Perjalanan Arka menuju artefak kedua penuh dengan tantangan yang tidak terduga. Setelah mengalahkan pasukan bayangan Darian dan menemukan kekuatan dalam dirinya, ia kini tahu bahwa ancaman yang harus dihadapinya jauh lebih besar dari apa yang pernah ia bayangkan. Dalam pencariannya, Arka bertemu dengan seorang wanita prajurit bernama Lira yang, seperti dirinya, tengah berjuang untuk mencari artefak kuno yang telah tersebar di dunia.
Lira pertama kali muncul di sebuah kota kecil di pinggir gurun, di mana Arka tiba setelah menempuh perjalanan panjang. Pada awalnya, Arka merasa ragu untuk berinteraksi dengannya, karena ia tahu Lira bukanlah sosok yang mudah untuk dipercaya. Namun, setelah melalui serangkaian pertemuan yang tidak direncanakan, dan menyaksikan kehebatan Lira dalam bertarung, Arka akhirnya mulai melihat bahwa mereka bisa menjadi sekutu yang kuat.
Lira adalah seorang ahli pedang, dengan keterampilan yang luar biasa. Setiap gerakan pedangnya adalah perpaduan antara kelincahan dan kekuatan yang membuat lawan-lawannya terkejut. Meskipun keras kepala dan kadang terlihat dingin, Arka bisa merasakan sesuatu yang lebih dalam pada diri Lira. Ada luka di hatinya yang belum sembuh, dan Arka tahu bahwa dibalik ketangguhannya, Lira menyimpan cerita yang belum ia ungkapkan.
Suatu malam, saat mereka beristirahat di sebuah gua yang terlindung dari badai pasir, Lira akhirnya menceritakan kisah hidupnya yang pahit. “Pasukan Darian menghancurkan keluargaku,” katanya dengan suara yang tergetar, meskipun ia berusaha keras untuk menahan emosi. “Ayahku, seorang pemimpin desa, menentang Darian. Mereka membunuhnya dan memusnahkan seluruh desaku. Ibuku dan adikku juga... tak ada yang selamat.”
Mendengar cerita itu, Arka merasakan suatu ikatan yang kuat antara dirinya dan Lira. Ia tahu apa rasanya kehilangan orang yang kita cintai, dan betapa kerasnya dunia ini bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Lira, yang selama ini tampak seperti seorang prajurit yang tak terkalahkan, ternyata telah melalui banyak penderitaan. Dalam diam, Arka berjanji pada dirinya sendiri untuk melawan Darian demi orang-orang seperti Lira, yang tak hanya kehilangan orang yang mereka cintai, tetapi juga dunia yang mereka kenal.
Seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka semakin tumbuh. Mereka mulai saling berbagi pengalaman, berlatih bersama, dan menjadi lebih dari sekadar sekutu. Lira mengajarkan Arka cara menggunakan pedang dengan lebih efisien dan bagaimana menghadapi musuh dengan ketenangan. “Kekuatan bukan hanya tentang serangan,” kata Lira. “Tetapi tentang tahu kapan harus bertahan dan kapan harus menyerang. Terkadang, yang terpenting dalam pertempuran adalah menjaga ketenangan hati.”
Namun, dalam perjalanan mereka menuju artefak kedua, sebuah dilema besar datang menghadang. Ketika mereka melewati sebuah desa yang terletak di tengah jalan mereka, mereka melihat asap tebal yang membumbung tinggi di udara. Desa itu sedang diserang oleh pasukan Darian, yang tampaknya telah menemukan jejak mereka. Arka dan Lira tahu bahwa jika mereka tidak segera bertindak, seluruh desa bisa musnah. Tetapi, mereka juga menyadari bahwa waktu mereka terbatas, dan pencarian artefak kedua semakin mendesak.
Arka mengingatkan Lira bahwa mereka harus terus maju, karena Darian pasti akan mengirim lebih banyak pasukan untuk mengejar mereka jika mereka tertinggal lebih lama. Namun, Lira menatap Arka dengan tatapan yang tajam dan penuh keyakinan. “Kita tidak bisa mengabaikan orang-orang ini. Mereka tak bersalah,” katanya dengan suara yang penuh tekad. “Jika kita terus berjalan, kita akan meninggalkan mereka untuk mati, dan itu bukan pilihan yang bisa aku terima.”
Arka merasa terombang-ambing antara tanggung jawabnya untuk melanjutkan pencarian dan kewajiban moralnya untuk membantu orang-orang yang sedang membutuhkan. Setelah berdiskusi panjang, mereka akhirnya memutuskan untuk melindungi desa itu, meskipun ini berarti mengorbankan waktu mereka untuk menemukan artefak kedua.
Malam itu, di bawah cahaya bulan yang redup, mereka bertempur dengan gagah berani. Arka dan Lira bekerja sama dengan sempurna, memimpin penduduk desa dalam perlawanan melawan pasukan Darian. Lira dengan pedangnya yang mematikan, menghalau setiap serangan, sementara Arka menggunakan kekuatan spiritualnya untuk melindungi mereka yang lemah. Kekuatan kebersamaan yang mereka bangun terasa nyata—mereka saling melengkapi dan memberi semangat satu sama lain.
Setelah pertempuran sengit yang berlangsung sepanjang malam, akhirnya mereka berhasil mengalahkan pasukan Darian yang menyerang desa. Meski kelelahan, Arka dan Lira merasa lega karena mereka telah menyelamatkan banyak nyawa. Desa itu tetap berdiri, dan penduduknya berterima kasih kepada mereka atas keberanian mereka.
Kemenangan di desa itu membawa Arka dan Lira lebih dekat satu sama lain. Mereka tidak hanya sekadar sekutu, tetapi juga sahabat sejati yang saling mengandalkan. Arka mulai menyadari bahwa kekuatan sejati bukan hanya datang dari artefak atau kemampuan fisik semata, tetapi dari hati yang tulus dan ikatan yang terbentuk di tengah perjalanan. Persahabatan mereka, dengan segala pengorbanannya, telah mengajarkan Arka bahwa meskipun dunia penuh dengan bahaya dan kesulitan, kebersamaan dan pengorbanan adalah sumber kekuatan yang tak ternilai.
Dengan hati yang lebih ringan dan semangat yang lebih kuat, Arka dan Lira melanjutkan perjalanan mereka menuju artefak kedua. Namun, meskipun mereka telah menyelamatkan desa, Arka tahu bahwa bahaya yang lebih besar masih menanti mereka. Darian tidak akan tinggal diam, dan pencarian mereka baru saja dimulai. Tetapi sekarang, lebih dari sebelumnya, Arka merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang, karena ia tahu bahwa tidak ada perjalanan yang harus ditempuh seorang diri.
Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, Arka dan Lira akhirnya tiba di sebuah gua yang tersembunyi di dasar sebuah gunung tinggi, tempat di mana artefak terakhir diyakini disembunyikan. Gua itu gelap dan sunyi, dengan udara yang berat dan penuh dengan aura misterius. Namun, Arka dan Lira tahu bahwa mereka sudah sangat dekat dengan tujuan mereka. Hanya satu artefak lagi yang harus ditemukan, dan dunia akan bergantung pada keberhasilan mereka.Namun, begitu mereka memasuki gua itu, mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Udara terasa semakin berat, dan tanah di bawah kaki mereka tampak bergetar seolah mengandung kekuatan yang mengancam. Mereka mendengar suara tawa yang dalam dan menggema dari kedalaman gua, suara yang mengenalinya dengan jelas—suara Darian.Ternyata, Darian tidak hanya mengetahui keberadaan mereka, tetapi juga telah menyiapkan perangkap yang sangat jitu. Dalam pencarian untuk menguasai artefak-artefak kuno, Darian telah mengumpulkan kekuatan ge
Dengan terjatuhnya Darian dan dunia yang diselamatkan dari kegelapan, Arka merasa sebuah beban berat di pundaknya perlahan menghilang. Kemenangan itu, meskipun manis, tidak sepenuhnya memberikan ketenangan yang ia harapkan. Dunia telah berubah, dan Arka tahu bahwa meskipun satu ancaman besar telah dikalahkan, banyak bahaya lain yang masih mengintai di luar sana. Kekuatan yang ia miliki—yang ia temukan melalui perjuangannya—adalah sesuatu yang lebih besar dari apa yang bisa ia pahami sebelumnya. Namun, ia menyadari bahwa tugasnya belum selesai.Arka kembali ke Desa Mandala, desa yang telah membesarkannya, dengan perasaan campur aduk. Orang-orang di desa menyambutnya dengan sukacita, penuh rasa terima kasih atas apa yang telah ia lakukan. Namun, Arka tidak merasa sepenuhnya seperti pahlawan. Ia merasakan bahwa meskipun dunia di sekitarnya telah diselamatkan, dirinya sendiri masih berada dalam perjalanan yang belum selesai. Takdir yang dijanjikan kepadanya—sebagai penjaga keseim
Kehidupan di Desa Mandala, yang sempat tenang setelah kekalahan Darian, kembali dihantui oleh kegelisahan. Arka dan Lira telah melalui banyak hal—pertempuran besar, penemuan kekuatan luar biasa dalam diri mereka, dan mengalahkan seorang penyihir gelap yang mengancam keseimbangan dunia. Namun, kedamaian itu tak berlangsung lama. Meski Darian telah terjatuh, sebuah ancaman baru mulai muncul, lebih besar dan lebih mengerikan daripada apa yang pernah mereka hadapi sebelumnya.Di pasar desa, desas-desus tentang sebuah entitas kuno yang disebut Penguasa Alam mulai terdengar. Beberapa orang mengatakan bahwa ia adalah makhluk yang tak terhingga usianya, yang mampu mengendalikan elemen-elemen dasar alam: api, air, tanah, dan udara. Ada yang mengklaim bahwa ia adalah penjaga keseimbangan dunia yang sebenarnya, seorang entitas yang hidup di luar batas-batas dimensi yang diketahui manusia, mengamati dan menjaga dunia dari kerusakan yang disebabkan oleh kelahiran dan keserakahan
Setelah merenungkan kata-kata Sira, Arka dan Lira akhirnya memutuskan untuk menemui Penguasa Alam secara langsung. Mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang penuh resiko, tetapi mereka tidak bisa mundur. Tugas mereka adalah mencari pemahaman, bukan sekadar kemenangan dalam pertempuran. Mereka harus mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan Penguasa Alam, dan apakah tujuan besar ini sejalan dengan misi mereka untuk melindungi dunia.Perjalanan menuju pusat pegunungan terpencil itu terasa sangat berbeda. Arka merasakan bahwa kekuatan yang ada dalam dirinya semakin kuat. Elemen-elemen alam—api, air, angin, dan tanah—seperti mulai berkomunikasi dengannya. Setiap langkah yang ia ambil, ia merasa lebih terhubung dengan kekuatan alam semesta. Dari setiap hembusan angin yang menyapu wajahnya, hingga tanah yang mengalir di bawah kakinya, seolah semuanya berbisik, mengingatkannya pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Arka tidak hanya merasakan kekuatan itu, ia mulai
Setelah melewati ujian berat yang menguji kekuatan fisik, spiritual, dan mental mereka, Arka dan Lira berdiri di hadapan Penguasa Alam, yang kini melihat mereka bukan lagi sebagai dua pejuang biasa, tetapi sebagai penjaga potensi keseimbangan dunia. Namun, keputusan yang akan mereka buat selanjutnya adalah keputusan yang akan menentukan jalan hidup mereka.“Untuk memperoleh pengakuan sejati,” suara Penguasa Alam bergema dengan kebijaksanaan yang mendalam, “kalian harus memilih antara tetap menjadi bagian dari dunia yang kalian kenal, atau menerima tugas yang lebih besar—menjaga keseimbangan alam ini dan dunia manusia. Kekuatan yang kalian miliki sekarang bukan hanya milik kalian, tetapi milik dunia ini. Kalian harus siap untuk konsekuensi dari setiap tindakan.”Arka dan Lira saling bertatapan, merasa beban tanggung jawab yang sangat berat menimpa pundak mereka. Dunia yang mereka kenal, dengan desa mereka yang damai, kini terasa jauh lebih
Kedamaian yang mereka harapkan setelah memperoleh kekuatan dari Penguasa Alam segera berubah menjadi mimpi buruk. Dunia manusia, yang tampak tenang, ternyata penuh dengan ketegangan dan ancaman yang lebih besar dari yang mereka bayangkan. Arka dan Lira kembali ke dunia mereka dengan keyakinan bahwa tugas mereka belum selesai, namun mereka tidak tahu bahwa bayangan ancaman yang lebih mengerikan tengah menyebar ke seluruh penjuru dunia.Setelah mendengar kabar tentang kemenangan mereka atas Darian, dunia mulai terbangun dari ketidaktahuan. Nama mereka dikenal luas sebagai pahlawan yang mengalahkan penyihir gelap. Namun, ada satu makhluk yang lebih kuat dan lebih berbahaya daripada Darian, dan dia telah lama menunggu untuk muncul dari kegelapan: Raja Kegelapan.Raja Kegelapan adalah sosok yang tidak hanya menguasai dunia bawah, tetapi juga merupakan entitas kuno yang telah berabad-abad mengumpulkan kekuatan dari kegelapan dan bayangan. Ia tinggal di dimen
Setelah mendapatkan peta dari Yuno, Arka, Lira, dan prajurit pemberontak itu memulai perjalanan menuju Gerbang Kegelapan, yang akan membawa mereka ke Dunia Bayangan, tempat di mana Raja Kegelapan dan pasukannya bersembunyi. Dalam hati mereka, ada ketegangan yang tak terungkapkan, karena mereka tahu betapa berbahayanya dunia yang akan mereka masuki—sebuah dunia yang tidak hanya terpisah dari dunia manusia, tetapi juga di luar pemahaman mereka. Di dunia ini, waktu tidak berjalan seperti biasanya, dan kegelapan menyelimuti setiap inci dari keberadaannya.Perjalanan Menyusuri BayanganPerjalanan menuju gerbang dimulai dengan penuh ketidakpastian. Mereka melewati hutan yang gelap, lembah-lembah yang sunyi, dan pegunungan yang terjal. Setiap langkah mereka terasa berat, dan udara di sekitar mereka semakin lama semakin menekan. Arka merasakan getaran aneh dalam tubuhnya, seperti ada kekuatan yang tak terlihat mengalir melalui tanah dan udara. Seiring be
Mereka telah melalui banyak ujian fisik dan magis, tetapi kini perjalanan Arka, Lira, dan Yuno memasuki babak yang lebih gelap—uji ketahanan mental dan emosional. Dunia Bayangan bukan hanya tempat penuh kegelapan luar, tetapi juga tempat kegelapan dalam diri mereka yang paling dalam. Setiap langkah mereka terasa semakin menekan, dan suara bisikan yang datang dari bayangannya semakin kuat.Arka: Takut Akan KegagalanArka, yang selalu merasa dipilih untuk tugas besar ini, menghadapi ketakutannya yang paling mendalam: kegagalan. Selama ini, ia merasa bahwa dunia bergantung pada keputusannya, namun dalam hatinya yang terdalam, ia selalu meragukan kemampuannya untuk mengatasi semua itu. Bayangannya muncul di hadapannya, sosok yang mengenakan jubah hitam, dengan wajah yang tidak pernah terlihat jelas. Namun, suara bisikan itu jelas terdengar.“Kau tak bisa melakukannya, Arka,” kata bayangannya, suaranya penuh keraguan. “Kau akan gagal. Dunia ini akan
Lorong yang mereka masuki terasa berbeda dari sebelumnya. Cahaya keemasan yang menerangi jalur ini terasa hangat, namun ada getaran halus yang membuat bulu kuduk mereka meremang. Setiap langkah membawa mereka semakin dekat ke pusat kekuatan yang tersembunyi di kedalaman tanah ini.Arka berjalan di depan, matanya waspada terhadap setiap pergerakan. Lira merasakan perubahan dalam aliran udara, dan Daren, meskipun masih diliputi kecemasan, berusaha menjaga ketenangannya.Tiba-tiba, lorong mulai melebar, membuka jalan menuju sebuah ruangan besar dengan dinding-dinding yang dipenuhi ukiran kuno. Di tengah ruangan itu berdiri sebuah altar batu dengan simbol yang berkilauan samar."Apa tempat ini?" bisik Daren.Lira melangkah mendekati altar, tangannya menyentuh simbol yang terukir di permukaannya. Begitu ia menyentuhnya, ruangan dipenuhi cahaya biru yang berputar-putar di sekitar mereka, membawa suara bisikan y
Tiba-tiba, suara rintihan berubah menjadi jeritan. Cahaya kristal bergetar, seolah merespons sesuatu yang tak kasat mata. Dari balik bayangan, muncul sesosok makhluk bertubuh kurus dengan mata berkilat ungu. Sosok itu tampak lemah, tetapi auranya memancarkan rasa sakit dan kehilangan."Siapa kau?" tanya Arka dengan suara mantap.Makhluk itu menatap mereka dengan mata kosong sebelum berbicara dengan suara berbisik, "Aku adalah sisa dari ketidakseimbangan ini... Aku adalah jiwa yang terjebak. Jika kalian ingin melanjutkan perjalanan, kalian harus membebaskanku."Mereka bertiga saling berpandangan. Ujian ini tidak hanya menguji kemampuan mereka mendengar suara dunia, tetapi juga keputusan mereka dalam menghadapi sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.Arka mengangkat tangannya perlahan, mencoba merasakan energi yang mengikat makhluk itu. Lira merapatkan kedua telapak tangannya, merasakan angin di
Ketika mereka keluar dari gua, wanita paruh baya itu menunggu dengan ekspresi tenang. “Kalian telah menghadapi bayangan diri kalian sendiri dan tidak lari. Itu pertanda baik,” katanya. “Tapi perjalanan kalian belum selesai. Ujian kedua menanti—memahami suara dunia.”Wanita itu membawa mereka ke sebuah hamparan luas, di mana angin bertiup lembut, dan suara gemuruh air terdengar dari kejauhan. Langit berubah warna, seperti berbisik dalam bahasa yang tak mereka mengerti.“Dunia berbicara kepada kalian setiap saat,” ujar wanita itu. “Tapi hanya sedikit yang mau mendengarkan. Kini, giliran kalian untuk mendengar.”Mereka bertiga berdiri diam, membiarkan angin, air, dan bumi mengisi kesadaran mereka. Apakah mereka siap untuk memahami suara yang tak kasat mata itu? Ujian kedua baru saja dimulai.Arka menutup matanya, membiarkan suara alam menyusup ke dalam kesadarannya.
Saat fajar menyingsing, desa kecil itu masih terlelap dalam keheningan. Arka, Lira, dan Daren bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Penduduk desa memberi mereka bekal seadanya: roti gandum, air jernih, dan ramuan herbal untuk tenaga. Pria tua itu menyerahkan sebuah gulungan kain berisi peta kuno yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.“Ini bukan hanya sekadar peta,” ujarnya. “Ini adalah catatan perjalanan mereka yang telah datang sebelum kalian. Jejak mereka mungkin bisa membimbing kalian.”Lira membuka gulungan itu dengan hati-hati. Garis-garis halus membentuk jalur yang membentang melintasi daratan luas, berhenti di berbagai titik yang ditandai dengan simbol-simbol aneh. Ia menatap pria tua itu dengan penuh tanya.“Apa arti simbol-simbol ini?”Pria tua itu tersenyum samar. “Setiap tanda melambangkan sebuah perjalanan jiwa. Mereka yang mencari kebenaran meninggalkan jejak bagi mereka yang datang kemudian.”Daren menggenggam peta itu dengan erat.
Perjalanan mereka membawa Arka, Lira, dan Daren ke dunia lain yang jauh lebih berbeda dari yang mereka singgahi sebelumnya. Dunia ini tampak seakan telah mencapai puncak peradabannya—gedung-gedung menjulang tinggi, teknologi yang luar biasa canggih, dan sistem sosial yang tampak teratur. Namun, di balik semua kemajuan itu, ada sesuatu yang terasa hilang. Kehidupan di kota ini tidak memiliki kehangatan. Orang-orang berjalan dengan wajah tanpa ekspresi, tenggelam dalam rutinitas yang tak berujung. Mata mereka dipenuhi kehampaan, seakan mereka telah melupakan apa artinya benar-benar hidup.Mereka bertiga berjalan menyusuri jalanan yang dipenuhi layar holografik dan kendaraan melayang. Di antara hiruk-pikuk teknologi ini, mereka melihat sekilas seseorang yang tampak berbeda. Seorang wanita muda dengan tatapan yang penuh harapan, yang tampaknya tidak sepenuhnya tenggelam dalam keheningan artifisial dunia ini. Ia menyadari ke
Semakin lama mereka menjelajah dunia-dunia ini, semakin jelas bagi Arka, Lira, dan Daren bahwa perjalanan mereka bukanlah perjalanan yang harus diselesaikan. Setiap langkah yang mereka ambil semakin mendalam dalam menggali makna kehidupan, bukan hanya melalui pengetahuan yang mereka peroleh, tetapi juga melalui pengalaman hidup yang mereka jalani. Setiap dunia yang mereka jelajahi mengajarkan sesuatu yang baru, dan meskipun mereka telah mencapai tingkat kebijaksanaan yang lebih tinggi dari sebelumnya, mereka tetap menyadari bahwa mereka masih dalam proses belajar.Hari demi hari, dunia demi dunia, mereka semakin sadar bahwa perubahan dan ketidaksempurnaan adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa mereka hindari. Semua itu merupakan bagian dari irama alam semesta yang lebih besar. Di dalamnya, ada keindahan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Arka, Lira, dan Daren menyadari bahwa ketidaksempurnaan itu bukanlah sesuatu yang perlu mereka lawan atau hindari, tetapi se
Dengan pemahaman baru ini, Arka, Lira, dan Daren melanjutkan perjalanan mereka, tetapi kini dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang lebih terbuka. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan tanpa akhir menuju pencerahan, kedamaian, dan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia ini, dan tentang diri mereka sendiri.Dunia ini, dengan segala keindahannya dan keheningannya, mengajarkan mereka bahwa perjalanan sejati tidak terletak pada tujuan akhir, tetapi pada cara mereka menjalani setiap langkah yang mereka ambil, dengan penuh perhatian, kesadaran, dan rasa syukur.Mereka melanjutkan perjalanan mereka, namun dengan pemahaman yang lebih dalam, lebih luas, dan lebih terbuka terhadap segala kemungkinan yang ada di depan mata. Dunia demi dunia yang mereka singgahi semakin mengubah cara pandang mereka terhadap kehidupan. Di dunia yang penuh dengan alam ini, mereka merasakan sebuah ketenangan yang belum pernah mer
Dalam perjalanan mereka berikutnya, mereka semakin menyadari bahwa kehidupan ini adalah perjalanan yang tak pernah berakhir. Setiap dunia yang mereka temui, setiap tantangan yang mereka hadapi, adalah bagian dari proses yang lebih besar—proses menemukan keseimbangan sejati dalam diri mereka sendiri dan dalam hubungan mereka dengan dunia ini.Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan terus berlanjut, namun mereka merasa siap untuk menghadapinya, bukan dengan keinginan untuk mengubah dunia, tetapi dengan niat untuk memahami dan menerima dunia ini sebagaimana adanya. Dengan kebijaksanaan yang mereka bawa, mereka siap untuk menyambut apa pun yang akan datang, mengetahui bahwa setiap langkah adalah bagian dari perjalanan menuju pencerahan yang lebih besar.Setelah meninggalkan dunia yang cerah namun penuh ketegangan, Arka, Lira, dan Daren melanjutkan perjalanan mereka tanpa tujuan yang jelas, tetapi dengan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia yang mereka jelajahi dan diri m
Arka, Lira, dan Daren melanjutkan perjalanan mereka, merasa bahwa mereka telah meninggalkan jejak yang lebih dalam di dunia ini. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka adalah perjalanan tanpa akhir, sebuah proses yang terus berkembang, terus mengalir. Setiap langkah yang mereka ambil adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar, dan meskipun dunia ini telah berubah, mereka tahu bahwa mereka sendiri pun terus berkembang, mencari dan menemukan lebih banyak tentang diri mereka sendiri, tentang dunia ini, dan tentang hubungan mereka dengan alam semesta yang lebih luas.“Perjalanan ini adalah perjalanan menuju diri kita sendiri,” kata Arka, dengan suara yang penuh dengan kebijaksanaan yang baru ditemukan. “Dan kita akan terus bergerak, karena kehidupan itu sendiri adalah perjalanan yang tidak pernah berakhir.”Dengan perasaan penuh damai, mereka melanjutkan perjalanan mereka, tahu bahwa mereka bukan hanya melangkah di dunia ini, tetapi juga melangkah dalam diri mereka sendir