata-kata seperti itu begitu masuk."Bisikan mulai terdengar di aula. Bahkan, banyak orang yang mulai mengaitkan peristiwa ini dengan spekulasi yang lebih dalam."Keluarga Arshad cuma mengirim satu anggota muda dan sikapnya seperti ini. Sepertinya, keluarga dari pihak ibu Bella juga nggak mendukung pernikahan ini.""Hehe, itu sudah jelas seka