"Saya tidak semurah itu, Dok." "Ya kali aja kamu disirep Dokter Rasyid. Atau seperti biasa dia ngandalin anak anaknya buat meluluhkan kamu." "Pikiran Dokter jelek sekali.""Iya, ternyata aku memang salah. Di telepon, aku lalu dengar gedoran pintu dan teriakan ancaman si Angga keparat itu. Buru-buru kurekam dengan handphone. Setelah itu aku langsung lapor ke polisi dan akhirnya mengerebek kamar Angga.""Sekali lagi terima kasih banyak, Dok.""Dan bonusnya, seorang perempuan akhirnya menangis di pelukanku. Pertama kalinya aku memeluk perempuan, Ra.""Bohong! Bukannya Kartika perempuan pertama yang Dokter peluk?""O iya, lupa."Tiba-tiba aku merasakan kantuk yang teramat sangat. Seperti di bius. Suara Dokter Fikri yang masih bercerita lama lama terdengar samar. Aku pun terlelap. Aku terbangun karena merasakan sakit kepala dan nyeri yang hebat di perut sebelah kanan atas. Lalu rasa mual yang teramat sangat. Tanpa bisa kutahan aku memuntahkan semua isi perut. Dokter Fikri yang tidur
POV Fikri Hari ini mumpung hari Minggu, aku bergegas ke rumah sakit menemui Tiara. Aku harus bisa meluluhkan hatinya untuk mencabut gugatan cerainya. Aku tidak akan melepaskanmu, Ra. Sampai di depan ruang VIP, mengintip dari pintu yang sedikit terbuka tampak dokter keparat itu ada di dalam. Aku mengurungkan niat untuk masuk. Akan kutunggu saja di ruang tunggu di samping lift sampai dokter itu keluar. Daripada aku diusir satpam atas perintah dokter itu.Sedikit heran, kenapa Tiara bisa di rawat di ruang VIP. Bukankah dia hanya punya BPJS kelas 1? Dapat uang darimana dia. Atau jangan-jangan dokter itu juga yang membiayai.Buru-buru aku masuk toilet yang ada di samping Lift saat melihat dokter itu berjalan dari arah lorong kamar Tiara menuju lift. Menunggu beberapa saat di toilet. Setelah merasa yakin dokter itu sudah masuk lift, aku kemudian keluar dari toilet, menyusuri lorong menuju kamar Tiara.Sebelum membuka pintu, menyiapkanhati untuk menerima penolakan Tiara. Kali ini aku harus
Bahkan ucapanku tadi pada Tiara bahwa aku akan menceraikan Kartika, itu hanya ucapan di bibir saja. Hanya untuk meluluhkan hati Tiara. Nyatanya feeling Tiara lebih kuat. Dia tak luluh. Sebuah kenyataan aku mencintai 2 perempuan sekaligus. Dan aku tidak bisa melepaskannya salah satu. Aku membutuhkan keduanya. Segera kulajukan mobil menuju penjara. Tak lupa aku mampir ke minimarket membelikan Tiara makanan. Aku juga mampir di restoran, membelikan menu favorit Kartika, nasi goreng seafood. Sampai di penjara, sebelum masuk ke dalam penjara, petugas memeriksa barang bawaanku. Setelah di nyatakan aman, mereka kemudian mendata identitasku dan memberiku name tag. Aku pun dipersilahkan masuk. Di bagian dalam terdapat pintu masuk berukuran besar sebagai akses menuju ruang-ruang tahanan. Sebelum masuk aku kembali diperiksa baru kemudian petugas membukakan pintu besi. Di dalam telah duduk berjejer tahanan dengan kostum orange yang bertugas sebagai penerima tamu."Selamat siang, Pak. Mau ketem
Hari persidangan yang ditunggu pun tiba. Aku masih di rumah sakit, belum diijinkan pulang atas permintaan Dokter Fikri. Dan untuk kepergianku ke Pengadilan Agama ternyata tanpa sepengetahuanku semua sudah disiapkan Dokter Fikri walaupun dia ada di Surabaya. Dokter Fikri menyuruh seorang suster yang khusus mendampingiku. Aku diharuskan memakai kursi roda belum boleh berjalan. Dokter Fikri juga menyiapkan mobilnya dan seorang sopir untuk mengantarkanku.Rasanya aku yang bukan siapa siapanya tidak pantas menerima kebaikan Dokter Fikri tapi aku tidak bisa menolaknya.Sampai di Pengadilan Agama, pengacaraku, Pak Mahendra sudah menunggu di sana, " Ibu Tiara? Ibu Tiara sakit?""Nggak, Pak. Saya habis melahirkan." "Maaf ya, Bu, saya nggak tahu. Kenapa nggak hubungi saya minta diundur kemarin.""Nggak pa pa, Pak. Saya pengin cepat-cepat menyelesaikan urusan perceraian ini. Suami saya sudah datang, Pak?" "Belum kelihatan, Bu.""Sidang pertama kali ini saya hanya bisa mengantar sampai di temp
"Bukannya Mas Fikri yang merekayasa kebohongan? Mas lihat saja video itu! Apa Mas Fikri masih mau mengelak juga?" "Ini Pak Fikri, silahkan anda lihat video ini. Saya tidak kuat melihatnya. Tapi di video itu memang jelas pelakunya anda, Pak," ucap mediator sambil senyum-senyum lalu mengarahkan handphoneku pada Mas Fikri. Matanya terbelalak, mukanya memerah seketika, menyaksikan adegannya sendiri bersama Kartika digazebo malam itu, "Apa yang kamu lakukan, Tiara?! Jadi malam itu kamu membuntutiku dan mengintip kami, Tiara?!"Iya, aku tidak pernah tertidur saat Mas Fikri meninggalkan kamar. Masih mau mengelak, Mas? Mau aku tunjukkan bukti lain biar Mas Fikri puas melihat adegan Mas Fikri dengan perempuan yang katanya tidak mas cintai itu!" Aku menscrool video di galeri. Kutunjukkan langsung ke mata Mas Fikri supaya moderator tidak melihat adegan panasnya bersama Kartika di kamar. Termasuk adegan saat subuh ketika mereka melanjutkan adegan panasnya yang terhenti karena kugerebek malam i
Ditipu Mertua dan Suami Part 33Mobil akhirnya sampai di depan rumah Ibu. Mas Fikri menyuruhku turun, " Ayo Tiara, turun. Bisa jalan, kan? Nggak usah pakai kursi roda." "Aku nggak mau turun! Antarkan aku ke rumah sakit, Mas! Bayiku membutuhkan Asiku!" bentakku yang masih kesal dan hancur lebur karena kehilangan handphone. "Tidak usah banyak alasan kamu, Ra! Karena kamu pengin ketemu dokter itu, kan? Soal ASI, itu gampang. Kamu bisa memerasnya di rumah biar ASI nya kuantar ke rumah sakit," ucapnya sambil menarik tanganku dengan paksa."Lepaskan, Mas! Aku tidak mau masuk ke rumah itu!" Dengan berurai air mata, aku terus melawannya dan berniat lari tapi kekuatanku yang belum pulih tidak bisa melawannya.Kakiku lemas dan gemetar karena ini pertama kalinya aku jalan setelah pendarahan waktu melahirkan dan koma. Bahkan sampai sekarang darah nifasku masih keluar begitu deras."Tolong, Mas, jangan ditarik tanganku! Aku belum kuat jalan cepat! Lepaskan!" Tapi Mas Fikri tak peduli dengan rin
Dan begitulah hari hariku, aku di kurung di kamar ini, sama sekali tidak boleh keluar dari kamar dan tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar. Hanya bisa menangis dan mengadu padaNya. Bahkan kaca jendela yang sempat memberiku harapan ternyata juga sudah dipasang plang kayu dari luar oleh Mas Fikri. Jendela itu tidak bisa dibuka. Aku mencoba berdamai dengan keadaan, keluar dari keterpurukan, mendekatkan diri padaNya. Untuk mengisi waktu dan kejenuhan, aku pun mencoba menumpahkan semua isi hati dalam tulisan, mengurai kisah dan beban hidupku dalam buku yang tadi kutemukan di lemari. Lumayan bisa menghibur diri sendiri. Ternyata menulis itu bisa menjadi ajang refreshing, menghilangkan rasa penat.Sampai seminggu kemudian, disaat aku harus datang ke Pengadilan Agama untuk sidang kedua, Mas Fikri tidak mengijinkanku untuk datang."Aku yang akan datang, Ra. Kamu tetap di sini. Aku akan bilang kamu berhalangan datang karena sakit. Aku sudah mencari surat ijin dari dokter yang menyatakan ka
POV Fikri "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Fikri? Itu bayimu kamu bawa pulang?" Dengan mata berbinar menghampiriku."Iya, Bu. Cucu Ibu sudah sehat. Sudah boleh dibawa pulang." "Tapi, Fikri ...." "Tapi kenapa, Bu? Ibu nggak senang dengan kehadiran satu satunya cucu Ibu di rumah ini?""Ibu sangat bahagia sekali. Masalahnya siapa yang mau ngasuh? Ibu mana sanggup ngasuh 3 balita ditambah 1 bayi." "Kan ada Tiara, Bu. Anakku jadi tanggung jawab Tiara. Ibu tidak perlu repot ikut mengurusi. Ibu fokus saja ngasuh anak-anak Kartika." "Ya itu masalahnya, Fikri. Tiara kabur dari rumah ini!" "Hah? Bagaimana bisa, Bu?! Pintu kan terkunci dari luar." "Tadi Ibu ke warung sebentar nganter Vania jajan. E ... kata Randi, Tiara teriak-teriak manggil Ibu suruh buka pintu. Katanya sakit dan butuh obat. Akhirnya pintunya dibuka sama Randi dan Tiara pergi. Kata Randi, budhe Tiara mau periksa ke rumah sakit." "Sakit apa, Tiara, Bu? Perasaan tadi pagi Kutinggal masih baik-baik saja." "Halah, pal