Share

Menggendong Ralin Ke Kamar

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2025-04-01 23:42:08
Ralin tidak sedih meski Emran akan mendapatkan hukuman penjara yang tidak main-main akibat ulahnya. Dia berhak mendapatkan balasannya!

Dia ingin mencelakai Levi, namun Ralin yang terkena getahnya.

Kedua kaki Ralin hampir saja lumpuh jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Beruntungnya, Lewis bersedia memberikan pengobatan terbaik.

Meski untuk saat ini Ralin masih harus terapi, namun itu jauh lebih baik dari pada ia lumpuh untuk selamanya.

Begitu tiba di rumah, Lewis masih menerima panggilan telfon dari pengacaranya. Sudah pasti yang mereka bahas adalah tuntutan penjara seadil mungkin yang Lewis inginkan untuk membuat jera Emran.

“Jika dimungkinkan bisa dituntut dengan pasal berlapis, lakukan!” Titah Lewis.

Kemudian dia turun dari mobil dengan menggandeng tangan Levi. Sedang Ralin berusaha turun dari mobil perlahan-lahan tanpa bantuan.

“Aku nggak bisa bayangin gimana jadinya, andai tabrakannya itu melukai Levi. Anak sekecil Levi terhantam mobil. Emran sudah gila!”

“Meski
Juniarth

:-0

| 6
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Avary
Hmmm.. jangan salahkan Ralin jika hatinya mulai tertaut dengan David disaat Lewis baru menyadari bahwa sejatinya Lewis mulai merasa menyayangi dan membutuhkan Ralin
goodnovel comment avatar
ARF
Pergi aja lin…minta gendong david lagi
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
greget banget liat Lewis..Nikah aja sama David lin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Sesayang Dan Sepengertian Itu

    "Apa Nyonya butuh alat bantu jalan?"Kepala Ralin mengangguk. "Sebenarnya iya. Tadi dokter bilang begitu sekalian untuk terapi jalan.""Besok akan saya bawakan."Ralin tersenyum dan mengangguk karena David seakan-akan tahu apa yang dibutuhkan. Tanpa Ralin harus meminta-minta. "Makasih banyak, Vid. Maaf merepotkan.""Sama-sama, Nyonya. Saya undur diri dulu."Setidaknya, masih ada David yang membantu Ralin manakala Lewis masih diliputi rasa kecewa. Kemudian Bu Tatik datang dengan membawa minuman dan camilan. Setelah menandaskannya bersama Levi, Ralin meminum obatnya. "Den Ayu, apa perlu saya temani tidur?"Kepala Ralin mengangguk tegas ketika mendapatkan tawaran yang lagi-lagi sangat ia butuhkan tanpa harus meminta. "Kalau Bu Tatik nggak merasa repot.""Tugas saya sudah pasti untuk melayani keluarga Den Mas. Tidak ada kata repot untuk itu."Satu lagi, selain David, kini Bu Tatik juga menunjukkan dukungan selama Ralin belum sembuh sepenuhnya. Setidaknya Ralin bisa melewati ini semua

    Last Updated : 2025-04-02
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Jangan Akhiri Pernikahan Kita

    Ralin kemudian menunduk dan David segera berdiri lalu sedikit membungkuk hormat. "Selamat pagi, Pak."Lewis ternyata sudah berdiri di depan pintu entah sejak kapan. Apakah dia sempat melihat David mengajari Ralin berjalan menggunakan alat bantu jalan itu atau tidak?Kemudian Lewis masuk ke dalam kamar Ralin dengan penampilan tidak jauh berbeda dari David. Sudah sangat tampan dan rapi karena hendak menuju pabrik.Ia memperhatikan Ralin dan alat bantu jalan yang digunakan. "Kamu yang membelikannya, Vid?""Iya, Pak." Jawab David tanpa keraguan.Jiwa lelaki sejatinya tidak perlu diragukan. "Karena Nyonya membutuhkan alat itu."Lewis tidak bertanya lagi kemudian menghampiri Levi. "Ayo kita sarapan, Lev?"Levi kemudian menggeleng. "Makan. Ibu."Ralin paham jika yang Levi maksud adalah ingin sarapan bersama Ralin. "Kamu bisa jalan ke meja makan, Lin?""Akan aku coba, Den Mas."Jangankan ke meja makan, menuju kamar mandi saja Ralin membutuhkan bantuan. Namun, bagaimana dia menolak permin

    Last Updated : 2025-04-02
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Mau Aku Gendong?

    Dengan berbaring miring sambil memeluk Levi, Lewis menatap Ralin dan melanjutkan ucapannya. "Waktu kamu bilang mau mundur dari pernikahan ini, mau menyudahi pernikahan ini, aku kayak ditampar kenyataan, Lin. Kalau kamu sesakit ini juga karena perbuatan Emran.""Meski kamu sakit pun, kamu masih merhatiin Levi. Masih ngurusin Levi sama keterbatasanmu.""Padahal dalam perjanjian pra nikah, nggak ada pasal yang ngatur ketika kamu sakit harus terus merawat dan menjaga Levi. Tapi apa yang kamu lakukan, melebihi perjanjian pra nikah yang aku buat."Lalu Lewis mengusap rambut Levi yang sudah terlelap dan mencium kening putra semata wayangnya itu. Itu semua tak lepas dari pandangan Ralin."Kamu ngasih dia cinta dan sayang jauh lebih besar ketimbang aku sebagai Ayahnya. Bahkan sekedar tidur pun, dia nggak mau kalau nggak sama kamu. Aku kalah telak dari kamu, Lin.""Dan ucapanmu tadi pagi bikin aku sadar diri, Lin. Kalau kamu juga menderita karena Emran dan Levi bakal jauh lebih kehilangan kalau

    Last Updated : 2025-04-03
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Tidak Seperti Semalam

    Kepala Ralin reflek menggeleng. "Bukan gitu, Den Mas.""Kalau memang begitu, biar aku panggilin David."Ralin kembali menggeleng. "Aku cuma nggak mau kelihatan kayak perempuan nggak tahu diri aja, Den Mas. Kamu itu pewaris. Mana etis gendong perempuan kayak aku.""Stop! Intinya pagi ini, kamu mau sarapan sama aku apa nggak?"Tentu saja Ralin ingin. Hanya saja dia tidak sampai hati mengatakannya. Belum sempat Ralin menjawab, Lewis kemudian memindahkan alat bantu jalan itu dan langsung menggendongnya begitu saja. Ralin reflek langsung melingkarkan tangannya di belakang leher Lewis. Untuk beberapa detik, Ralin dan Lewis saling tatap. Dan itu membuat seluruh darah Ralin terasa sangat dingin. Dengan jarak sedekat ini, Ralin berharap detak jantungnya yang menggila, tidak terdengar oleh Lewis. "Levi, ayo makan di ruang makan." Lewis berucap pada putranya. Levi mengangguk lalu berjalan bersama Lewis menuju ruang makan dengan menggendong Ralin. Dan pemandangan itu terlihat oleh Bu Tatik

    Last Updated : 2025-04-03
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Senyum-Senyum Sendiri

    "Apa Den Mas marah gara-gara kamu punya inisiatif beliin aku ponsel?"Kepala David menggeleng."Saya rasa tidak, Nyonya.""Dia nggak bilang apapun?""Tidak.""Dia masih ngajak kamu bicara kayak biasanya?""Iya. Ada apa, Nyonya?"Ralin menghela nafas sambil menatap beberapa orang yang lalu lalang di dalam rumah sakit ini. "Aku takut Den Mas punya pikiran kita lagi mengkhianati dia, Vid." Kemudian Ralin menatap David kembali, "Lagian, kenapa kamu jujur banget kalau punya ide beliin aku ponsel?""Saya lebih suka terbuka dan apa adanya pada Pak Lewis, Nyonya."Ralin berdecak kesal. "Kalau Den Mas mikir yang nggak-nggak, gimana?""Beliau pasti akan menegur bila saya melakukan kesalahan."Jika David saja bisa bersikap santai dan biasa saja, mengapa Ralin harus terlihat takut setengah mati?Kentara sekali jika Ralin sedang berusaha menjaga perasaan Lewis. Sedangkan dia tidak membutuhkan hal itu karena memang tidak mencintai Ralin. ****Siang ini Ralin akan menjalani terapi terakhir. Ia su

    Last Updated : 2025-04-04
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Siapa Wanita Itu?

    Saat lampu telah berubah hijau, mau tidak mau sopir menekan pedal gas. Meninggalkan pemandangan yang membuatku bertanya-tanya. 'Den Mas, kamu sama siapa?' Batin Ralin. Mata Ralin tidak lagi bisa menjangkau apa yang terjadi selanjutnya. Perasaan bahagia yang tadi baru bermunculan, kini mendadak dipenuhi kesedihan. Apalagi jika bukan karena ia merasa cemburu?!Mana mungkin seorang lelaki mengulurkan tangannya pada wanita dengan penampilan all out seperti tadi jika bukan karena ada perasaan tertentu?!Kepala Ralin lantas menggeleng dan kembali mengeyahkan perasaan yang jelas-jelas salah ini. Bahwa ia tidak boleh terus menerus membiarkan rasa cinta ini tumbuh lalu tidak bisa melepaskannya. Setibanya di rumah, Ralin melahap bubur kacang hijau itu bersama Levi. Kemudian menunggu Levi selesai mandi sendiri. Buah dari kejadian saat ia belum bisa berjalan. Ralin terus menyibukkan diri bersama Levi untuk mengenyahkan bayangan tadi siang. Pertanyaan tentang siapa wanita yang bersamanya tadi

    Last Updated : 2025-04-04
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Pergi Tanpaku

    "Vid?" Ralin kembali memanggil.Karena David hanya diam. "Siapa perempuan yang bersama kalian tempo hari?"David kemudian menatap Ralin dan berkata ... "Sepupu Pak Lewis, Nyonya.""Sepupu?" Tanya Ralin memastikan."Iya. Sepupu beliau."Kemudian Ralin berpikir sejenak. "Kalau cuma sepupu kenapa sikap Den Mas manis banget?" Tanyanya dengan begitu polos.Alhasil, David menatap Ralin sekian detik kemudian melontarkan pertanyaan. "Maaf, apa Nyonya cemburu?"Detik itu juga Ralin menyadari kesalahannya karena bertanya terlalu detail. Hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan Ralin. Namun, cemburu telah menggiring logikanya ke arah yang salah. Dan David bisa membaca perasaan Ralin.Jika David bisa membaca isi hati Ralin, ini tidak boleh diteruskan!Di dalam hatinya, Ralin harus segera menutupi kesalahannya atau dia sendiri yang akan malu. Ralin bisa ditertawakan oleh nyamuk sekaligus karena terlalu berani mencintai pewaris seperti Lewis. Sedang dirinya hanyalah wanita biasa yang memiliki k

    Last Updated : 2025-04-05
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Bingung Dan Capek Sendiri

    "Den Mas nggak bilang apa-apa, Bu Tatik.""Den Mas berangkat pagi sekali karena ada urusan kantor. Mungkin belum bilang Den Ayu karena masih tidur."Kepala Ralin mengangguk. "Den Ayu?""Ya?""Maaf kalau saya lancang.""Kenapa, Bu Tatik?""Kenapa Den Mas kembali tidur di kamarnya sendiri? Bukannya kemarin anda berdua sudah berbaikan?"Ralin tidak menyangka jika Bu Tatik selalu memperhatikan apa yang terjadi diantara dia dan Lewis. Kemudian Ralin tersenyum dan berkata ... "Kalau tengah malam aku pergi ke kamarnya Den Mas, Bu Tatik. Pagi-pagi udah balik ke kamarku sendiri. Bu Tatik nggak usah khawatir sama hubungan kami." Bohongnya.Bu Tatik mengangguk paham. "Syukurlah kalau Den mas dan Den Ayu tidak ada masalah. Saya cuma berharap pernikahan kedua Den Mas kali ini menjadi yang terakhir. Karena tidak semua wanita yang ada di samping Den Mas bisa menjaga dan merawat Den Levi. Kasihan kalau Den Levi jatuh di tangan yang salah, Den Ayu.""Jadi Bu Tatik nganggapnya aku ini ibu yang baik

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Jangan Cium Aku

    Untuk sesaat Ralin membeku tidak percaya jika ia kini berada di dalam dekapan Lewis. Pria yang masih menjadi suaminya yang mati-matian ingin dilupakan. Ia ingin membalas pelukan Lewis namun tahu jika ini adalah mimpi. Yang mungkin sebentar lagi akan berakhir. Mimpi yang tidak boleh terlalu dituruti.Akhirnya Ralin hanya bisa mengepalkan kedua tangannya ketika tangan Lewis mendekap punggungnya agar pelukan itu terlihat natural di depan Luis. Benar saja, pelukan beberapa detik yang mendebarkan itu akhirnya harus usai ketika Lewis melepaskan dekapannya. Kedua mata Lewis dan Ralin saling tatap. Seperti ada komunikasi nonverbal yang Lewis sampaikan dan Ralin mengetipkan mata sebagai jawaban bahwa ia paham. Lalu terdengar suara tawa lirih Luis yang membuat Ralin dan Lewis menoleh. Kemudian kembaran Lewis itu bertepuk tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Nice drama, Dek."Lewis hanya memandang Luis. Menunggu apa yang akan dikatakan kembarannya itu. "Kamu mungkin

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Lagu Untuk Seorang Spesial

    Tangan David berada di pinggang Ralin dan baru melepasnya ketika mencapai pintu salon. Kemudian dia berjalan di sisi Ralin dengan begitu sopan layaknya bodyguard pada sang nyonya dan membuka pintu mobil Lewis. Aroma wangi dan sejuk keluar dari dalam kabin mobil mewahnya. Lewis sedang duduk dengan memangku Levi. Pria itu dan Levi memakai batik dengan corak dan warna senada. Rambut keduanya disisir sangat rapi. Dan itu cukup mencuri pandangan Ralin sekian detik namun ia segera mengalihkannya. Ia tidak akan membiarkan Lewis mengira dirinya masih menaruh cinta.Tidak! Kemudian David mempersilahkan Ralin menaiki mobil. Seakan-akan Ralin adalah nyonya dari tuannya. Lalu menutup pintu mobil dan ia berjalan memutar lalu menaiki kursi penumpang sebelah sopir. Ketika mobil mulai berjalan, Ralin hanya duduk dengan mata memandang keluar jendela. Dia tidak tertarik mengucapkan salam pada Levi atau Lewis. Dia benar-benar ingin menjaga jarak dengan keduanya. Namun, keadaan berubah ketika Lewi

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   I Love You, My Heart

    Lewis berjalan lebih dulu kemudian diikuti Ralin. Sedang David berjalan di sisinya dan berbisik. "Semuanya akan baik-baik aja. Ingat, aku selalu ada di belakangmu, Lin."Ralin tersenyum dan mengangguk. "Thanks, Vid."Kemudian David kembali berbisik, "I love you."Blush!Ralin tersenyum dan salah tingkah dengan perbuatan David yang selalu manis dan di luar ekspektasinya. Lelaki itu nampak tegas, menakutkan, dan kurang bersahabat ketika mendampingi Lewis.Namun berubah tiga ratus enam puluh derajat jika bersama Ralin. David membukakan pintu untuk Ralin kemudian keduanya masuk ke dalam rumah. "Aku males ngadepin drama ini, Vid.""Aku nggak akan pulang sampai nganter kamu ke tempat yang baru."Kemudian Ralin menoleh, "Kamu yang cariin tempat itu?"Kepala David mengangguk, "Memangnya siapa lagi?""Kenapa kamu nggak bilang ke aku sebelumnya?""Karena aku tahu gimana kesalnya kamu kalau disuruh kembali kemari.""Lalu gimana caranya Den Mas tahu kalau aku pulang ke rumah orang tua?""Beliau

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Ketahuan!

    "Lewis bilang kalau dia kelepasan bicara karena emosi. Makanya dia nyusul kamu kemari karena mau minta maaf. Ya sudah, kalian bicara dulu aja. Masalah rumah tangga harus diselesaikan. Jangan berlarut-larut."Setelah Ayahnya pergi, di ruang tamu hanya menyisakan Ralin, Lewis, dan David. David duduk di sebelah Lewis dan terus memandang Ralin dengan sorot datar. Mulutnya diam tak berbicara sepatah kata pun. Namun tatapan matanya penuh makna menatap Ralin.Dia tahu jika saat ini Lewis lah yang paling berkuasa pada Ralin. "Vid, tolong tinggalkan kami." Perintah Lewis.Dengan patuh, David pun mengangguk. Meski hati dan kakinya seperti enggan meninggalkan keduanya. Ia hanya bisa menunggu di teras tanpa tahu apa yang akan Lewis katakan.Lalu Ralin menatap Lewis tanpa rasa takut karena tidak merasa bersalah. "Aku pikir kedatanganmu kemari ingin menyelesaikan kesepakatan pernikahan kita, Den Mas."Lewis hanya menatap Ralin lekat tanpa berbicara sepatah kata pun."Apa kita akan diam terus kaya

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Siap Dan Akan Menerimanya

    Lewis tidak berani menatap Ralin karena rahasia pernikahannya dengan Zaylin telah terbongkar. Padahal ia ingin menyembunyikan rahasia pernikahan itu sampai semuanya tepat untuk diutarakan. Namun Zaylin menyalahi kesepakatan. "Sekarang kamu udah tahu kan siapa aku?! Aku adalah Nyonya Lewis! Nyonya di rumah ini!" ucap Zaylin dengan bersedekap sombong. "Jadi, kamu jangan mbantah atau ngelawan ucapanku! Posisimu di rumah ini cuma baby sitter! Pengasuhnya Levi! Inget itu baik-baik!"Ralin kemudian mengangguk dengan hati terpatah-patah."Yang! Kita udah sepakat mau jaga rahasia ini, kan!?" Lewis mengingatkan. Padahal Lewis tidak mau Ralin terus dikonfrontasi tentang status pernikahan Lewis dan Zaylin."Kamu ngerasa nggak sih, Mas? Ralin tuh baby sitter yang nggak patuh sama majikannya. Sama kamu aja dia berani ngelawan kayak tadi. Gimana sama aku?""Kalau dia nggak dikasih tahu kita udah nikah, dia pasti jauh lebih berani! Udah bener aku kan kalau dia mending dipecat aja? Kamu malah ngga

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Sudah Menikah

    Begitu bel pintu apartemen berbunyi, Ralin langsung melepas celemek dan membukanya. "Hai, Vid.""Hai." David balas menyapa dengan wajah bingung.Setelah David masuk, Ralin segera menutup pintu lalu menuju dapur kembali. Waktunya menuangkan air panas ke dalam cappucino yang sedang ia buat. David memperhatikan meja makan mini yang sudah tersaji tiga jenis menu makanan yang menggugah selera beserta minumannya. Juga memperhatikan mimik wajah Ralin yang tidak terlihat sendu. Melainkan ada seulas senyum yang tersungging di bibirnya."Selesai. Kamu mau makan sekarang, Vid?"David justru menarik kursi dan menatap Ralin. Ia masih mengenakan kemeja kerja."Tumben kamu belum pulang, Lin? Ini hampir jam tujuh malam.""Kamu nggak suka aku di apartemenmu lebih lama?""Kalau bisa kamu di apartemenku aja setiap hari. Nggak usah pulang ke rumah Pak Lewis."Ralin tertawa lirih mendengar pengakuan David yang mirip sebuah rayuan gombal. "Oke, aku akan pulang sekarang."Ketika Ralin akan menuju sofa, D

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Lebih Baik Melepaskan

    "Masuk, Lin."Ralin datang dengan membawa beberapa camilan dan minuman ringan. Meletakkan kantong plastik itu di meja depan televisi. "Soft drink. Mau?"Kepala David mengangguk dengan terus menatap Ralin. Kemudian tangannya menangkap kaleng soft drink itu. "Tumben nggak berangkat kursus mendekati jam masuk, Lin?" Tanya David lalu meneguk minuman itu. "Di rumah sepi, Vid. Aku nggak punya teman ngobrol. Den Mas pergi liburan sama Zaylin dan Levi."Kepala David mengangguk membenarkan. "Sekarang, aku merasa kesepian gara-gara Levi nggak boleh sering-sering ketemu aku. Mending aku main ke apartemenmu aja."Ralin kemudian meneguk soft drink miliknya. "Apa kamu juga pengen liburan?"Kemudian Ralin menatap David. "Liburan kemana?""Dieng barangkali. Disana bagus."Belum pernah Ralin pergi ke tempat itu kemudian David menunjukkan pemandangan bagus Dieng melalui ponselnya. Seketika membuat Ralin berbinar namun senyumnya kembali pupus. "Aku kan ada jadwal kursus, Vid. Mana bisa?"Kemudian

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Satu Kamar Bersama

    "Masuk!"Kemudian Ralin menutup pintu ruang kerja dan berjalan mendekat. Lewis, pria itu sedang bersandar di meja kerja dan menatap Ralin tanpa keraguan. Begitu juga dengan Ralin, dia balas menatap Lewis seakan-akan tidak takut. "Kenapa kamu keluar dari kesepakatan?""Kesepakatan yang mana?"Lewis mendengus geli lalu berdiri di depan Ralin dengan wajah serius. Dan Ralin pun membalas tatapan mata tajam Lewis tanpa mundur satu langkah pun. "Jangan jadi kacang yang lupa sama kulitnya, Lin. Aku nyelametin hidupmu setelah diusir dan diperlakukan Emran dengan cara yang nggak baik. Aku kasih kamu tumpangan di rumah ini dan gaji yang lebih dari cukup setiap bulannya karena merawat dan mendidik Levi.""Terima kasih, Den Mas.""Tapi kenapa kamu lalai sama tugasmu? Kenapa kamu biarin Levi berubah nggak terkontrol?! Kenapa kamu biarin Zaylin kelimpungan sendiri ngurus Levi, heh?!"Jadi, Zaylin masih membiarkan Lewis tenggelam dalam kesalahpahamannya. Atau justru dia makin membuat Lewis salah pa

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Beliau Menunggu Di Ruang Kerja

    Levi menangis dan memporak-porandakan makanannya di atas meja makan. Dan Zaylin berada di sampingnya berusaha menenangkan namun Levi menolak sentuhan dari ibu kandungnya itu. Ketika Ralin tiba di ruang makan, sorot mata Lewis begitu tajam menatapnya. Pria itu tetap duduk di kursi makan yang biasa ia tempati tanpa berusaha membantu Zaylin menenangkan Levi. "Apa kamu mau tetap diam disitu dan jadi penonton setia?!"Mendengar sindiran Lewis, kemudian Ralin melangkah lebar menghampiri Levi.Bocah itu menangis dengan air mata meleleh di pipi dengan kedua tangan terulur. Ia ingin dipeluk dan didekap Ralin. Tanpa mengucapkan permisi pada Zaylin, tangan Ralin langsung menggapai Levi. Mengangkatnya untuk digendong lalu mengusap rambutnya. "Cup, sayang."Ceceran nasi dan lauk yang ada di atas piring Levi ada di atas meja dan lantai. Bahkan sebagian lagi ada yang mengotori seragam sekolah Levi yang berwarna putih.Entah apa yang terjadi sampai membuat Levi menangis. Lalu mata Ralin menatap me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status