Sekamat membaca❤️°°“Bagaimana, Arka? Sekarang sudah jelas, kan? Kamu sudah bisa menyimpulkan sendiri siapa yang sebenarnya sudah tega untuk membohongi kamu.”Seketika saja degupan di jantung Dahayu langsung berpacu dengan begitu cepat, suhu di tubuhnya pun langsung tinggi sehingga membuat wajah dan telinganya memanas. Takut, hanya itu yang bisa ia rasakan. Ingin mengelak? Bagaimana mungkin? Bahkan untuk membela dirinya sendiri saja sudah tidak bisa ia lakukan — jelas, karena foto itu memperlihatkan dirinya dan Rakyan, tadi, saat keduanya sedang mengobrol.“Dahayu, tolong jelaskan padaku apa maksud dari foto ini!” Arka meminta dengan bentakannya sembari menyodorkan ponsel itu — tepat di depan wajah Dahayu“Mas, foto itu tidak memiliki maksud apa-apa. Aku dan Mas Rakyan sama sekali tidak—”“Rakyan? Oh, jadi nama lelaki itu Rakyan?” potong Arka, lalu setelahnya ia kembali menarik tangan Dahayu, “Jadi begini kelakuan kamu di belakang aku? Tega sekali, tidak memiliki hati! Bisa-bisanya ka
Selamat membaca❤️°°“Kamu ingat dengan ucapanku tadi, kan? Kamu harus minta maaf dengan sungguh-sungguh, tidak perlu mengelak. Akui saja kesalahan yang sudah kamu perbuat, paham?”“Mas, harus berapa kali aku katakan? Aku benar-benar tidak melakukan hal itu. Aku tidak segila dan sebodoh itu untuk—”“Mas Arka? Dahayu? Kalian sudah datang?”Arka dan Dahayu — sekiranya itu percakapan yang terjadi di antara keduanya, sebelum pada akhirnya pintu yang ada di depan mereka terbuka — menampilkan wanita cantik yang tentunya sangat tidak asing, membuat Dahayu yang sadar akan hal itu langsung terdiam dan menundukkan kepala — merasa segan untuk menatap, walau nyatanya kekacauan yang ada saat itu bukan terjadi karenanya.“Oh, iya. Siang, Damara. Maaf kalau aku mengganggu waktu kamu,” ucap Arka dengan tegas, lalu ia meraih tangan Sang istri dan menariknya agar mendekat, “Aku sudah membawa Dahayu ke hadapan kamu untuk meminta maaf seperti apa yang sudah kamu pinta sebelumnya. Jadi aku mohon untuk ter
Selamat membaca❤️°°“Yang sebenarnya berubah itu kamu, bukan aku! Sekarang aku tanya, ada dimana sosok Arkatama yang begitu halus dan lembut saat sedang memperlakukan istrinya? Dimana lelaki bernama Arkatama yang selalu bertutur kata dengan sopan saat sedang berbicara dengan istrinya? Dimana—”“Cukup, Dahayu! Hentikan!”Suasana saat itu benar-benar semakin memanas, baik Arka maupun Dahayu — keduanya tak ada yang mau mengalah, yang bahkan tangis Dahayu juga semakin menjadi-jadi.“Astagfirullah, kenapa jadi seperti ini? Sudah-sudah, cukup! Tidak perlu diperpanjang.” Damara berusaha untuk melerai, “Sudah, ya? Aku sudah tak mempermasalahkan hal itu lagi. Aku sudah memaafkan kesalahan Dahayu.”“Kesalahan apa maksudmu, Damara? Apa kesalahan yang sudah aku perbuat padamu? Tega sekali kamu memfitnah aku sampai seperti itu. Dasar wanita gila!” ungkap Dahayu“Siapa yang sebenarnya gila, Dahayu? Kamu itu seharusnya mencontoh Damara, lihat dia!” sambung Arka, “Walau kamu sudah menyakitinya, tetap
Selamat membaca❤️°°“Saya tak tahu apakah Bu Liana sudah meminta izin dengan Mas Arka atau belum, tetapi saya yakin kalau Mas Arka tidak akan mungkin mengizinkan Bu Liana untuk pergi, apa lagi ini sudah malam dan kondisi kesehatan Bu Liana sedang tidak baik-baik saja.”Dahayu yang mendengar pernyataan itu pun tentu merasa sangat terkejut — tak percaya saat tahu kalau Sang mertua akan pergi dengan membawa tas berukuran besar, terlebih lagi waktu saat itu sudah malam dan kondisi kesehatannya juga sedang tidak stabil.“Astagfirullah, yang benar kamu? Mama ingin pergi kemana, katanya? Apa dia menitipkan pesan?” Dahayu bertanya dan langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Hani, “Hm... Ya sudah, kalau begitu lebih baik kita kejar Mama. Kita harus mencegahnya agar tidak pergi sebelum Mas Arka pulang.”“Iya, Mba. Ayo!”Dan, ya. Tanpa mau untuk mengulur waktu lagi, Dahayu dan juga Hani pun langsung melangkahkan kaki mereka dengan cepat untuk menuju ke lantai bawah — ingin mengejar Liana a
Selamat membaca❤️°°“Kenapa Mas Arka bisa sesantai itu, ya? Dia benar-benar tak terlihat khawatir sama sekali.”Ya, Dahayu hanya bisa membatin sembari memperhatikan mobil Sang suami yang sedang mengarah menuju garasi — merasa aneh dengan respon Arka yang terlihat biasa-biasa saja. Memangnya, Mama sedang pergi kemana?“Mba Dahayu, sudah ya? Mba Dahayu tak perlu khawatir lagi dengan keadaan Bu Liana. Seperti apa yang sudah Mas Arka katakan tadi, dia bilang kalau keadaan Mamanya pasti akan baik-baik saja. Itu berarti Mas Arka sudah tahu Bu Liana ingin pergi kemana dan dengan siapa,” tutur HaniNamun, hanya gelengan kepala yang Dahayu berikan untuk merespon ucapan Hani, sebelum akhirnya ia melangkahkan kaki untuk menghampiri Arka yang sedang berada di garasi.“Mas Arka, jadi kamu sudah tahu Mama pergi dengan siapa dan kemana?” tanya Dahayu to the poin saat dirinya sudah berada tepat di belakang Arka, “Kenapa kamu benar-benar terlihat biasa saja? Santai, sama sekali tidak khawatir. Ini it
Selamat membaca❤️°°“Kalau kamu masih memperlakukan Mama seperti itu, lebih baik Mama pergi lagi saja! Mama ini lelah kalau harus terus menerus dihadapkan dengan orang-orang seperti kalian!”Hati Liana mulai memanas — emosinya memuncak, amarah yang ada di dalam dirinya pun sudah tak bisa untuk ditahan lagi. Sungguh, Liana benar-benar merasa tak terima dengan pertanyaan yang sudah Sang anak berikan untuknya, walau nyatanya Arka sendiri menanyakan hal itu karena ia merasa khawatir akan keadaan Sang Mama yang sudah lama tak ia temui.“Kamu sadar tidak kalau kamu itu sudah keterlaluan?” Liana kembali menyambung ucapannya, “Cara bicaramu dengan Mama itu loh, Arka! Apa tidak bisa lebih sopan?” lanjutnya“Ma, Arka hanya bertanya karena Arka merasa khawatir. Apa itu salah?” Arka berbalik tanya, “Sekarang sudah hampir jam setengah 8 malam, Ma. Dan tadi sore Mama bilang kalau—”“Jangan berlebihan!” timpal Liana memotong ucapan Sang anak, “Mama itu hanya terlambat 30 menit dari waktu yang sudah
Selamat membaca❤️°°“Aku sangat mencintai kamu, Dahayu Ishvara. Dan aku akan melakukan hal apa pun, demi untuk kamu.”Senang — itu yang bisa Dahayu rasakan saat ia mendengar suatu kalimat yang begitu hangat dari Sang suami, janjinya — kesanggupan melakukan sesuatu hal dalam usaha untuk mendapati kepercayaan.Dan tentu saja, Dahayu mempercayainya.“Mas, sayangku. Sekali lagi, terima kasih banyak ya.” Dahayu kembali berucap sembari menatap dalam kedua netra Arka yang begitu bulat dengan warna agak kecoklatan. Ah, indah sekali — begitu fikirnya, “Aku pun merasakan hal yang sama, Mas. Sama seperti kamu, aku juga sangat mencintai kamu.” Dahayu menjeda ucapannya — sebentar, sebelum akhirnya ia kembali angkat bicara, “Jadi aku percaya dan yakin kalau wanita bernama Damara itu sudah hilang dari dalam fikiran dan hati kamu. Iya, kan?” lanjutnyaNamun anehnya, Arka hanya terdiam. Apa yang sebenarnya ada di dalam fikirannya saat itu? Karena tiba-tiba ia merasa seperti orang yang kehilangan arah
Selamat membaca❤️°°“Ma, sudah jam 7 malam. Ayo kita makan malam dulu.”Tolong dicatat ; malam itu merupakan kali pertamanya lagi bagi Dahayu untuk mencoba memberanikan dirinya dalam berinteraksi dengan Sang Ibu mertua, dan hal itu sengaja ia lakukan demi untuk merubah pola fikirnya — mengingat jika saat itu hanya Liana seorang yang dapat berperan sebagai orang tua untuknya.“Dahayu sudah buat sayur krecek kesukaan Mama, kerupuk kulit di sayurnya juga banyak. Oh, iya, tadi siang Hani bilang katanya Mama ingin makan sambal goreng kentang ya? Itu juga sudah Dahayu buatkan kok. Tetapi kalau malam ini kita hanya makan berdua saja tidak apa-apa, kan? Soalnya Mas Arka belum pulang, lembur katanya.”Satu kali, dua kali, bahkan hal itu terjadi sampai tiga kali.Dahayu terus saja memanggil Liana — mengetuk pintu serta mengajaknya untuk makan malam bersama, tetapi ia tetap tak mendapati jawaban dan atau respon apa pun dari yang bersangkutan. Sunyi, senyap, tak terdengar suara apa-apa.“Ya Alla
Selamat membaca❤️ °° “Aku dan Jeenara pamit ya, Mas. Terima kasih karena sudah mengantar kami. Oh, iya. Tolong titipkan salamku pada Bu Liana ya, sampaikan juga permintaan maafku padanya—” “Mama sudah tidak ada, Yu. Mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu karena jatuh di kamar mandi, dia terpeleset. Dokter berkata kalau Mama mengalami serangan jantung.”Lagi, Dahayu kembali dikejutkan dengan pernyataan Arka, ia benar-benar tak menyangka jikalau ternyata wanita paruh baya yang selalu membencinya itu kini sudah tiada.“Innalillahi, ya Allah. Turut berduka cita ya, Mas. Maaf, a-aku tidak tahu tentang hal itu,” ucap Dahayu“Tidak perlu minta maaf, tidak apa-apa, karena itu memang bukan hal penting yang harus kamu ketahui. Iya, kan?” balas Arka sembari menundukan kepalanya, “Hm... Oh, iya. Ta-tapi ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Tepat sehari sebelum Mama pergi, dia berkata padaku kalau katanya dia rindu kamu, ingin bertemu dan juga minta maaf. Ingin sekali rasanya dia
Selamat membaca❤️ °° 8 Tahun kemudian… “Sayang, kamu dan Jeenara sudah berangkat belum? Sekali lagi aku minta maaf ya karena tidak bisa jemput kalian, ada meeting mendadak sampai jam 12 siang dengan team. Tapi kalian tenang saja ya, aku akan langsung pergi menyusul ke sana setelah meetingnya selesai. Plaza Indonesia, kan?”(Jeenara, dibaca ; Jinara). “Iya, Mas. Tidak apa-apa. Aku dan Jeenara sudah siap, kami hanya tinggal menunggu taksi onlinenya datang, sepertinya sebentar lagi. Oh, iya, Mas. Anakmu ini bawel sekali, katanya sudah tidak sabar untuk bermain di tempat bermain. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Papa juga katanya.” “Aduh, manisnya anak Papa. Ya sudah, kalau begitu sampai bertemu nanti ya. Kabari aku terus, Ma.” “Oke, Papa sayang. Sampai bertemu nanti ya! Jeenara and Mama loves you.” “Papa loves you two too, sayang-sayangnya Papa. Hati-hati di jalan ya, see you.” Sambungan telepon keduanya pun berakhir, dan kebetulan pula taksi online yang ditunggu sudah datan
Selamat membaca❤️ °° “Sekarang aku harus apa? Aku merasa seperti tidak memiliki arah dan tujuan. Aku hilang tanpa tahu ingin pergi kemana.” Hampa, itu yang sekiranya sedang dirasakan oleh Arkatama Maheswara. Baginya, semua telah menghilang — semuanya tak lagi sama, tak ada lagi rasa kasih sayang dan cinta tulus yang menyelimuti hatinya. Melindungi dirinya dari kejamnya kenyataan di dunia.Rumahnya itu kini sudah tiada, tempat ternyaman untuknya pulang dan mengadu itu kini sudah pergi meninggalkannya. Hidupnya kini benar-benar terasa sangat sunyi sepi, bahkan ia merasa jikalau dirinya sudah tak lagi berguna untuk siapa pun — termasuk dirinya sendiri.Rasa bersalah yang ada pun sudah berhasil menghantuinya. Namun, ia bisa apa selain pasrah? Semuanya sudah terjadi. Ingin marah? Tentu saja, ingin sekali. Namun dengan siapa?“Kamu marahi saja dirimu sendiri, Arkatama! Apa kamu tak sadar kalau kamu itu bodoh? Bodoh karena sudah melepas wanita yang begitu sempurna seperti Dahayu. Kamu bod
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu benar-benar hamil. Dan pertanyaanku hanya satu, bagaimana nasib hidupnya dengan Sang anak nanti? Tidak mudah kalau mereka hanya harus hidup berdua tanpa ada sosok suami dan juga Ayah yang menemaninya. Wah, lelaki itu memang sangat keterlaluan! Gila dan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal setega ini pada Dahayu.” Rakyan menghela nafasnya sembari memejamkan mata — untuk mengatur emosi yang saat itu sedang ia rasakan, lalu setelahnya ia menoleh ke belakang, mengarahkan tatapnya ke arah Dahayu yang sedang berbaring di kasur periksa.Lemas, begitulah keadaan Dahayu yang bisa Rakyan lihat.Ya, saat itu Dahayu masih dibiarkan berbaring di atas kasur periksa dengan infus yang tersambung ke tangannya — hal yang memang sengaja dilakukan karena keadaannya saat itu masih lemah, Dokter yang menyuruhnya untuk menjaga kondisi tubuhnya ; agar tidak kembali menurun.“Kandungan Bu Dahayu saat ini sudah memasuki usia enam minggu ya, Pak. Dan alhamdulillah
Selamat membaca❤️ °° “Mas Rakyan, jadi orang yang selalu membersihkan makam Ibu dan menaburkan bunga di atasnya itu kamu?” “Iya, Dahayu. Aku yang melakukannya.” Ya, dia orangnya. Rakyan Pradana.Kalian masih ingat dengan lelaki itu, kan? Jika lupa, sini, biar aku bantu ingatkan kembali.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa ingat betapa seringnya lelaki itu untuk mencari masalah dengan Pak Yugi karena tidak pernah masuk ke dalam kelasnya. Betul, tidak?”Ya, lel
Selamat membaca❤️ °° “Kamu tidak salah dengar, Mas. Nama lelaki itu Kaivan Daffa, dan dia adalah Kakak sepupuku. Dia yang sudah membantu aku selama beberapa hari terakhir ini, bahkan dia juga yang sudah menolongku dari keterpurukan, menolongku agar aku tetap bangkit dan sembuh dari luka yang cukup membekas. Walau nyatanya tidak mudah, sangat sulit dan menyakitkan hati.” “Dahayu, maaf. A-aku tidak tahu, maaf. Sekarang aku ulangi pertanyaanku, ya? A-apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku? A-apa kamu benar-benar ingin bercerai? Tolong fikirkan itu lagi, Yu. Jangan gegabah, kita hanya butuh waktu untuk bicara dan menenangkan hati serta fikiran.” Nyatanya, Arka kepalang malu. Rasa malu itu sudah berhasil menyelimuti dirinya, pun merasa tak enak hati karena sudah menuduh Dahayu — tanpa bukti. Hingga akhirnya ia kembali mengulang apa yang sudah ditanyakan, dengan harap bisa mendapati jawaban yang berbeda. “Dahayu, coba lihat aku. Me-memangnya kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Kam
Selamat membaca❤️ °° Kaivan Daffa… Ya, Kaivan Daffa — sebuah nama yang memiliki makna pria tampan nan penuh dengan kehangatan, yang mana nama itu sendiri juga benar-benar menjadi doa atas harapan dan permintaan yang terkabul.Sesuai dengan arti dari namanya ; lelaki bernama Kaivan itu sangat tampan, pun juga hangat, sehingga membuat siapa saja yang berada di dekatnya menjadi nyaman — termasuk Dahayu.Namun dalam kisah ini kalian tak boleh salah menyangka — seperti Arka, karena nyatanya lelaki itu adalah Kakak sepupu Dahayu — anak dari Kakak Sang Ibu ; Inka. Umur mereka pun tak jauh dan hanya terpaut usia 2 tahun saja, namun Kaivan sangatlah dewasa dan pantas untuk disebut sebagai Kakak.Dan dialah — lelaki yang bertemu dengan Dahayu di taman dekat rumah sakit.Flashback On Dahayu terus menangis, air mata itu terus mengalir — tanpa henti dan bahkan semakin deras. Sebenarnya Dahayu malu, tapi rasa sesak itu sudah tak mampu untuk ia tahan, hingga tiba-tiba ada seorang lelaki yang dat
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusan itu? Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Tolong fikirkan lagi, Yu. Apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku?” “Iya, Mas Arka. Aku yakin, masih sama yakinnya seperti dulu aku memutuskan untuk menikah dengan kamu, pun di saat aku memutuskan untuk kembali setelah kamu menalak aku. Ini bukan hanya keputusan semata, tetapi aku benar-benar ingin melakukannya.” Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pukul 11.00 WIB. Hari ini — di salah satu tempat yang dapat dikatakan cukup menyeramkan bagi sepasang suami istri, yaitu ; Pengadilan Agama, ada Arka dan juga Dahayu yang nyatanya kembali bertemu setelah hampir melewati hari yang cukup panjang, yang mana saat itu keduanya sedang berada di salah satu lorong kosong yang ada di sekitaran tempat itu.Flashback On “Dahayu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Bagaimana ini? Aku tak mau cerai, yang aku mau adalah hidup bahagia dengan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu, sayang. Kembal
Selamat membaca❤️ °° Assalamualaikum, Mas Arka sayang… Bersamaan dengan surat ini, aku — Dahayu Ishvara, istrimu, ingin mengucapkan serta mengutarakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada kamu, suamiku. Terima kasih untuk segalanya ya, Mas. Terima kasih banyak karena kamu sudah pernah hadir ke dalam hidupku. Terima kasih banyak atas tiap-tiap warna nan indah yang sudah kamu goreskan di atas kertas polos kehidupanku. Mas Arka sayang… Mungkin perpisahan ini akan terasa begitu menyakitkan hati dan diri kita, tapi aku yakin akan menjadi lebih menyakitkan lagi kalau kita tetap memaksa untuk terus bersama.Mas, bila nyatanya kita berdua — aku dan atau kamu sudah tak bisa untuk saling mencintai lagi, maka percayalah kalau semua ini hanya akan lebih menyiksa lagi. Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Pasti akan ada waktu dimana orang yang awalnya sabar berubah menjadi jengkel, orang yang awalnya peduli berubah menjadi segan, bahkan orang yang setia akan berubah menjadi khi