"Hanya kau saja yang tiba tiba teringat makanan dihari pernikahan. Biasanya pengantin itu mengulas senyum manis, berusaha meninggalkan kesan bahagia di hari spesial. Sedang kau, malah sibuk mikirin empek-empek. Kadang aku berpikir, benarkah keputusanku menikahi gadis aneh dan menyebalkan seperti dirimu ini? Ah, sudahlah tak ada gunanya juga aku bicara," sungut Alex sambil melirik Raya yang masih memamerkan deretan giginya itu.****"Ah, aku lelah."Raya menguap lebar saat hendak mencuci wajahnya. Dengan langkah terseret ia menuju kamar mandi rumahnya, tak lupa sekalian membawa handuk dibahunya."Kau mau mandi, nak?" Tanya Bu Hartati yang tak sengaja berpapasan dengan putrinya."Iya mak, cape. Mana badanku bau dan lengket karena keringat.""Ya sudah sana, cepetan. Langsung mandi, jangan sambil nyanyi, ngayal atau semedi dulu didalam. Takut suami mu kelamaan nunggu atau mau pakai kamar mandinya juga.""Iya."" ... lagian emak kok sekarang mirip kayak mertua bawel di sinetron cumi tengku
"Dan kau Raya, layani Alex dengan baik ya," lanjut Bu Hartati lagi, sambil berlalu meninggalkan anak perempuannya yang masih terlihat bengong."Mereka ngomong apa sih? Ngasah pisau? Ngos-ngosan, emangnya ada yang mau tawuran? Ah sudahlah, mending aku pakai skincare malam dulu. Biar wajah glowing. Agar kecantikan dan parasku yang imut-imut ini tak lekang dimakan waktu, he ... he ...!"Raya berjalan menuju kamarnya yang berada tepat diantara ruang tamu dan kamar Rifky, adiknya, yang sementara ditempati oleh Bu Sekar dan Pak Bambang, bapak dan ibu mertuanya yang memilih menginap di rumah mereka.****Rumah Bu Hartati masih sedikit ramai karena hajatan pernikahan Raya. Masih tampak beberapa orang yang Asyik mengobrol di ruang tamu termasuk Pak Bambang, bapak mertuanya. Membuat Raya sedikit sungkan dan memilih cepat cepat masuk ke kamarnya.Tangan rampingnya membuka lemari pakaian miliknya dan mengambil sebuah piyama tidur. Mengganti baju handuk yang dipakainya dengan piyama kesukaannya be
Pagi akhirnya menjelang, matahari mulai memancarkan sinarnya ketika Raya membuka jendela kamarnya. Ia melirik Alex yang masih tenggelam dalam mimpinya. Membuatnya menarik selimut yang dipakai pemuda itu.Raya merenggang tubuhnya, pagi ini ia bangun sedikit kesiangan, karena lelah akibat acara akad nikah dan dilanjut dengan acara resepsi sederhana dirumahnya semalam, membuat tidurnya sangat lelap.Yah, sebuah resepsi sederhana yang diminta Raya. Gadis itu beralasan jika hajatan sederhana sudah cukup untuk memberitahu para tetangga jika ia sudah menikah, lagipula ia merasa tak enak jika menggelar resepsi mewah dikampungnya karena mertuanya sudah berjanji akan menggelar sebuah resepsi mewah di Jakarta. "Ayo cepat bangun! Sudah pagi, apa kata emakku kalau melihat menantunya masih ngorok seperti ini?" Hardik Raya."Ah, kau sangat berisik, nona!" Ketus Alex sambil menutup kepalanya dengan bantal."Ayo bangun, dasar pemalas!""Argghh!""Kau bilang aku pemalas. Kau yang berisik!""Ya sudah j
"Aku suka Sambal Pete, Gulai Tempoyak dan Pindang Ikan Patin seperti ini. Rasanya segar. Jadi ingat dulu pernah makan di rumah salah seorang teman. Kebetulan ia juga berasal dari Palembang." Bu Sekar mengomentari masakan khas Palembang itu."Ah, syukurlah. Tadinya saya takut ibu nggak suka. Karena disini makanan ini adalah menu favorit kami," balas Bu Hartati."Hmm ... Kelihatannya enak?" Lanjut Bu Sekar."Tentu bu, ayo kita sarapan dulu," ajak Bu Hartati."Ah iya."Alex keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Pemuda itu terpaksa mencuci rambutnya untuk menutupi kebohongan perihal malam pertamanya. Ia malas jika harus meladeni kicauan Ibunya jika mendapatinya tidak mandi besar.Sesuai dengan perkiraan, semua orang masih mengulum senyum kala ia melintas, membuat rasa kesalnya menjadi, dengan langkah cepat ia meninggalkan mereka yang masih terus menatapnya.***"Ah, lama lama aku bisa stres kalau begini," rutuknya.Raya masih duduk diatas ranjang ketika Alex kembali masuk keda
"Ya tuhan, ampuni kesalahanku. Entah mengapa aku bisa memiliki istri limited edition dan menyebalkan seperti ini?" Sungut Alex sambil terus masuk kedalam kamar Raya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memejamkan matanya.****"Apa kau baru saja mengatakan sesuatu?" Tanya Raya yang tak ada sengaja mendengar ucapan Alex.Alex bangkit dari ranjang, ia menatap Raya sambil mendengkus kesal, niatnya untuk beristirahat terpaksa harus di tunda karena ia yakin jika istrinya tak akan membiarkannya tidur dengan tenang sebelum meladeninya berdebat."Iya aku bilang kau sangat lucu, seperti Doraemon. Kenapa kau tak suka?""Benarkah? Ah, itu artinya kau mengataiku gendut. Doraemon kan si kucing besar, aku nggak suka.""Itu lebih bagus dari pada Patrick yang kepalanya runcing itu.""Patrick itu Bintang laut, tentu saja kepalanya runcing. Kalau kotak namanya Spongebob, dan itu kau.""Ke-kenapa aku kau samakan dengan si kuning kepala kotak itu?""Iya, karena kau tidak bisa membedakan mana Do
Ucapan Raya langsung membuat raut wajah Alex berubah. Tak lama pemuda berwajah belasteran itu nampak menyunggingkan sebuah senyuman tipis diwajahnya, tak kala, ia melihat reaksi spontan istrinya."Kau suka dengan mobil ini?""Tentu saja. Mobil ini sangat bagus," jawab Raya spontan."Oh baiklah, nanti akan kubelikan satu untukmu. Anggap saja sebagai hadiah pernikahan dariku.""Benarkah?""Tentu saja," ucap Alex dengan senyum yang penuh arti. Entah apa yang sedang direncanakan pemuda itu dalam kepalanya. ***Mobil Audi RS7 hitam itu perlahan mulai berbelok dan menepi didepan sebuah rumah mewah. Seorang satpam langsung membukakan pagarnya begitu melihat mobil ini menepi, tak ingin membuang waktu, Sang sopir langsung membawa mobil melaju perlahan dan akhirnya berhenti tepat di depan pintu utama rumah ini."Dilihat dari sudut manapun, rumahmu memang sangat bagus dan keren," puji Raya terpukau."Tentu saja, Alm. papa ku yang mendesainnya sendiri. Baginya ini bukan hanya sebuah rumah saja,
Mata Raya langsung terbelalak lebar saat ia melihat isi dalam kamar itu, senyum pun terbit dari bibirnya yang tipis. Bisa diperkirakan gadis muda sangat menyukai isi kamar itu."Disebelah adalah kamarku, kuharap kau jangan sembarangan masuk kedalam. Karena aku tak suka," ketus Alex."Bagus! Karena aku juga tak mau sekamar denganmu," cibir Raya."Ingat nona Raya, tak ada hubungan badan yang terjadi diantara kita, kecuali kita sama sama khilaf ..."" ... Lagian juga sudah halal ini. Gak apa apa kalau khilaf," ucap Raya terkekeh yang membuat Alex mencibir."Jika tak ada lagi yang ingin kau tanyakan. Aku mau istirahat." Ucap Alex datar sambil melangkah masuk kedalam kamar pribadinya.****Malam pun telah berganti pagi. Rasa lelah akibat perjalanan jauh kemarin dari Palembang menuju Jakarta, sudah mulai menghilang karena istirahat yang cukup, semalam.Raya memilih bangun lebih awal, setelah menyelesaikan kewajibannya kepada Sang Pencipta, ia melanjutkan kegiatan di dapur, untuk membuat sar
Alex melangkah menuju pintu utama rumahnya, rasa penasaran akhirnya membawanya meninggalkan dapur untuk mengetahui siapa gerangan yang datang bertamu kerumahnya pagi pagi begini. Tak lama sebuah pemandangan indahpun tersaji dihadapannya."Ini beneran buat aku, mas. Terima kasih. Ini indah, harum lagi. Aku suka," ucap Raya sambil memeluk sebuah buket bunga mawar segar.****Untuk sesaat Alex tak bisa bicara, hanya matanya saja yang tak berkedip menatap ke arah istrinya. Ia tak menyangka jika Arya, saudara tirinya itu tiba tiba datang kerumahnya, pagi pagi begini.Masih terdengar suara Raya yang mempersilakan Arya untuk masuk kedalam, wajah gadis yang baru menikah itu masih tersenyum manis, semakin menambah aura kecantikan Sang pengantin baru.Alex masih diam terpaku di salah sudut tersembunyi ruang tamu rumahnya. Bibirnya terlihat manyun, ketika dengan ramahnya ia melihat Raya menyapa dan mengajak Arya berbincang." ... Jadi kau sengaja membelikan bunga ini untukku? Ah, aku jadi terhar