Home / Romance / Ditipu Mertua dan Suami / 67. Berujung pada Kartika

Share

67. Berujung pada Kartika

last update Last Updated: 2022-08-14 23:19:22

Bahkan ucapanku tadi pada Tiara bahwa aku akan menceraikan Kartika, itu hanya ucapan di bibir saja. Hanya untuk meluluhkan hati Tiara. Nyatanya feeling Tiara lebih kuat. Dia tak luluh. Sebuah kenyataan aku mencintai 2 perempuan sekaligus. Dan aku tidak bisa melepaskannya salah satu. Aku membutuhkan keduanya.

Segera kulajukan mobil menuju penjara. Tak lupa aku mampir ke minimarket membelikan Tiara makanan. Aku juga mampir di restoran, membelikan menu favorit Kartika, nasi goreng seafood.

Sampai di penjara, sebelum masuk ke dalam penjara, petugas memeriksa barang bawaanku. Setelah di nyatakan aman, mereka kemudian mendata identitasku dan memberiku name tag. Aku pun dipersilahkan masuk.

Di bagian dalam terdapat pintu masuk berukuran besar sebagai akses menuju ruang-ruang tahanan. Sebelum masuk aku kembali diperiksa baru kemudian petugas membukakan pintu besi. Di dalam telah duduk berjejer tahanan dengan kostum orange yang bertugas sebagai penerima tamu.

"Selamat siang, Pak. Mau ketem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ditipu Mertua dan Suami    68. Persidangan pertama (1)

    Hari persidangan yang ditunggu pun tiba. Aku masih di rumah sakit, belum diijinkan pulang atas permintaan Dokter Fikri. Dan untuk kepergianku ke Pengadilan Agama ternyata tanpa sepengetahuanku semua sudah disiapkan Dokter Fikri walaupun dia ada di Surabaya. Dokter Fikri menyuruh seorang suster yang khusus mendampingiku. Aku diharuskan memakai kursi roda belum boleh berjalan. Dokter Fikri juga menyiapkan mobilnya dan seorang sopir untuk mengantarkanku.Rasanya aku yang bukan siapa siapanya tidak pantas menerima kebaikan Dokter Fikri tapi aku tidak bisa menolaknya.Sampai di Pengadilan Agama, pengacaraku, Pak Mahendra sudah menunggu di sana, " Ibu Tiara? Ibu Tiara sakit?""Nggak, Pak. Saya habis melahirkan." "Maaf ya, Bu, saya nggak tahu. Kenapa nggak hubungi saya minta diundur kemarin.""Nggak pa pa, Pak. Saya pengin cepat-cepat menyelesaikan urusan perceraian ini. Suami saya sudah datang, Pak?" "Belum kelihatan, Bu.""Sidang pertama kali ini saya hanya bisa mengantar sampai di temp

    Last Updated : 2022-08-15
  • Ditipu Mertua dan Suami    69. Persidangan pertama (2)

    "Bukannya Mas Fikri yang merekayasa kebohongan? Mas lihat saja video itu! Apa Mas Fikri masih mau mengelak juga?" "Ini Pak Fikri, silahkan anda lihat video ini. Saya tidak kuat melihatnya. Tapi di video itu memang jelas pelakunya anda, Pak," ucap mediator sambil senyum-senyum lalu mengarahkan handphoneku pada Mas Fikri. Matanya terbelalak, mukanya memerah seketika, menyaksikan adegannya sendiri bersama Kartika digazebo malam itu, "Apa yang kamu lakukan, Tiara?! Jadi malam itu kamu membuntutiku dan mengintip kami, Tiara?!"Iya, aku tidak pernah tertidur saat Mas Fikri meninggalkan kamar. Masih mau mengelak, Mas? Mau aku tunjukkan bukti lain biar Mas Fikri puas melihat adegan Mas Fikri dengan perempuan yang katanya tidak mas cintai itu!" Aku menscrool video di galeri. Kutunjukkan langsung ke mata Mas Fikri supaya moderator tidak melihat adegan panasnya bersama Kartika di kamar. Termasuk adegan saat subuh ketika mereka melanjutkan adegan panasnya yang terhenti karena kugerebek malam i

    Last Updated : 2022-08-16
  • Ditipu Mertua dan Suami    70. Tragedi di ruang sidang (1)

    Ditipu Mertua dan Suami Part 33Mobil akhirnya sampai di depan rumah Ibu. Mas Fikri menyuruhku turun, " Ayo Tiara, turun. Bisa jalan, kan? Nggak usah pakai kursi roda." "Aku nggak mau turun! Antarkan aku ke rumah sakit, Mas! Bayiku membutuhkan Asiku!" bentakku yang masih kesal dan hancur lebur karena kehilangan handphone. "Tidak usah banyak alasan kamu, Ra! Karena kamu pengin ketemu dokter itu, kan? Soal ASI, itu gampang. Kamu bisa memerasnya di rumah biar ASI nya kuantar ke rumah sakit," ucapnya sambil menarik tanganku dengan paksa."Lepaskan, Mas! Aku tidak mau masuk ke rumah itu!" Dengan berurai air mata, aku terus melawannya dan berniat lari tapi kekuatanku yang belum pulih tidak bisa melawannya.Kakiku lemas dan gemetar karena ini pertama kalinya aku jalan setelah pendarahan waktu melahirkan dan koma. Bahkan sampai sekarang darah nifasku masih keluar begitu deras."Tolong, Mas, jangan ditarik tanganku! Aku belum kuat jalan cepat! Lepaskan!" Tapi Mas Fikri tak peduli dengan rin

    Last Updated : 2022-08-17
  • Ditipu Mertua dan Suami    71. Tragedi di Ruang sidang (2)

    Dan begitulah hari hariku, aku di kurung di kamar ini, sama sekali tidak boleh keluar dari kamar dan tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar. Hanya bisa menangis dan mengadu padaNya. Bahkan kaca jendela yang sempat memberiku harapan ternyata juga sudah dipasang plang kayu dari luar oleh Mas Fikri. Jendela itu tidak bisa dibuka. Aku mencoba berdamai dengan keadaan, keluar dari keterpurukan, mendekatkan diri padaNya. Untuk mengisi waktu dan kejenuhan, aku pun mencoba menumpahkan semua isi hati dalam tulisan, mengurai kisah dan beban hidupku dalam buku yang tadi kutemukan di lemari. Lumayan bisa menghibur diri sendiri. Ternyata menulis itu bisa menjadi ajang refreshing, menghilangkan rasa penat.Sampai seminggu kemudian, disaat aku harus datang ke Pengadilan Agama untuk sidang kedua, Mas Fikri tidak mengijinkanku untuk datang."Aku yang akan datang, Ra. Kamu tetap di sini. Aku akan bilang kamu berhalangan datang karena sakit. Aku sudah mencari surat ijin dari dokter yang menyatakan ka

    Last Updated : 2022-08-18
  • Ditipu Mertua dan Suami    72. Mengambil bayi Tiara (1)

    POV Fikri "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Fikri? Itu bayimu kamu bawa pulang?" Dengan mata berbinar menghampiriku."Iya, Bu. Cucu Ibu sudah sehat. Sudah boleh dibawa pulang." "Tapi, Fikri ...." "Tapi kenapa, Bu? Ibu nggak senang dengan kehadiran satu satunya cucu Ibu di rumah ini?""Ibu sangat bahagia sekali. Masalahnya siapa yang mau ngasuh? Ibu mana sanggup ngasuh 3 balita ditambah 1 bayi." "Kan ada Tiara, Bu. Anakku jadi tanggung jawab Tiara. Ibu tidak perlu repot ikut mengurusi. Ibu fokus saja ngasuh anak-anak Kartika." "Ya itu masalahnya, Fikri. Tiara kabur dari rumah ini!" "Hah? Bagaimana bisa, Bu?! Pintu kan terkunci dari luar." "Tadi Ibu ke warung sebentar nganter Vania jajan. E ... kata Randi, Tiara teriak-teriak manggil Ibu suruh buka pintu. Katanya sakit dan butuh obat. Akhirnya pintunya dibuka sama Randi dan Tiara pergi. Kata Randi, budhe Tiara mau periksa ke rumah sakit." "Sakit apa, Tiara, Bu? Perasaan tadi pagi Kutinggal masih baik-baik saja." "Halah, pal

    Last Updated : 2022-08-19
  • Ditipu Mertua dan Suami    73. Mengambil bayi Tiara (2(

    POV Fikri "Sudah kubilang, Mas! Jangan menyentuhku!" Teriaknya sewot yang justru terlihat semakin menggemaskan dengan mukanya yang terlihat sedikit cubby setelah melahirkan. Kenapa aku merasa seperti orang kasmaran begini. Sayangnya aku belum bisa menyentuhnya. "Iya, Ra, nggak, kok. Aku hanya pengin meluapkan rasa sayangku padamu. Sekali lagi makasih, ya, Ra, sudah memberiku seorang malaikat kecil yang lucu begini." Perasaan sayangku yang sebenarnya pengin kulampiaskan pada Tiara lebih dari sekedar mencium keningnya. Tidak, jangan terburu-buru, Fikri. Aku berusaha menahannya. Akhirnya hanya bisa kulampiaskan pada Adam. Kuusap jemari Adam yang halus, gemas pengin nguwel-nguwel. Tubuhnya menggeliat lalu menangis kencang. "Cup ... cup ... cup. Adam haus ya. Lapar ya, sayang. Nenen ya." Sebelum diusir Tiara, aku lebih baik menyingkir dari kamar selain juga takut tidak bisa mengendalikan nafsuku melihat Tiara menyusui."Kamu susuin dulu Adam, Ra. Aku mau ke Mesjid dulu. Oh iya pesan d

    Last Updated : 2022-08-21
  • Ditipu Mertua dan Suami    74. Kembali ke Surabaya

    Sambil memangku Adam yang tertidur pulas, aku mencoba rileks menikmati pemandangan hamparan sawah di luar jendela kaca kereta setelah ketegangan yang aku alami seharian ini tadi. Alhamdulillah, bersyukur akhirnya aku bisa kabur dari rumah itu. Rencana yang sudah kusiapkan dengan matang sebelum aku kembali ke rumah Ibu kemarin. Sepulang dari rumah sakit, setelah tahu bahwa bayiku dibawa Mas Fikri pulang, aku langsung menuju konter HP, membeli handphone second yang masih layak pakai. Setelah itu aku baru memesan taxi online menuju rumah Ibu. Aku menawarkan kerjasama dengan sopir taxi."Pak, bisa nggak, kalau besok saya hubungi bapak untuk pesan taxi ini?""Bisa, Neng. Mau jam berapa, Neng?""Bapak standby di dekat rumah saya pagi sekitar jam 8 an ya, Pak. Saya minta nomor handphone Bapak. Nanti kalau sudah siap saya khabari." "Iya, Neng. Ini, Neng, nomor handphone saya." Bapak itu menyerahkan kartu nama padaku."Tapi saya juga mau minta tolong, Pak.""Minta tolong apa, Neng? Kalau bis

    Last Updated : 2022-08-22
  • Ditipu Mertua dan Suami    75. Kembali ke Surabaya (2)

    "Bu Tiara tinggal di sini saja sama Adam. Fiona masih pengin main sama Adam. Papa kapan menikah dengan Bu Tiara dan kita bisa bobok bareng sama Dik Adam?" Kutundukkan wajah dalam-dalam tak sanggup menatap Fiona dan anak-anak apalagi menatap Dokter Rasyid."Nanti ya, Fiona. Semua kan butuh proses. Kudu dipersiapkan matang-matang. Fiona harus sabar dan berdoa terus ya semoga Papa bisa segera menikah dengan Bu Tiara." Ya, Allah, ya Rabb, berilah hamba petunjuk kemana hamba akan melangkah. Tak sengaja akhirnya aku terjebak pada janjiku sendiri."Papa, Fiona pengin les lagi sama Bu Tiara.""Galang juga.""Iya, Pa, Kirana juga butuh guru les, matematikanya yang sekarang susah.""Kemarin-kemarin Papa tawarin guru les katanya pada nggak butuh.""Kan penginnya Bu Tiara yang ngajar," ucap Kirana."Iya, tapi Bu Tiara sekarang sudah punya Adam. Mana ada waktu ngasih les.""Kalau berkenan, saya mau, Dok, ngasih les ke anak-anak lagi. Saya butuh pekerjaan. Tapi saya minta ijin ngajarnya bawa anak.

    Last Updated : 2022-08-23

Latest chapter

  • Ditipu Mertua dan Suami    99. Akhir yang indah

    "Nih, ada yang kangen sama ayahnya," ucapku sambil mengarahkan layar pada perutku."Maksudnya, Ra?""Iya, roket yang Mas Putra luncurkan ternyata ajaib, tepat sasaran. Benihnya jadi, Mas." "Maksudmu kamu hamil, Ra?" Aku mengangguk sambil menunjukkan testpack dengan berurai airmata. Mata Mas Fikri langsung berkaca kaca, setelah itu menangis sesenggukan, "Secepat ini, Ra?""Iya, Mas, aku juga seperti tidak percaya. Ini hanya karena kebesaranNya.""Alhamdulillah ya Allah, begitu cepat Engkau berikan anugrah indah ini pada kami." Tubuh Mas Putra kemudian meluruh bersujud syukur. Setelah itu kami hanya bisa sama-sama menatap layar dengan mata basah, "Ra, aku pengin meluk kamu. Aku besok pagi pulang, ya." Aku mengangguk bahagia."Kira-kira itu roket yang pas kuluncurkan di mana ya, Ra, yang berhasil jadi. Feelingku kok pas di camping di pantai. Rasanya beda soalnya.""Sok yakin, Mas, hanya Allah yang tahu. Yang terpenting, semoga aku dan bayi kita diberi keselamatan dan kesehatan ya, Mas

  • Ditipu Mertua dan Suami    98. Bulan madu (3)

    And Aubrey was her name,(Dan Aubrey adalah namanya,)A not so very ordinary girl or name.(Nama dan gadis yang biasa saja)But who’s to blame?(Tapi siapa yang harus disalahkan?)For a love that wouldn’t bloom(Untuk cinta yang tidak akan mekar)For the hearts that never played in tune.(Untuk hati yang tak pernah dimainkan selaras.)Like a lovely melody that everyone can sing,(Seperti melodi indah yang gampang dinyanyikan oleh setiap orang,)Take away the words that rhyme it doesn’t mean a thing.(Dengan lirik yang kurang bermakna)But God I miss the girl,(Tapi Tuhan aku rindu gadis itu,)And I’d go a thousand times around the world just to be(Dan aku akan berkeliling dunia seribu kali untuk)Closer to her than to me.(Lebih dekat dengannya daripada denganku sendiri.)And Aubrey was her name,(Dan Aubrey adalah namanya,)I never knew her, but I loved her just the same,(Aku tidak pernah mengenalnya, tapi aku mencintainya sama saja)I loved her name.(aku mencintai namanya.)Wis

  • Ditipu Mertua dan Suami    97. Bulan madu (2)

    Ditipu Mertua dan Suami Extra part 4 "Ayo, Ra, jawab, jangan bikin aku penasaran." "Mandi dulu, ah." Aku beranjak dari duduk berniat melarikan diri tapi tanganku langsung dicekal Mas Putra."Eits, jangan harap kamu bisa melarikan diri sebelum menjawab pertanyaanku. Duduk!""Maksa banget, sih, Mas.""Kamu kan senengnya dipaksa paksa gini. Nikah sama aku pun harus dipaksa.""Lebih enak yang dipaksa dipaksa, sih," jawabku yang akhirnya mengalah duduk di samping Mas Putra sambil melingkarkan tangan di pinggungnya dan melabuhkan kepala di bahunya. Mas Putra pun akhirnya juga melingkarkan tangannya di pinggangku. Sudah tidak peduli dengan orang sekitar, kami menikmati senja di tepi pantai layaknya orang yang sedang kasmaran."Ayo, Ra, ceritakan. Aku siap menerima kenyataan pahit.""Malam itu, setelah pernikahan kami, Mas Rasyid menuntutku untuk menjadi istri seutuhnya. Dia melepas kerudungku, Mas. Lalu bibirnya ... Bibirnya mengecup ....""Bibirmu?" Sahut Mas Putra cepat."Bukan tapi k

  • Ditipu Mertua dan Suami    96. Bulan madu

    Kami pun mengikuti Kartika masuk ke dalam rumah lalu membuka kamar Ibu. Terlihat Ibu terbaring dengan badan yang kurus kering sama dengan Kartika. Mendengar pintu di buka Ibu langsung bangun, menatapku tajam lalu bangkit dari ranjang menghampiri kami dengan dada yang naik turun. "Pembunuh! Kamu pembunuh cucuku!" Teriaknya menakutkan. Ternyata dia masih bisa mengenaliku. "Gara-gara kamu, aku tidak punya cucu! Kembalikan cucuku! Beri aku cucu!" Ibu mengambil gelas yang ada di atas meja."Rasakan ini pembunuh! Matilah kau!" Tiba-tiba Ibu mengayunkan gelas itu mengarah padaku. Untunglah Mas Putra buru-buru menarik tubuhku lalu menutup pintu kamar. Setelahnya terdengar suara gelas pecah yang dilempar ke pintu kemudian disusul teriakan Ibu yang melengking."Buka pintunya! Aku akan membunuh perempuan itu! Bukaaa!" "Tiara, sepertinya untuk saat ini kita tidak bisa berdamai dengan mantan mertuamu itu. Sangat berbahaya buat diri kamu.""Iya, Mas, aku juga takut. Kita pulang saja.""Maaf, Mb

  • Ditipu Mertua dan Suami    95. Kembali ke masa lalu (2)

    Ditipu mertua dan suami Extra part 3Setelah meninggalkan penjara, kami pun menuju kontrakan Kartika, "Gimana nih kesan yang habis ketemu mantan?" ledeknya sambil menyetir."Biasa saja." "Yang bener? Kata orang, yang pertama itu tak terlupakan.""Yang pertama tapi kalau menyakitkan buat apa diingat ingat.""Sakit pertama aja tapi selanjutnya memabukkan, kan.""Ih, apa sih, Mas Putra, nggak nyambung. Hatiku, Mas, yang sakit. Ngeres aja pikirannya." "Ha ha ha ... sekarang mikir ngeres nggak masalah, kan sudah ada tempat pelampiasan."Tanganku sudah melayang bersiap memukul lengannya tapi dengan spontan dicekal Mas Putra lalu ditaruh di pahanya dengan tangan kanan masih pegang setir."Geser rada ke sini, Ra, dudukmu." "Mau ngapain? Fokus, Mas, lagi nyetir nanti nabrak lagi." "Sudah, sini, mo dapat pahala, nggak?" Aku pun akhirnya manut menggeser dudukku mendekat padanya, "Sudah, nih, terus suruh ngapain?""Elus-elus." Tanganku yang digenggamnya di pahanya di geser lebih ke kanan.N

  • Ditipu Mertua dan Suami    94. Kembali ke masa lalu

    Besoknya, akhirnya kita terbang ke Jakarta. Sampai di rumah Mas Fikri, ibu mertuaku menyambut dengan hangat. Lengkaplah kebahagiaanku. Akhirnya aku punya mertua idaman yang begitu menyayangiku tidak seperti mertuaku dulu. Mengingatnya seperti diiris iris lagi."Selamat datang di rumahmu yang baru, Tiara," sambut Ibu sambil memelukku."Kok rumahku, Bu? Ini rumah Ibu, kan?""Ini rumah Fikri. Hasil kerja keras Fikri jadi ini otomatis rumahmu. Ibu dan Tia hanya numpang di sini.""Ibu jangan begitu. Ini rumah putra Ibu, Ibu yang lebih berhak.""Nggak, Nduk. Kamu istri Fikri. Kamu yang lebih berhak.""Sudah, sudah, kenapa kalian jadi rebutan rumah. Kalau nggak ada yang mengakui biarin nanti diakui istri kedua saja.""Hus! Amit-amit! Jangan sampai kamu menduakan Tiara ya, Fikri. Awas saja, bakalan Ibu pecat jadi anak!""Bercanda, Bu, mana mungkin anak Ibu yang baik ini sanggup menyakiti perempuan yang dengan susah ngedapetinnya. Memperjuangkannya saja butuh waktu hampir 20 tahun.""Nah itu

  • Ditipu Mertua dan Suami    93. Tentang Adam

    "Bukan. Itu murni Rekayasa Allah, Ra. Nasib baik berpihak padaku. Aku selalu berdoa untuk didekatkan denganmu jika kamu jodohku dan jauhkan bila bukan jodohku. Dan ternyata Allah terus mendekatkan kita. Makanya aku terus berjuang untuk mendapatkan kamu, Ra, karena yakin kamulah jodohku." ucapnya sambil menggenggam tanganku dan menatapku syahdu, terasa berdesir desir. "Tuh, kan, pegangan tangan begini aja nyetrum nih, Ra. Ada yang bangun," lirihnya sambil mengedipkan satu matanya."Nggak! Mati air!" teriakku."Dasar airnya nggak bisa diajak kompromi. Ya sudahlah, nggak usah pegang-pegang tangan. Ayo dilanjutin ceritamu!""Seminggu sekali setiap hari Sabtu Mas Fikri ke Yogya menemuiku. Walaupun sudah berkali kali kuusir tetap nekat, Mas. Dan setelah menceraikan Kartika dia berani beraninya melamarku. Membawa ibu dan saudara saudaranya. Ibunya sampai memohon mohon agar aku mau rujuk. Katanya hanya aku yang bisa memberinya cucu karena Kartika sudah tidak bisa memberinya cucu." "Kenapa?"

  • Ditipu Mertua dan Suami    92. Malam pertama (3)

    "Tiara! Kok keluar, sih. Ini shower gimana?""Halah, modus, kan, Mas Fikri? Mau minta nambah lagi, kan, di kamar mandi?" "Otakmu tuh yang ngeres. Beneran ini shower mati!""Ya sudah Mas Fikri pakai handuk dulu!""Iya, udah, istriku yang cantik. Buru sini!"Aku pun masuk ke kamar mandi lagi dengan siaga 1 takut diisengin Mas Fikri. Saat kunyalakan shower, ternyata benar shower mati. Tak keluar setetes air pun."Yah, mati air berarti ini, Mas. Tampungan pasti juga sudah habis buat nyuci piring acara resepsi tadi malam.""Terus gimana, Ra? Mana kudu mandi junub lagi. Butuh air banyak ini.""Di lantai bawah ada kamar mandi yang ada baknya kok, Mas. Kita mandi di sana, yuk. Semoga airnya masih penuh.""Udah pada bangun belum, ya, Ra? Malu tahu subuh-subuh mandi keramas. Ayo, Ra, temenin." "Punya urat malu juga, Mas?" ledekku yang dibalas Mas Fikri dengan mendorong kepalaku. Sambil membawa handuk, kami mengendap endap menuruni tangga takut ngebangunin yang lain. Dan aman, lantai bawah ma

  • Ditipu Mertua dan Suami    91. Malam pertama (2)

    "Oh iya, Ra, Adam mana? Dari ijab qobul tadi aku belum lihat Adam. Pasti sekarang dia sudah besar ya, sudah bisa jalan.""Ceritanya panjang, Mas. Adam ...." Mengingat Adam, airmataku luruh tak terbendung. Mas Fikri merengkuh tubuhku, "Sudah, sudah, kalau pertanyaanku hanya membuat kamu sedih begini tidak usah kamu ceritakan sekarang, Ra. Aku tidak ingin kebahagiaan kita hari ini rusak dengan kesedihanmu. Nanti saja ceritanya kalau kamu sudah siap, ya." Usapan Dokter Fikri di punggung akhirnya bisa meredakan kesedihanku, begitu nyaman dalam pelukan suami. Setelah mandi keramas, Dokter Fikri mengajakku sholat bersama. Bahagia sekali rasanya akhirnya aku punya seorang imam idaman hati. Tak henti mengucap syukur atas anugrahNya hari ini. Semoga ini adalah jodoh terakhirku sampai jannahMu ya Allah. "Gara-gara nafsu sampai lupa belum ngedoain istri, main seruduk aja ya, Ra. Sini kudoain dulu." Selesai sholat Dokter Fikri meraih kepalaku. Lalu seuntai doa ia lirihkan tepat di depan dah

DMCA.com Protection Status