Home / Romance / Ditipu Mertua dan Suami / 74. Kembali ke Surabaya

Share

74. Kembali ke Surabaya

last update Last Updated: 2022-08-22 07:51:09

Sambil memangku Adam yang tertidur pulas, aku mencoba rileks menikmati pemandangan hamparan sawah di luar jendela kaca kereta setelah ketegangan yang aku alami seharian ini tadi. Alhamdulillah, bersyukur akhirnya aku bisa kabur dari rumah itu. Rencana yang sudah kusiapkan dengan matang sebelum aku kembali ke rumah Ibu kemarin.

Sepulang dari rumah sakit, setelah tahu bahwa bayiku dibawa Mas Fikri pulang, aku langsung menuju konter HP, membeli handphone second yang masih layak pakai. Setelah itu aku baru memesan taxi online menuju rumah Ibu. Aku menawarkan kerjasama dengan sopir taxi.

"Pak, bisa nggak, kalau besok saya hubungi bapak untuk pesan taxi ini?"

"Bisa, Neng. Mau jam berapa, Neng?"

"Bapak standby di dekat rumah saya pagi sekitar jam 8 an ya, Pak. Saya minta nomor handphone Bapak. Nanti kalau sudah siap saya khabari."

"Iya, Neng. Ini, Neng, nomor handphone saya." Bapak itu menyerahkan kartu nama padaku.

"Tapi saya juga mau minta tolong, Pak."

"Minta tolong apa, Neng? Kalau bis
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ditipu Mertua dan Suami    75. Kembali ke Surabaya (2)

    "Bu Tiara tinggal di sini saja sama Adam. Fiona masih pengin main sama Adam. Papa kapan menikah dengan Bu Tiara dan kita bisa bobok bareng sama Dik Adam?" Kutundukkan wajah dalam-dalam tak sanggup menatap Fiona dan anak-anak apalagi menatap Dokter Rasyid."Nanti ya, Fiona. Semua kan butuh proses. Kudu dipersiapkan matang-matang. Fiona harus sabar dan berdoa terus ya semoga Papa bisa segera menikah dengan Bu Tiara." Ya, Allah, ya Rabb, berilah hamba petunjuk kemana hamba akan melangkah. Tak sengaja akhirnya aku terjebak pada janjiku sendiri."Papa, Fiona pengin les lagi sama Bu Tiara.""Galang juga.""Iya, Pa, Kirana juga butuh guru les, matematikanya yang sekarang susah.""Kemarin-kemarin Papa tawarin guru les katanya pada nggak butuh.""Kan penginnya Bu Tiara yang ngajar," ucap Kirana."Iya, tapi Bu Tiara sekarang sudah punya Adam. Mana ada waktu ngasih les.""Kalau berkenan, saya mau, Dok, ngasih les ke anak-anak lagi. Saya butuh pekerjaan. Tapi saya minta ijin ngajarnya bawa anak.

    Last Updated : 2022-08-23
  • Ditipu Mertua dan Suami    76. Sidang pertama (1)

    Setelah berhasil lepas dari ikatan pernikahan, aku mulai menata kembali hidupku bersama Adam. Mengawali semuanya dari 0. Semua kulakukan sendiri. Dari mengurus Adam, mengurus rumah sampai mencari nafkah. Sebuah perjalanan yang awalnya terasa begitu berat, merasa tak yakin bisa menjalaninya. Aku yang tak punya pengalaman mengurus bayi tapi sekarang harus bisa sendiri, tak ada seorang Ibu atau saudara yang mendampingi apalagi suami yang bisa diajak berbagi beban. Seperti pagi ini, setelah Adam kujemur saatnya pertama kali aku harus memandikannya di bak mandi. Kemarin-kemarin memang aku cuma menyekanya dengan waslap yang dibasahi air karena masih takut mau memandikan. Dengan tangan gemetar kutaruh tubuh Adam di bak mandi."Jangan gerak-gerak ya, Dik, Ibu takut ini." Pelan-pelan mulai kubersihkan badannya lalu wajahnya, keringatku sampai bercucuran karena tegangnya.Tiba-tiba Adam nangis mungkin karena kedinginan," aku mulai panik, "Sabar, Dam, sebentar lagi selesai." Buru-buru kuangk

    Last Updated : 2022-08-24
  • Ditipu Mertua dan Suami    77. Sidang pertama (2)

    "Siapa orang baik itu, Bu Tiara?""Dokter Fikri, rekan kerja Dokter Rasyid." "Baik, kita juga akan hadirkan Dokter Fikri di sidang itu sebagai saksi." "Ibu tahu dimana Pak Angga di penjara?""Saya tidak tahu, Pak. Dokter Fikri yang mengurus semuanya." "Baik, Bu Tiara, saya akan urus semuanya. Ibu Tiara tenangkan pikiran saja ya. Persidangan berikutnya Ibu Tiara harus dalam keadaan fit karena mungkin akan berat.""Saya akan hadir langsung di persidangan itu, Pak. Dengan video call saya tidak bisa maksimal memaparkan kebenaran. Saya akan melawan mereka, saya harus memperjuangkan kebenaran.""Ibu yakin itu tidak akan merepotkan Bu Tiara?""Saya yakin, Pak. Justru saya tidak tenang kalau saya tidak hadir. Saya yakin mereka akan melawan saya dengan gigih." "Baik kalau begitu. Nanti kita pastikan Ibu Tiara mendapat pengawalan yang sangat ketat untuk menghindari kejadian seperti dulu terulang lagi.""Baik, Pak Mahendra, terima kasih banyak." "Sama-sama, Bu." Pak Mahendra menutup telepo

    Last Updated : 2022-08-25
  • Ditipu Mertua dan Suami    78. Sidang kedua (1)

    Sampai di Pengadilan Agama, ternyata sidang sudah dimulai. Aku dan Dokter Rasyid masuk. Dokter Rasyid duduk di kursi belakang deretan paling depan. Ada Ibu Mas Fikri yang duduk di situ juga. Ternyata dia juga hadir di persidangan ini. Aku pun maju ke depan menuju kursi di sebelah Pak Mahendra yang berhadapan langsung dengan Majelis hakim. Tampak di disisi kanan yang menghadap kami, kursi para saksi. Sudah ada Mas Fikri yang sedari tadi menatapku tajam. Sebelahnya ada Mbak Arum, mata kami sempat bersirobok sesaat, tapi tatapan Mbak Arum masih seperti dulu, penuh kebencian. Di sebelah Mas Fikri ada Mas Angga dengan tangan terborgol dan pengawalan ketat.Tidak ada Dokter Fikri di deretan kursi saksi. Apa mungkin dia membatalkan kedatangannya untuk jadi saksi. "Baik, karena Saudara penggugat sudah datang maka saya persilahkan Ibu Tiara untuk melanjutkan penjelasan yang tertunda kemarin. Atau diulang saja dari awal ya, Bu, biar jelas.""Terima kasih, Yang Mulia." Aku pun berdiri. "Baik

    Last Updated : 2022-08-26
  • Ditipu Mertua dan Suami    79. Sidang kedua (2)

    "Saya Fikri Maulana Putra. Hubungan saya dengan Tiara adalah sebagai teman. Kebetulan Tiara adalah adik kelas saya waktu SMP dan kita dipertemukan kembali di kereta Jakarta Surabaya. Saat itu di sepanjang jalan Tiara menangis tanpa henti, bukti bahwa kepergiannya ke Surabaya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, membawa luka yang teramat dalam.""Baik, saudara Fikri Maulana, apakah benar anda menolong saudara Tiara waktu Saudara Angga berniat mengulangi perbuatannya di salah satu hotel di Jakarta?""Iya, Yang Mulia, benar sekali. Saat itu saya menelepon Tiara untuk menanyakan khabarnya, memastikan keadaannya baik-baik saja. Kebetulan saya tahu dia ada di hotel tapi tidak tahu dengan siapa. Dan di telepon, saya mendengar suara laki-laki yang tak lain saudara ipar Tiara, Angga. Dia berteriak jelas sekali. Saya membawa rekaman suaranya." Kemudian Mas Fikri mengeluarkan gadgetnya lalu memutar kembali rekaman itu."Buka pintunya, Ra! Atau kudobrak dan kuperkosa kamu seperti dulu bahkan

    Last Updated : 2022-08-27
  • Ditipu Mertua dan Suami    80. Bersama Dokter Rasyid

    Ditipu mertua dan suami Part 38Ucapan Dokter Fikri dan sikap dinginnya membuatku kehilangan mood. Selama di dalam taxi perjalanan dari Pengadilan Agama ke bandara aku memilih diam."Ibu Tiara baik-baik saja?" Tanya Dokter Rasyid sambil menatapku dari samping seperti berusaha menjelajahi isi pikiranku, aku hanya mengangguk tanpa melihatnya."Dokter Fikri juga langsung pulang ke Surabaya, kan?" Tanya Dokter Rasyid lagi seolah tahu siapa yang ada di pikiranku saat ini, aku menjawabnya hanya dengan menggeleng tanpa sepatah kata."Bukannya tadi Bu Tiara ngobrol dengan beliau?" Tanyanya lagi sepertinya memang sengaja berusaha mengorek lebih dalam.Ko"Saya hanya mengucapkan terima kasih saja, Dok." jawabku seperlunya yang akhirnya bisa membuat Dokter Rasyid diam tidak bertanya lebih dalam.Sesampai di bandara, diam-diam pandanganku menjelajah di setiap sudut yang kami lalui, mencari orang yang sudah membuat perasaanku gundah sedari tadi. Sambil menunggu penerbangan yang masih di jam 5 So

    Last Updated : 2022-08-29
  • Ditipu Mertua dan Suami    81. Bersama Dokter Rasyid (2)

    "Nggak, Mbok, cuma duduk di pesawat nggak capek." Setelah meja makan bersih, aku berniat mengambil Adam di kamar, "Mbok, Adam tidurnya di mana? Tadi rewel nggak, Mbok?""Nggak rewel kok, Bu. Pinter Nak Adam. Nangisnya kalau pas minta susu saja. Tapi ya itu tidur pun direcokin Non Fiona sama Den Galang terus makanya saya taruh di kamar tidur tamu lalu saya kunci dari luar biar aman nggak diberisikin anak-anak. Saya ambil Adamnya ya, Bu."Belum juga aku beranjak, Dokter Rasyid datang menggendong Adam, "Gimana, Bu Tiara, Mbok Minah, masih pantes kan nggendong bayi?" tanyanya dengan senyum tipis menatapku."Masih pantes banget, Pak. Semoga secepatnya Pak Dokter Rasyid segera nambah momongan, ya.""Nyari istri dulu, Mbok. Mana bisa nambah momongan kalau belum punya istri.""Iya, itu maksud Mbok. Semoga secepatnya Pak Dokter Rasyid ketemu dengan jodohnya.""Aamiin, semoga jodohku yang ada di depan mata ini ya, Mbok," ucap Dokter Rasyid yang membuat Mbok Minah senyum-senyum melirikku.Dokte

    Last Updated : 2022-08-30
  • Ditipu Mertua dan Suami    82. Pertemuan yang menegangkan (1)

    "Kenapa Dokter bohong sama saya?" "Maaf, Bu Tiara. Bukan apa-apa, saya hanya ingin memberi surprise. Saya pengin Bu Tiara refreshing setelah sibuk mengurus perceraian.""Saya mau pulang, Dok!""Kenapa, Bu? Kita sudah sampai di sini, nggak enak kalau pulang. Ayolah, saya janji kalau nanti Bu Tiara merasa tidak nyaman, kita pulang lebih awal." Tiba-tiba Dokter Rasyid menggamit tanganku, kutepis seketika."Maaf, Bu, tidak sengaja, ingat saya, jalan sama istri." Ucapnya yang membuatku sedikit kesal. Kami pun masuk ke dalam banquet hall yang sudah didekorasi dengan sangat menawan dan seketika semua pasang mata tertuju pada kami seolah yang datang orang penting. Aku tak berani menatap mereka, memilih untuk menundukkan wajah dengan jantung yang berdetak sangat cepat. Apakah salah satu pasang mata itu adalah Dokter Fikri? Ya Alloh bagaimana aku menghadapinya. Rekan-rekan Dokter Rasyid menghampiri kami, menjabat tangan Dokter Rasyid, " Wah, wah, ini, Dok, yang akhir-akhir ini jadi buah bib

    Last Updated : 2022-08-31

Latest chapter

  • Ditipu Mertua dan Suami    99. Akhir yang indah

    "Nih, ada yang kangen sama ayahnya," ucapku sambil mengarahkan layar pada perutku."Maksudnya, Ra?""Iya, roket yang Mas Putra luncurkan ternyata ajaib, tepat sasaran. Benihnya jadi, Mas." "Maksudmu kamu hamil, Ra?" Aku mengangguk sambil menunjukkan testpack dengan berurai airmata. Mata Mas Fikri langsung berkaca kaca, setelah itu menangis sesenggukan, "Secepat ini, Ra?""Iya, Mas, aku juga seperti tidak percaya. Ini hanya karena kebesaranNya.""Alhamdulillah ya Allah, begitu cepat Engkau berikan anugrah indah ini pada kami." Tubuh Mas Putra kemudian meluruh bersujud syukur. Setelah itu kami hanya bisa sama-sama menatap layar dengan mata basah, "Ra, aku pengin meluk kamu. Aku besok pagi pulang, ya." Aku mengangguk bahagia."Kira-kira itu roket yang pas kuluncurkan di mana ya, Ra, yang berhasil jadi. Feelingku kok pas di camping di pantai. Rasanya beda soalnya.""Sok yakin, Mas, hanya Allah yang tahu. Yang terpenting, semoga aku dan bayi kita diberi keselamatan dan kesehatan ya, Mas

  • Ditipu Mertua dan Suami    98. Bulan madu (3)

    And Aubrey was her name,(Dan Aubrey adalah namanya,)A not so very ordinary girl or name.(Nama dan gadis yang biasa saja)But who’s to blame?(Tapi siapa yang harus disalahkan?)For a love that wouldn’t bloom(Untuk cinta yang tidak akan mekar)For the hearts that never played in tune.(Untuk hati yang tak pernah dimainkan selaras.)Like a lovely melody that everyone can sing,(Seperti melodi indah yang gampang dinyanyikan oleh setiap orang,)Take away the words that rhyme it doesn’t mean a thing.(Dengan lirik yang kurang bermakna)But God I miss the girl,(Tapi Tuhan aku rindu gadis itu,)And I’d go a thousand times around the world just to be(Dan aku akan berkeliling dunia seribu kali untuk)Closer to her than to me.(Lebih dekat dengannya daripada denganku sendiri.)And Aubrey was her name,(Dan Aubrey adalah namanya,)I never knew her, but I loved her just the same,(Aku tidak pernah mengenalnya, tapi aku mencintainya sama saja)I loved her name.(aku mencintai namanya.)Wis

  • Ditipu Mertua dan Suami    97. Bulan madu (2)

    Ditipu Mertua dan Suami Extra part 4 "Ayo, Ra, jawab, jangan bikin aku penasaran." "Mandi dulu, ah." Aku beranjak dari duduk berniat melarikan diri tapi tanganku langsung dicekal Mas Putra."Eits, jangan harap kamu bisa melarikan diri sebelum menjawab pertanyaanku. Duduk!""Maksa banget, sih, Mas.""Kamu kan senengnya dipaksa paksa gini. Nikah sama aku pun harus dipaksa.""Lebih enak yang dipaksa dipaksa, sih," jawabku yang akhirnya mengalah duduk di samping Mas Putra sambil melingkarkan tangan di pinggungnya dan melabuhkan kepala di bahunya. Mas Putra pun akhirnya juga melingkarkan tangannya di pinggangku. Sudah tidak peduli dengan orang sekitar, kami menikmati senja di tepi pantai layaknya orang yang sedang kasmaran."Ayo, Ra, ceritakan. Aku siap menerima kenyataan pahit.""Malam itu, setelah pernikahan kami, Mas Rasyid menuntutku untuk menjadi istri seutuhnya. Dia melepas kerudungku, Mas. Lalu bibirnya ... Bibirnya mengecup ....""Bibirmu?" Sahut Mas Putra cepat."Bukan tapi k

  • Ditipu Mertua dan Suami    96. Bulan madu

    Kami pun mengikuti Kartika masuk ke dalam rumah lalu membuka kamar Ibu. Terlihat Ibu terbaring dengan badan yang kurus kering sama dengan Kartika. Mendengar pintu di buka Ibu langsung bangun, menatapku tajam lalu bangkit dari ranjang menghampiri kami dengan dada yang naik turun. "Pembunuh! Kamu pembunuh cucuku!" Teriaknya menakutkan. Ternyata dia masih bisa mengenaliku. "Gara-gara kamu, aku tidak punya cucu! Kembalikan cucuku! Beri aku cucu!" Ibu mengambil gelas yang ada di atas meja."Rasakan ini pembunuh! Matilah kau!" Tiba-tiba Ibu mengayunkan gelas itu mengarah padaku. Untunglah Mas Putra buru-buru menarik tubuhku lalu menutup pintu kamar. Setelahnya terdengar suara gelas pecah yang dilempar ke pintu kemudian disusul teriakan Ibu yang melengking."Buka pintunya! Aku akan membunuh perempuan itu! Bukaaa!" "Tiara, sepertinya untuk saat ini kita tidak bisa berdamai dengan mantan mertuamu itu. Sangat berbahaya buat diri kamu.""Iya, Mas, aku juga takut. Kita pulang saja.""Maaf, Mb

  • Ditipu Mertua dan Suami    95. Kembali ke masa lalu (2)

    Ditipu mertua dan suami Extra part 3Setelah meninggalkan penjara, kami pun menuju kontrakan Kartika, "Gimana nih kesan yang habis ketemu mantan?" ledeknya sambil menyetir."Biasa saja." "Yang bener? Kata orang, yang pertama itu tak terlupakan.""Yang pertama tapi kalau menyakitkan buat apa diingat ingat.""Sakit pertama aja tapi selanjutnya memabukkan, kan.""Ih, apa sih, Mas Putra, nggak nyambung. Hatiku, Mas, yang sakit. Ngeres aja pikirannya." "Ha ha ha ... sekarang mikir ngeres nggak masalah, kan sudah ada tempat pelampiasan."Tanganku sudah melayang bersiap memukul lengannya tapi dengan spontan dicekal Mas Putra lalu ditaruh di pahanya dengan tangan kanan masih pegang setir."Geser rada ke sini, Ra, dudukmu." "Mau ngapain? Fokus, Mas, lagi nyetir nanti nabrak lagi." "Sudah, sini, mo dapat pahala, nggak?" Aku pun akhirnya manut menggeser dudukku mendekat padanya, "Sudah, nih, terus suruh ngapain?""Elus-elus." Tanganku yang digenggamnya di pahanya di geser lebih ke kanan.N

  • Ditipu Mertua dan Suami    94. Kembali ke masa lalu

    Besoknya, akhirnya kita terbang ke Jakarta. Sampai di rumah Mas Fikri, ibu mertuaku menyambut dengan hangat. Lengkaplah kebahagiaanku. Akhirnya aku punya mertua idaman yang begitu menyayangiku tidak seperti mertuaku dulu. Mengingatnya seperti diiris iris lagi."Selamat datang di rumahmu yang baru, Tiara," sambut Ibu sambil memelukku."Kok rumahku, Bu? Ini rumah Ibu, kan?""Ini rumah Fikri. Hasil kerja keras Fikri jadi ini otomatis rumahmu. Ibu dan Tia hanya numpang di sini.""Ibu jangan begitu. Ini rumah putra Ibu, Ibu yang lebih berhak.""Nggak, Nduk. Kamu istri Fikri. Kamu yang lebih berhak.""Sudah, sudah, kenapa kalian jadi rebutan rumah. Kalau nggak ada yang mengakui biarin nanti diakui istri kedua saja.""Hus! Amit-amit! Jangan sampai kamu menduakan Tiara ya, Fikri. Awas saja, bakalan Ibu pecat jadi anak!""Bercanda, Bu, mana mungkin anak Ibu yang baik ini sanggup menyakiti perempuan yang dengan susah ngedapetinnya. Memperjuangkannya saja butuh waktu hampir 20 tahun.""Nah itu

  • Ditipu Mertua dan Suami    93. Tentang Adam

    "Bukan. Itu murni Rekayasa Allah, Ra. Nasib baik berpihak padaku. Aku selalu berdoa untuk didekatkan denganmu jika kamu jodohku dan jauhkan bila bukan jodohku. Dan ternyata Allah terus mendekatkan kita. Makanya aku terus berjuang untuk mendapatkan kamu, Ra, karena yakin kamulah jodohku." ucapnya sambil menggenggam tanganku dan menatapku syahdu, terasa berdesir desir. "Tuh, kan, pegangan tangan begini aja nyetrum nih, Ra. Ada yang bangun," lirihnya sambil mengedipkan satu matanya."Nggak! Mati air!" teriakku."Dasar airnya nggak bisa diajak kompromi. Ya sudahlah, nggak usah pegang-pegang tangan. Ayo dilanjutin ceritamu!""Seminggu sekali setiap hari Sabtu Mas Fikri ke Yogya menemuiku. Walaupun sudah berkali kali kuusir tetap nekat, Mas. Dan setelah menceraikan Kartika dia berani beraninya melamarku. Membawa ibu dan saudara saudaranya. Ibunya sampai memohon mohon agar aku mau rujuk. Katanya hanya aku yang bisa memberinya cucu karena Kartika sudah tidak bisa memberinya cucu." "Kenapa?"

  • Ditipu Mertua dan Suami    92. Malam pertama (3)

    "Tiara! Kok keluar, sih. Ini shower gimana?""Halah, modus, kan, Mas Fikri? Mau minta nambah lagi, kan, di kamar mandi?" "Otakmu tuh yang ngeres. Beneran ini shower mati!""Ya sudah Mas Fikri pakai handuk dulu!""Iya, udah, istriku yang cantik. Buru sini!"Aku pun masuk ke kamar mandi lagi dengan siaga 1 takut diisengin Mas Fikri. Saat kunyalakan shower, ternyata benar shower mati. Tak keluar setetes air pun."Yah, mati air berarti ini, Mas. Tampungan pasti juga sudah habis buat nyuci piring acara resepsi tadi malam.""Terus gimana, Ra? Mana kudu mandi junub lagi. Butuh air banyak ini.""Di lantai bawah ada kamar mandi yang ada baknya kok, Mas. Kita mandi di sana, yuk. Semoga airnya masih penuh.""Udah pada bangun belum, ya, Ra? Malu tahu subuh-subuh mandi keramas. Ayo, Ra, temenin." "Punya urat malu juga, Mas?" ledekku yang dibalas Mas Fikri dengan mendorong kepalaku. Sambil membawa handuk, kami mengendap endap menuruni tangga takut ngebangunin yang lain. Dan aman, lantai bawah ma

  • Ditipu Mertua dan Suami    91. Malam pertama (2)

    "Oh iya, Ra, Adam mana? Dari ijab qobul tadi aku belum lihat Adam. Pasti sekarang dia sudah besar ya, sudah bisa jalan.""Ceritanya panjang, Mas. Adam ...." Mengingat Adam, airmataku luruh tak terbendung. Mas Fikri merengkuh tubuhku, "Sudah, sudah, kalau pertanyaanku hanya membuat kamu sedih begini tidak usah kamu ceritakan sekarang, Ra. Aku tidak ingin kebahagiaan kita hari ini rusak dengan kesedihanmu. Nanti saja ceritanya kalau kamu sudah siap, ya." Usapan Dokter Fikri di punggung akhirnya bisa meredakan kesedihanku, begitu nyaman dalam pelukan suami. Setelah mandi keramas, Dokter Fikri mengajakku sholat bersama. Bahagia sekali rasanya akhirnya aku punya seorang imam idaman hati. Tak henti mengucap syukur atas anugrahNya hari ini. Semoga ini adalah jodoh terakhirku sampai jannahMu ya Allah. "Gara-gara nafsu sampai lupa belum ngedoain istri, main seruduk aja ya, Ra. Sini kudoain dulu." Selesai sholat Dokter Fikri meraih kepalaku. Lalu seuntai doa ia lirihkan tepat di depan dah

DMCA.com Protection Status