"Kenapa aku harus percaya padamu?" tanya Paula.Pria tua itu terdiam selama dua detik. Setelah itu, dia berbicara pada orang di sampingnya dengan suara pelan dan orang itu langsung pergi setelah mengangguk."Aku bisa membantumu mengatasi semua orang yang mengejarmu itu. Kelak nggak akan ada lagi yang berani mengusikmu. Ini adalah bentuk ketulusanku untuk mengundangmu."Paula mengernyit, dia bahkan tidak tahu mengapa begitu banyak orang ingin membunuhnya. Dia hanyalah seorang putri palsu yang biasa-biasa saja, kenapa bisa sampai sebegitu pentingnya?"Kamu tahu sesuatu?" tanya Paula."Setelah kamu datang ke Swiza nanti, aku akan ceritakan semuanya padamu," balas pria tua itu dengan waswas.Paula mencibir, lalu berjalan ke arah helikopter. Martin segera mengakhiri panggilan video itu dan bergegas mengikutinya."Kalian nggak punya niat tulus sama sekali, cuma mau menipuku ke Swiza saja," ucap Paula sambil memelototi Martin dengan kesal.Martin tertawa, lalu bertanya, "Memangnya apa untungn
"Oke, kalian naik penerbangan yang mana? Aku mau antar kamu." Suara Darwin terdengar sangat tenang dan tidak ada emosi sedikit pun.Paula menggigit bibirnya, tidak bisa berkata-kata. Martin menunjuk jam tangannya untuk mengingatkan Paula agar tidak menunda-nunda waktu."Nggak usah lagi. Belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi. Aku nggak tahu apakah itu berhubungan denganku, tapi aku nggak ingin menjalani hidup seperti itu lagi." Paula sangat paham bahwa Darwin pasti tidak akan menyerah jika dia tidak menolak Darwin dengan kejam."Percayalah padaku, semuanya akan segera berakhir." Darwin menghela napas dan memerintahkan Wilson untuk melacak lokasinya secepatnya."Lalu memangnya kenapa? Kamu jelas-jelas tahu aku nggak suka kehidupan kaya raya. Aku nggak ingin lagi menjalani kehidupan seperti di Keluarga Ignasius sehari pun," tolak Paula.Tanpa menunggu Darwin menjelaskan lebih lanjut, Paula kembali berkata, "Kamu bahkan nggak bisa menangani ibumu sendiri. Bukankah begitu?"Jika ha
"Lalu di mana mereka?" Darwin melirik ke belakang Rhea, tetapi tidak menemukan jejak Richie ataupun Aurel."Ehem .... Mereka nggak mau beri tahu aku letak Paula, jadi aku dan Charlie memberi mereka sedikit pelajaran," lanjut Rhea sambil menolehkan pandangannya. Kemudian, dia membawa Darwin ke toilet.Masing-masing di dalam toilet pria dan wanita, kedua orang itu telah babak belur dipukul dan jatuh pingsan di salah satu bilik. Rhea menyeret Aurel keluar, lalu menyiramkan air di wajahnya. Aurel baru tersadar dan memelototi Rhea dengan kejam.Wajahnya pernah rusak sebelumnya. Setelah akhirnya sembuh, Aurel sempat menjalani operasi plastik kecil. Sekarang wajahnya kembali rusak setelah dipukuli oleh Rhea."Mau apa kalian? Menahan orang secara sepihak itu melanggar hukum!" teriak Aurel dengan lantang.Rhea memutar bola matanya, lalu berkata, "Cepat bilang, di mana Paula sekarang.""Mana kutahu dia di mana?" balas Aurel. 'Lebih baik lagi kalau dia mati di luar sana, jangan muncul lagi di had
Perasaan di ambang kematian menyelimuti Aurel. Semua niat untuk menghina Paula atau menggoda Darwin lenyap seketika. Pada saat itu, yang tersisa di hatinya hanyalah ketakutan mendalam terhadap Darwin. Dengan segenap tenaga yang tersisa, dia berusaha keras mengucapkan, "Maafkan ... aku ...."Saat Aurel hampir saja pingsan, Darwin melepaskan cengkeramannya dan mengelap tangannya beberapa kali dengan saputangan.Aurel memegangi dadanya sambil terbatuk dengan keras. Dari sudut matanya, dia melihat Richie tersenyum tipis. Hatinya langsung berdegup kencang. Dia pura-pura pingsan? Dasar pengecut!"Katakanlah," ujar Darwin dengan nada dingin.Aurel merasa sangat marah. Kenapa Darwin masih berpihak pada Paula, padahal dia sudah menunjukkan bukti perselingkuhan Paula?Jelas-jelas Aurel yang merupakan putri kandung Keluarga Ignasius. Paula si jalang itu telah mencuri keberuntungannya. Semua yang dimiliki Paula seharusnya adalah miliknya, termasuk Darwin!"Huh, sepertinya kamu nggak akan jera sebe
Bagi Martin, tidak ada perasaan yang abadi di dunia ini. Yang ada hanyalah kepentingan pribadi. Di masa depan saat dia bisa memberikan keuntungan besar bagi Grup Sasongko, mana mungkin keluarga itu akan menolaknya?"Kami berbeda denganmu, kami semua manusia." Paula sengaja menekankan kata "manusia". Dia ingin menegaskan bahwa mereka adalah manusia yang berperasaan, tidak seperti Martin yang bagaikan robot yang diprogram untuk berdarah dingin."Kalau begitu, kita lihat saja bisa sampai sejauh mana Darwin berkorban untukmu?" Martin mengangkat pundaknya dengan ekspresi tertarik.Namun sesaat kemudian, senyumnya mulai memudar. Sebab, tiba-tiba muncul lima buah helikopter yang mengepung mereka di udara.Helikopter milik Martin tidak bisa bergerak maju dan bahkan terpaksa untuk berhenti di udara. Jika kondisi seperti ini terus berlanjut, bahan bakar helikopter itu pasti akan habis.Sementara itu, ponsel pilot berbunyi. Awalnya tidak ada yang peduli, tetapi ponsel itu terus berbunyi tiada hen
"Martin, kamu ini aneh sekali." Paula tidak terlalu memedulikan kata-kata Martin. Baginya, Martin selalu bersikap bertolak belakang. Padahal dia jelas-jelas mendambakan cinta, tetapi selalu berpura-pura bersikap tak acuh dan bahkan sengaja merendahkan segala bentuk "cinta".Bagi Paula, semua kegaduhan yang ditimbulkan Martin ini tidak benar-benar menyakitinya. Sebaliknya, sikap Martin malah terasa seperti ulah anak kecil yang keras kepala dan berusaha keras untuk membuktikan bahwa pendapatnya benar."Kamu benar-benar bodoh," balas Martin.Suasana hati Paula sedang baik, jadi dia tidak ingin memperpanjang masalah dengan Martin. Bagaimanapun, setelah mendarat nanti, dia akan terbebas dan tidak perlu melihat Martin lagi."Kamu sebahagia itu mengikuti seseorang tanpa status?" Martin yang suasana hatinya sedang buruk, sengaja mencari masalah dengan Paula.Paula tidak mau mengalah. "Kamu buang-buang waktu saja. Menurutmu, dibandingkan dengan seseorang yang baru mengenalku beberapa jam dan ke
"Nona Paula, kamu yakin mau memenjarakanku?" tanya Martin sambil menatap Paula yang berada dalam pelukan Darwin.Darwin mengernyit dan berbalik karena tidak ingin membiarkan Martin menatap ke arah Paula. Setelah itu, dia mewakili Paula menjawab, "Tuduhan penculikan sudah cukup untuk membuatmu mendekam di penjara beberapa tahun."Paula mendongak sedikit hendak mengatakan sesuatu, tapi akhirnya tidak membela Martin. Dia paham bahwa tindakan Martin dan kehilangannya ini telah membuat Darwin menunda banyak pekerjaannya. Tentu saja harus ada seseorang yang menanggung kerugian ini.Selain itu, jika tidak memberi sedikit pelajaran pada Martin, mungkin saja dia akan mengulangi perbuatannya lagi kelak."Ayo pergi," ujar Paula sambil menarik lengan baju Darwin dengan pelan.Darwin sangat menyukai kemesraan yang hanya dimiliki oleh mereka berdua ini. Dia langsung memeluk Paula dan membawanya pergi.Namun, baru saja mereka berjalan beberapa langkah, Aurel tiba-tiba muncul dan mencengkeram tangan P
Usai bicara, Wilson berusaha membukakan jalan untuk Darwin. Namun, para wartawan itu terlalu ketat mengepung mereka, sehingga Wilson kesulitan untuk menyingkirkan mereka.Melihat adegan ini, Aurel memikirkan sebuah ide. Dia merangkak di antara kaki para wartawan dan langsung berlutut di depan Paula, sambil menangis tersedu-sedu."Kak, waktu Ayah dan Ibu ingin mengusirmu, aku berlutut di depan mereka dan memohon agar mereka tetap membiarkanmu tinggal. Tapi, mereka tetap bersikeras bilang kamu telah memalukan keluarga karena hamil di luar nikah, makanya mereka mengusirmu. Kalau kamu masih membenciku, aku akan minta maaf sekarang!"Selesai berbicara, dia kembali menampar dirinya sendiri.Para wartawan terkejut dengan aksi Aurel, tetapi naluri mereka sebagai penulis berita gosip langsung terpicu. Mereka pun segera menyadari siapa wanita yang dilindungi Darwin ini."Pak Darwin, apakah benar wanita misterius yang menjadi kekasih Anda adalah Bu Paula?""Bagaimana dengan pertunangan Anda denga