Share

Bab 4

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-26 04:44:29

Wajah sendu Bu Hartati terlihat kala melepas putri sulungnya ketika bus antar propinsi itu perlahan bergerak. Dibalik kaca jendela, Raya balas menatap ibunya, sambil mengulas senyum dan melambaikan tangan, seolah ingin memberi tahu jika ibunya tak perlu mengkhawatirkannya.

Beberapa pesan dan nasihat sudah diucapkan Bu Hartati sebelum Raya berangkat tadi. Meski rasa khawatir dan takut melanda. Namun, wanita yang sudah menjanda sepuluh tahun itu berusaha tegar dan yakin jika putrinya bisa menjaga dirinya.

Bus yang ditumpangi Raya terus bergerak melewati kota demi kota, masuk keluar hutan dan akhirnya menyebrangi lautan, jarak tempuh antara Palembang dan Jakarta membuatnya harus duduk diam selama lebih dari 20 jam di dalam bus.

Pagi akhirnya menjelang ketika bus ini berbelok ke terminal Rawamangun. Rasa lelah melanda sekujur tubuhnya, namun, tak membuat semangatnya luntur. Gadis itu memandang ke depan, berharap impiannya untuk sukses dan memiliki banyak uang akan terkabul.

Sejak semalam ia sudah memberi tahu bibinya jika pagi ini busnya akan tiba, dari pesan W* terakhir yang diterimanya, bibinya bilang akan menjemputnya, dan memintanya untuk menunggu.

Dengan langkah cepat, Raya keluar dari bus, sambil menyandang ransel dipunggungnya, gadis itu berjalan menuju ke deretan warung yang menjual minuman ringan. Demi menghilangkan dahaganya yang mulai terasa seperti gurun pasir.

"Air mineralnya satu, mbak," Pinta Raya.

Seorang gadis yang hampir seusianya, langsung melayaninya, tangan terampilnya mengambil sebuah botol air mineral bermerk terkenal, dan segera menyerahkannya.

Raya mengambil botol air mineral itu, dan balas menyodorkan sebuah lembaran uang lima ribuan padanya. Tak lama, gadis itu membuka dan meminum hampir setengah botol isinya.

"Mbak kembaliannya, aku minta wafer yang itu ya," tunjuk Raya pada sebuah wafer Nabat* coklat tak jauh darinya.

"Nggak ada kembaliannya, Mbak. Uangnya pas kok."

Untuk sekian detik Raya tertegun kala mendengar ucapan gadis pelayan warung itu, tak lama mata Raya mendelik. Otaknya seketika berhitung ketika kesadarannya kembali.

"Maksudnya, ini sebotol harganya Lima ribu?" Ketus Raya sambil memperlihatkan botol air mineral yang dipegangnya.

"Iya, benar mbak. Harganya Lima ribu."

Raya mencebik kesal, begitu mendengar jawabannya. Matanya masih mendelik seakan tak bisa menerima harga sebuah botol air mineral bisa semahal itu.

"Mahal banget! Di tempatku ini harganya cuma Tiga Ribu, di warungnya Wak Husna malah cuma Dua Ribu Lima Ratus." Raya mencicit.

"Di kampungnya elu mungkin segitu Neng. Ini Jakarta, ya beda lah harganya." Jawab gadis penjaga warung itu tak mau kalah.

Raya mendes*h panjang, bibirnya terlihat ingin mengumpat, tak lama ia memandang botol air mineral yang masih tersisa setengah di pegangnya dan meletakkannya begitu saja di atas meja.

"Nih, ambil, setidaknya aku masih sisakan setengah airnya untukmu." Ketusnya kesal.

Raya mengambil tas ranselnya yang tadi ia lepas, dan menentengnya kembali, tak lama, gadis itu membalikkan badan, dan memilih meninggalkan tempat ini sambil berdecak kesal.

Sepanjang perjalanan keluar dari terminal, gadis itu terus menggerutu. Ia menyesal karena telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk sebotol air mineral.

"Ah, kenapa harus kutinggalkan disana botolnya. Kan masih ada sisa airnya." gadis itu menyesali perbuatannya.

"Kalau mau naik haji nggak begitu kali caranya, ambil untung kok banyak bener. Tahu gini, mending beli dua botol di warungnya Wak Husna saja, kemarin," umpat Raya masih mengingat kekesalannya tadi.

Raya mengambil sebuah sobekan kertas kecil bertuliskan alamat rumah Bi Lastri dari dalam saku tas ranselnya. Rumah Bi Lastri ada di daerah Kali Malang, Bekasi. Bibirnya terlihat komat Kamit karena mencoba mengingat dan mengeja kembali pesan bibinya.

Bola mata Raya mulai berputar, mencari tempat untuk beristirahat. Suasana terminal yang ramai, membuatnya sedikit kesulitan mencari tempat yang nyaman untuk duduk.

"Panas!" Keluhnya sambil menggerakkan telapak tangannya, mengipasi wajahnya, hingga

kurang lebih satu jam kemudian, Sang bibi akhirnya tiba menjemputnya.

***

Raya tercekat untuk beberapa saat lamanya ketika mengetahui bahwa rumah Bi Lastri begitu kecil dan sempit. Tak seperti apa yang ada di benaknya. Rumah Bibinya ini sangat sederhana dengan kedua anaknya yang mulai beranjak remaja.

Asap rokok mengepul kuat begitu Raya melangkah memasuki rumah ini. Seorang pria yang tengah asyik menonton televisi kemudian menatapnya. Sadar, dengan tatapan suaminya, Bi Lastri langsung mengenalkanku pada penghuni rumahnya.

"Ini Raya, bang! Anaknya Mbak Hartati," Ucap bi Lastri.

Pria ini tersenyum, ia bersikap cukup ramah, lalu meminta Raya tak perlu sungkan dan menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri, membuat gadis itu hanya bisa tersenyum getir, saat melihat kondisi rumah bibinya yang sempit dan ramai.

Kedua anak bibinya juga tak terlalu ramah menyambut kedatangannya, si sulung Dara, bahkan tak lepas dari headset di telinganya sedang adiknya Dita, sibuk bermain game online.

"Dara, ajak Mbak Raya kekamarmu ya!" Pinta Bi Lastri pada putri sulungnya.

Mata remaja itu menatap Raya tak berkedip, membuat Raya mulai tak sabar. Gadis itu masih berusaha menahan lisannya untuk tidak berkata kasar. Mengingat mereka masih keluarganya.

Dengan langkah malas, remaja berusia dua belas tahun yang lalu mengajaknya kekamar. Sebuah kamar berukuran tiga kali tiga meter dengan satu ranjang medium, tempat kedua putri bibinya itu membaringkan tubuh.

"Masuklah, tapi, jangan sembarangan menyentuh barang barangku," ucap remaja bernama Dara itu.

Melihat sikap sepupu dan keadaan rumah bibinya, membuat Raya menggeleng pelan. Hatinya mulai khawatir. Ia merasa tak akan betah jika harus menetap beberapa saat di rumah bibinya ini.

Raya meletakkan ranselnya. Untuk sejenak ia diam hingga akhirnya mengambil ponselnya dan menelepon ibunya, mengabarkan keadaannya saat ini.

[Syukurlah, kau sudah sampai. Ingat, baik baik disana, jaga sikapmu, dan jangan sekali-kali merepotkan bibi mu, ya]

Ucap emak begitu hendak mengakhiri panggilan teleponnya, membuat Raya hanya menghela nafas panjang. Ia memilih duduk di atas tempat tidur. Bibirnya lalu bergumam pelan.

"Lalu, aku mau tidur dimana?" keluh Raya, mengingat rumah ini hanya memiliki dua kamar tidur saja.

"Mungkin lebih baik, aku cari kost kostan saja nanti. Tak apalah keluar uang tapi aku bisa tidur dengan nyaman, " Lanjut Raya sambil menatap ranjang kamar ini.

***

Tujuh hari pertama tinggal di rumah Bibinya dilalui gadis itu dengan perasaan tak rnyaman. Setiap malam Raya terpaksa menggelar karpet di lantai untuk tidur. Karena kasur kamar ini tak bisa dipakai untuk tiga orang.

Pagi pagi sekali bibinya sudah berangkat. Pekerjaannya sebagai buruh pabrik mengharuskannya berangkat lebih awal. Jika tidak, maka bisa terlambat mengingat jalanan yang akan ramai jika matahari sudah terbit.

Kedua orang sepupunya juga bersiap siap berangkat sekolah, karena hari ini adalah hari Senin. Sedang, Bang Harun, suaminya Bi Lastri juga terlihat akan bersiap untuk berangkat kerja.

Semua penghuni rumah ini akhirnya pergi, hanya tinggal ia sendiri saja. Entah mengapa gadis itu juga bersiap siap hendak keluar rumah.

"Maaf Bi, sepertinya aku tak akan lama menumpang dirumahmu," tutur Raya pelan.

Bersambung.

Bab terkait

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 5

    "Maaf Bi, sepertinya aku tak akan lama menumpang dirumahmu," tutur Raya pelan.***"Kau mau cari kost kostan?" Tanya Winda."Iya, aku nggak enak numpang terlalu lama dirumahnya Bi Lastri," sahut Raya."Udah dapet kerjaan belum? Di jakarta, biaya hidup disini itu mahal lho, nggak kayak di kampung, tempat kita.""Aku udah kirim lamaran ke pabrik tempat Bi Lastri kerja, cuma belum ada jawaban. Katanya Bi Lastri kalau aku siapin uang pelicin tiga juta, bisa diterima," jelas Raya."Lalu ... Apa rencanamu, Raya?"Mata Raya membulat begitu mendengar pertanyaan itu, pertanyaan yang membawanya harus bertemu dengan Winda, teman satu SMA dulu. Teman yang sejak lulus sekolah, langsung hijrah mencari penghasilan sendiri di Jakarta karena tak mampu melanjutkan kuliah."Justru karena itu aku belain sampe nyasar kesini, Win!" "Cariin aku kerjaan, ya. Apa saja deh, yang penting bisa nabung buat beli berlian, sama beliin emak mobil. Udah!""Jidatmu lebar!" Winda mencebik."Ya sudah, mana berkas lamara

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 6

    Mata Raya terbelalak lebar ketika mendengarnya. Membuatnya hingga tak mampu mengeluarkan suara untuk beberapa detik."Tunggu dulu, a-apa maksud ucapannya tadi, ca-calon istri? Me-menikah?" ****Raya memandang pria yang berada disampingnya tanpa berkedip. Mulutnya terbuka karena masih belum mengerti akan apa yang baru saja didengarnya.Sadar jika tangannya masih dipegang erat oleh pria itu, Raya berusaha melepaskannya, sayang, pria itu bukannya melepaskan tangannya, tetapi malah merangkul pinggangnya. Hingga tak ada jarak lagi diantara mereka."Ini gadis yang ingin kunikahi, kuharap setelah ini, mama berhenti mencarikan calon istri untukku."Wanita dengan hijab dikepala, berpenampilan yang anggun serta berkelas itu, menatap Raya dengan seksama, matanya memindai setiap centimeter tubuh Raya dari atas sampai kebawah, hingga akhirnya sebuah senyuman terbit di wajahnya."Cantik, dan sepertinya pekerja keras, mama suka pilihanmu, Alex.""Siapa namamu, nak?" "Maaf, bu sepertinya ada kesala

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 7

    "Terserah kau saja," jawab Raya yang tak henti menepuk jok mobil yang didudukinya."Mobilmu nyaman ya, beda sekali dengan angkot yang tiap pagi kunaiki," tutur Raya polos.Mata Alex mendelik melihat tingkah Raya, senyum tipis tiba-tiba merekah dari bibir pria itu. Sebuah senyuman yang penuh arti.***"Andrew Rinindra Alexander Green."Raya mengeja sebaris nama di kartu identitas Alex yang dipegangnya. "Namamu keren ya. Orang bule ternyata.""Kalau sudah selesai membacanya, sini kembalikan KTP ku," sungut Alex."Ternyata sudah 25 tahun umurnya, pantesan sampe dicariin calon istri segala. Udah tua!" Lanjut Raya terkekeh.Merasa diejek, tangan Alex dengan cepat menyambar kartu identitasnya dari tangan Raya, wajah kesal ia perlihatkan pada gadis itu."Bukan urusanmu, nona." Ketusnya sambil meletakkan kartu identitasnya kedalam saku celana yang dipakainya."Perasaan nyonya yang tadi siang wajahnya Indonesia banget. Kok bisa punya anak kayak bule nyasar begini yah," tutur Raya sambil melir

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 8

    "Kok aku jadi ngerasa kayak benalu banget. Sudah ya, aku mau masuk dulu, mau mandi. Terus tirakat semalaman. Biar impianku dapet suami kaya terkabul." Tangan Raya dengan cepat memutar pintu kamar kosnya."Yuk bobo cantik biar tambah imut imut," lanjut Raya pada Winda."Kenapa ada gadis yang selalu beruntung, seperti dirimu," keluh Winda."Karena aku manis dan imut imut" jawab Raya asal. ***Sejak pagi Raya sudah bersiap, gadis itu berdandan cantik, meski acara makan malam yang akan di hadirinya, masih beberapa jam lagi, tetap saja ia menjaga penampilannya.Sepanjang waktu, Raya terlihat bersemangat melayani calon pelanggan yang datang ke counter yang dijaganya. Senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya. Suasana hatinya terlihat sangat baik hari ini."Mbak Raya, baik baik saja, nggak demam atau lagi sakit kan?" Tanya Nanda, rekan kerjanya, sesama penjaga counter ini."Nggak, emang aku kenapa?" Balas Raya."Gak apa apa sih, cuma heran saja. Mbak Raya nggak kayak biasanya. Perasaan dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 9

    "Berhenti! Ku bilang, turunkan aku."Dengan terpaksa Alex menaikkan kembali kaca jendela mobilnya dan menghirup kembali parfum aroma melati itu, Merasa menang, Raya mengulas senyum.Mobil yang dikendarai Alex mulai membelah jalanan ibukota. Langit yang bertaburan bintang seolah-olah ikut menyambut kedatangan mereka diserpong. Tanpa di sadari, bahwa acara makan malam ini akan membuat babak baru dalam kisah hidup mereka.****Raya menatap takjub deretan bangunan mewah yang dilewatinya. Mobil yang dikemudikan Alex kini mulai bergerak pelan, berbelok dan berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua bergaya Mediterania klasik.Pagar setinggi dua meter itu langsung terbuka, begitu mobil ini menepi, seorang penjaga rumah terlihat melambaikan tangan, seakan telah mengenal pemilik Ferarri merah ini.Alex membuka sedikit kaca jendela mobilnya, dan membalas lambaian tangan itu dengan senyum tipis, lalu membawa mobilnya masuk ke area carport rumah ini."Aku ingin tahu latar belakangmu. Siapa kau

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 10

    "Kita memang serasi ya," ucapnya dengan senyuman yang lebar. Membuat Alex berdecih pelan, lalu membuang muka.Pemuda bernama Arya itu duduk disamping Bu Sekar. Ia terlihat dingin. Hanya sesekali saja ia terlihat memaksakan diri untuk tersenyum. Berbeda sekali dengan Alex yang cukup banyak bicara, sosok Arya, cenderung diam."Secepatnya, aku ingin bertemu dengan ibumu, Raya," ungkap Bu Sekar."Be- bertemu ... tapi untuk apa, ma?" Tanya Alex gugup.***"Kok nanyanya begitu, nak. Ya untuk membicarakan tentang pernikahan kalian. Bukankah kau bilang kemarin ingin menikahinya bulan depan? Mama pikir juga sebaiknya begitu, semakin cepat akan semakin baik. Lagipula tak elok jika terlalu lama menunda, benar begitu kan, Raya?" Ucapan yang sangat jujur dan terbuka itu sontak membuat Alex salah tingkah. Ia tak mungkin menyanggah perkataan ibunya, karena sama saja seperti menjilat ludahnya sendiri. Tapi, jika secepat itu menikahi gadis yang baru belum genap dua hari dikenalnya ini, membuatnya har

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 11

    "Ayo masuklah," ajak Alex sambil membuka pintu utama rumahnya."Terima kasih."Mereka berjalan beriringan melintas ruangan tamu, lalu menaiki tangga yang menuju ke lantai atas, sambil memegang selusur tangga ini, mata Raya tak sengaja melihat foto keluarga yang tergantung di dinding ini.Foto seorang anak laki laki berkemeja putih yang diapit kedua orang tuanya. Sebuah foto yang memperlihatkan kehangatan keluarga ini membuat Raya menghentikan langkahnya sejenak.***"Apa ini bapakmu?" "Iya, itu foto kedua orang tuaku. Sudah jelas kan sekarang jika aku bukan kapur yang berada di tumpukan arang," sindirnya."Masih ingat saja." Raya terkekeh.Alex membuang muka sambil mendengkus kesal, tak lama ia masuk kedalam sebuah kamar."Dengar, aku butuh waktu untuk membuang hajat. Kau bisa berkeliling rumah ini. Tapi ingat, Jangan sekali kali mencoba masuk ke kamarku.""Iya. Tapi jangan lama lama, aku mau pulang, aku mau istirahat," balas Raya."Kau benar benar gadis menyebalkan, nona," rutuk Ale

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 12

    "Bukan seperti itu caranya memperlakukan seorang gadis."Ucapan seseorang refleks membuat Raya langsung menoleh, tampak disana dia sedang mengulas senyum sembari mengulurkan tangannya."Kau!""Akan kutunjukkan padanya, bagaimana cara memperlakukan seorang gadis." Lanjutnya.***"M-mas Arya!"Ia mengulurkan tangannya pada Raya. Untuk sesaat gadis itu tertegun karena tak tahu harus berbuat apa."Sini, kemarikan tanganmu, Raya." ucapnya dengan cepat meraih tangan Raya.Arya mengandeng tangan Raya dengan lembut, membuat gadis itu sejenak terpukau dan terus menatapnya tanpa berkedip. Tak menyangka jika ia mendapat perlakuan semanis ini oleh pria yang tak begitu dikenalnya."Benar benar beda sikapnya," gumam Raya."Maaf, apa kau baru saja mengatakan sesuatu?""Ah, tidak." Jawab Raya tersipu.Arya terus mengandeng lengan Raya hingga tiba didepan Ferarri merah milik Alex. Wajah masam diperlihatkan pemuda itu ketika Arya melepaskan tangannya dan membuka pintu mobil Alex untuk Raya."Nah, masuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03

Bab terbaru

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 83 Ending / Terima kasih pembaca

    "Terima kasih kau sudah bekerja keras untukku selama ini, jika perasaanku sudah lebih baik. Aku akan segera kembali, saat itu kau ambil semua kontrak. Aku tak akan menolaknya." Ujar Stella lalu menutup teleponnya."Maaf, tapi yang kubutuhkan saat ini adalah menjauh, karena jika aku tetap melihat Alex dan Raya bersama, akan membuatku sulit untuk bertahan. Aku butuh waktu untuk melepas segala beban ini dan menerima semua kenyataan ini." Aku butuh ketenangan untuk menata hidupku kembali." Bisik Stella hampir tak terdengar.****Tiga minggu kemudian."Kau benar- benar akan pergi?" Tanya Alex pada Arya, kakak tirinya. Ia sengaja datang ke rumah keluarga Pak Bambang. Untuk memastikan ucapan ibunya yang mengatakan bahwa Arya akan berangkat ke Australia, awal bulan depan."Iya, aku sudah memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku disana." Jelas Arya membenarkan pernyataan Alex."Kapan kau akan pergi?" "Minggu depan." Jawab Arya."Kau pergi bukan karena menyerah, bukan?""Anggap saja itulah a

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 82

    Maaf, Kita Sudah MantanWajah mereka saling berhadapan satu sama lain, rona kemerahan nampak dipipi Raya, rasa malu membuat gadis itu memalingkan wajahnya, melihat sikap Raya yang masih malu, Alex membelai lembut pipi wanitanya."Aku ingin memiliki anak darimu, bisakah kita memulainya malam ini," goda Alex."Kau memang pria mes*m, entah mengapa aku bisa mencintaimu." Balas Raya tersenyum.***Tiga hari sudah Alex berada dirumah mertuanya, dan hari ini mereka akan kembali ke Jakarta, karena pekerjaan Alex yang sudah menunggu. Ada rasa haru ketika Bu Hartati melepas kepergian anak dan menantunya. Namun, setidaknya ia tak perlu khawatir lagi, karena Alex sudah berjanji akan menjaga dan membahagiakan putrinya seumur hidup.Tangan Bu Hartati melambai begitu Alphard hitam itu bergerak dan semakin menjauh, duduk dikursi belakang ada Alex yang berdampingan dengan Raya, sementara Pak Budi duduk dibelakang kursi kemudi. Perjalanan belasan jam akhirnya dilewati tanpa terasa karena rona bahagia

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 81

    [Aku mencintai Raya. Tolong jangan mengganggunya lagi.]Kalimat itu terdengar sangat tegas diucapkan Alex. Membuat Arya mengerti jika ia tak akan pernah bisa bersaing dengan Alex. Ia pasrah jika akhirnya harus melepas Raya kembali pada Alex.Arya membuka laci meja kerjanya dan melirik pasport yang ada didalamnya. Tangannya kemudian meraih pasport itu dan menatapnya cukup lama."Mungkin sudah saatnya bagiku untuk mencari seseorang yang benar-benar bisa menerimaku." Lirihnya pelan.***Alphard hitam menepi tepat didepan pagar rumahnya. Deru mobil itu masih terdengar, tak lama nampak ada seorang pria yang keluar dari arah pintu kemudi, lalu berputar arah, mengeluarkan sebuah travel bag dan koper.Raya dan Bu Hartati masih memperhatikannya, sinar lampu tak cukup terang untuk melihat siapa gerangan yang baru saja keluar dari sana. Rasa penasaran membuat Bu Hartati fokus menatap pria itu."Mobil siapa itu?" Bu Hartati mengulang pertanyaannya, tanpa menoleh."Entahlah, aku tak tahu, mak. Tap

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 80

    "Kau ada disini, Raya? Mak pikir kau sudah tidur, nak?"Sapaan Bu Hartati membuat Raya sedikit terkejut, refleks ia menoleh kearah ibunya yang berdiri di bibir pintu lalu duduk di sebelahnya, di kursi rotan panjang ini."Belum.""Apa hubunganmu dengan Alex, masih bermasalah?" Tanya Bu Hartati pada putrinya.***"Sedikit," jawab Raya."Kau mau cerita pada emakmu ini, nak?"Raya menghela nafas panjang begitu mendengar ucapan ibunya. Ada rasa terharu dalam hatinya atas pertanyaan ibunya. Membuat perasaan saat ini sedikit lebih baik."Alex dan aku memang menikah karena suatu alasan. Kami bertemu pertama kali di ..." Raya mulai menceritakan awal mula pertemuan mereka hingga akhirnya sepakat untuk menikah. Sesekali gadis itu terdiam, dan mengigit bibirnya, kala ia harus menceritakan bagaimana selama pernikahan, mereka tidak pernah berbagi tempat tidur.Bu Hartati menggelengkan kepalanya tatkala mendengar penjelasan putrinya. Ada rasa iba saat ia menatap ke wajah anak sulungnya itu. Sorot ma

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 79

    "Aku hanya kau tidak ingin melewatkan kesempatanmu untuk menjadi lebih bersinar. Karirmu sedang bagus saat ini. Cobalah untuk berpikir ulang dan mempertimbangkannya lagi."Stella menghela nafas panjang, ia tahu akan sulit baginya untuk menolak keinginan managernya. Hanya saja saat ini yang diperlukan olehnya adalah menyembuhkan luka hatinya."Baiklah. Aku akan mempertimbangkannya lagi, tapi jika nanti keputusanku sudah final, kuharap kau bisa menerimanya." Ujar Stella lalu memutuskan sambungan teleponnya.****Mata Bu Hartati mendelik tajam pada Raya, putri sulungnya yang baru saja tiba lima menit yang lalu dari Jakarta. Tatapan wanita berusia empat puluh tahunan itu terasa menghujam seakan mengetahui alasan dibalik kepulangan putrinya. Meski dalam hati sebenarnya ia gembira karena Raya pulang mengunjunginya tetap saja ia tak bisa menepis rasa kecewanya akan sebuah kebohongan.Dua hari yang lalu, Bu Sekar, besannya telah meneleponnya dan membeberkan alasan dibalik pernikahan mereka, i

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 78

    "Aku dalam perjalanan ke Palembang." Lapor Alex pada istrinya begitu panggilan teleponnya tersambung. Tak lama, wajah Alex nampak mendengkus kesal, karena lagi lagi Raya memutus sambungan teleponnya."Dasar kepala runcing. Entah mengapa aku bisa jatuh cinta dan menikahi wanita keras kepala seperti dirinya." Rutuk Alex yang langsung di sambut gelak tawa oleh Pak Budi."Jangan tertawa, pak." Sungut Alex kesal."Maaf, tapi aku tak bisa menahan tawa," ucap Pak Budi lalu menghentikan tawanya."Jangan kesal. Wanita memang seperti itu. Kita para laki-laki yang harus mengerti dan berjiwa besar menerima sikap mereka yang kadang kadang absurb dan membuat kesal. Istri saya juga sering marah pada saya tanpa alasan yang jelas." "Istri saya, kalau sudah kelihatan gelagatnya mau marah, saya langsung menyingkir pak. Soalnya bisa panjang urusannya. Apalagi kalau sudah mengomel. Wah, alamat tidur sama guling di luar saya pak," gurau Pak Budi sambil tetap fokus dengan kemudinya."Biasanya apa yang bisa

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 77

    "Itu biasa terjadi, karena Mas Alex panik. Maka, hal kecil dan terlihat sepele bisa terlupa.""Mungkin saja kau benar. Terima kasih karena sudah membantuku dan maaf, jika aku sudah mengganggu waktu istirahatmu." Tutur Alex."Sama sama dan cobalah untuk menelponnya lagi. Siapa tahu kali ini Raya akan menjawabnya." Winda mencoba memberi saran.****Raya memandang ke luar jendela. Pemandangan malam yang gulita kini menghampirinya. Sesekali tampak kerlipan lampu jalan, membuat perjalanan pulangnya terasa syahdu. Rasa rindu kepada keluarga membuatnya tak sabar ingin segera bertemu dengan keluarganya.Malam kini semakin larut, Raya melirik layar ponselnya yang sudah menunjukkan pukul sebelas tiga puluh malam, ada puluhan notifikasi panggilan telepon masuk ke ponselnya yang tidak disadarinya. Sejak keluar dari rumah Alex, ia mengaktifkan mode senyap (silent) pada ponselnya.Sepanjang perjalanan Raya hanya diam, membuang pandangan keluar jendela, menikmati pemandangan malam, di sebelahnya dud

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 76

    "Tak apa. Jadikan itu sebagai pelajaran untukmu. Jika suatu saat nanti ada pemuda yang jatuh cinta padamu, kau bisa lebih menghargainya." Ujar Arya bijak.Stella tersenyum getir mendengarnya. Tak lama, ia kembali menuangkan wine yang tersisa di botol ke dalam gelas, lalu dengan cepat, tanpa sempat dicegah, ia meminumnya sampai habis. ***"Hidupku terasa menyedihkan. Aku ditolak oleh orang yang selama bertahun tahun, perasaan cintanya kuabaikan. Rasanya tak akan ada lagi yang bisa mencintaiku seperti dirinya dulu." Isak Stella lirih.Lama Arya terdiam, karena tak tahu bagaimana harus bersikap atas pernyataan Stella barusan. Stella meliriknya seakan menunggu reaksinya. Karena merasa Arya mengacuhkan pernyataannya, akhirnya membuat Stella berdiri dan mengambil sebotol Red wine lagi dari dalam lemari kaca yang berada tak jauh darinya."Jangan minum lagi," Arya berusaha mencegah ketika melihat Stella memegang alat pembuka tutup botol."Kau tak perlu cemas. Aku tak akan mabuk." Stella terk

  • Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya   Bab 75

    "Bu Raya bilang jika nanti bapak pulang, tolong masuk ke kamarnya."Setelah mendengar pesan yang disampaikan Pak Anton, Alex langsung membuka kunci rumahnya dan langsung berjalan menuju ke kamar Raya. Perasaan gelisah bercampur dengan rasa penasaran membuat Alex lupa untuk menelpon Raya dan bertanya langsung padanya. Tangan Alex nampak jelas sedikit gemetar begitu membuka pintu kamar Raya. Matanya menjelajahi tiap sudut ruangan. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah amplop berwarna putih di atas nakas.***Drrtttt!Ponsel Arya bergetar, tepat disaat ia baru saja hendak keluar dari ruang kerjanya. Dengan cepat tangannya merogoh ponselnya dari dalam saku jasnya.Raut wajah Arya seketika berubah ketika melihat nama yang tertera dilayar pipih itu. Sebuah pesan singkat yang dikirim Stella padanya. Pesan yang berisi agar ia bisa datang ke apartemen gadis itu.Arya meraih tas kerjanya lalu keluar dari ruangannya. Ia melirik sekretarisnya yang masih merapikan mejanya, lalu berjalan menuju temp

DMCA.com Protection Status