Selamat membaca❤️°°“Saya tak tahu apakah Bu Liana sudah meminta izin dengan Mas Arka atau belum, tetapi saya yakin kalau Mas Arka tidak akan mungkin mengizinkan Bu Liana untuk pergi, apa lagi ini sudah malam dan kondisi kesehatan Bu Liana sedang tidak baik-baik saja.”Dahayu yang mendengar pernyataan itu pun tentu merasa sangat terkejut — tak percaya saat tahu kalau Sang mertua akan pergi dengan membawa tas berukuran besar, terlebih lagi waktu saat itu sudah malam dan kondisi kesehatannya juga sedang tidak stabil.“Astagfirullah, yang benar kamu? Mama ingin pergi kemana, katanya? Apa dia menitipkan pesan?” Dahayu bertanya dan langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Hani, “Hm... Ya sudah, kalau begitu lebih baik kita kejar Mama. Kita harus mencegahnya agar tidak pergi sebelum Mas Arka pulang.”“Iya, Mba. Ayo!”Dan, ya. Tanpa mau untuk mengulur waktu lagi, Dahayu dan juga Hani pun langsung melangkahkan kaki mereka dengan cepat untuk menuju ke lantai bawah — ingin mengejar Liana a
Selamat membaca❤️°°“Kenapa Mas Arka bisa sesantai itu, ya? Dia benar-benar tak terlihat khawatir sama sekali.”Ya, Dahayu hanya bisa membatin sembari memperhatikan mobil Sang suami yang sedang mengarah menuju garasi — merasa aneh dengan respon Arka yang terlihat biasa-biasa saja. Memangnya, Mama sedang pergi kemana?“Mba Dahayu, sudah ya? Mba Dahayu tak perlu khawatir lagi dengan keadaan Bu Liana. Seperti apa yang sudah Mas Arka katakan tadi, dia bilang kalau keadaan Mamanya pasti akan baik-baik saja. Itu berarti Mas Arka sudah tahu Bu Liana ingin pergi kemana dan dengan siapa,” tutur HaniNamun, hanya gelengan kepala yang Dahayu berikan untuk merespon ucapan Hani, sebelum akhirnya ia melangkahkan kaki untuk menghampiri Arka yang sedang berada di garasi.“Mas Arka, jadi kamu sudah tahu Mama pergi dengan siapa dan kemana?” tanya Dahayu to the poin saat dirinya sudah berada tepat di belakang Arka, “Kenapa kamu benar-benar terlihat biasa saja? Santai, sama sekali tidak khawatir. Ini it
Selamat membaca❤️°°“Kalau kamu masih memperlakukan Mama seperti itu, lebih baik Mama pergi lagi saja! Mama ini lelah kalau harus terus menerus dihadapkan dengan orang-orang seperti kalian!”Hati Liana mulai memanas — emosinya memuncak, amarah yang ada di dalam dirinya pun sudah tak bisa untuk ditahan lagi. Sungguh, Liana benar-benar merasa tak terima dengan pertanyaan yang sudah Sang anak berikan untuknya, walau nyatanya Arka sendiri menanyakan hal itu karena ia merasa khawatir akan keadaan Sang Mama yang sudah lama tak ia temui.“Kamu sadar tidak kalau kamu itu sudah keterlaluan?” Liana kembali menyambung ucapannya, “Cara bicaramu dengan Mama itu loh, Arka! Apa tidak bisa lebih sopan?” lanjutnya“Ma, Arka hanya bertanya karena Arka merasa khawatir. Apa itu salah?” Arka berbalik tanya, “Sekarang sudah hampir jam setengah 8 malam, Ma. Dan tadi sore Mama bilang kalau—”“Jangan berlebihan!” timpal Liana memotong ucapan Sang anak, “Mama itu hanya terlambat 30 menit dari waktu yang sudah
Selamat membaca❤️°°“Aku sangat mencintai kamu, Dahayu Ishvara. Dan aku akan melakukan hal apa pun, demi untuk kamu.”Senang — itu yang bisa Dahayu rasakan saat ia mendengar suatu kalimat yang begitu hangat dari Sang suami, janjinya — kesanggupan melakukan sesuatu hal dalam usaha untuk mendapati kepercayaan.Dan tentu saja, Dahayu mempercayainya.“Mas, sayangku. Sekali lagi, terima kasih banyak ya.” Dahayu kembali berucap sembari menatap dalam kedua netra Arka yang begitu bulat dengan warna agak kecoklatan. Ah, indah sekali — begitu fikirnya, “Aku pun merasakan hal yang sama, Mas. Sama seperti kamu, aku juga sangat mencintai kamu.” Dahayu menjeda ucapannya — sebentar, sebelum akhirnya ia kembali angkat bicara, “Jadi aku percaya dan yakin kalau wanita bernama Damara itu sudah hilang dari dalam fikiran dan hati kamu. Iya, kan?” lanjutnyaNamun anehnya, Arka hanya terdiam. Apa yang sebenarnya ada di dalam fikirannya saat itu? Karena tiba-tiba ia merasa seperti orang yang kehilangan arah
Selamat membaca❤️°°“Ma, sudah jam 7 malam. Ayo kita makan malam dulu.”Tolong dicatat ; malam itu merupakan kali pertamanya lagi bagi Dahayu untuk mencoba memberanikan dirinya dalam berinteraksi dengan Sang Ibu mertua, dan hal itu sengaja ia lakukan demi untuk merubah pola fikirnya — mengingat jika saat itu hanya Liana seorang yang dapat berperan sebagai orang tua untuknya.“Dahayu sudah buat sayur krecek kesukaan Mama, kerupuk kulit di sayurnya juga banyak. Oh, iya, tadi siang Hani bilang katanya Mama ingin makan sambal goreng kentang ya? Itu juga sudah Dahayu buatkan kok. Tetapi kalau malam ini kita hanya makan berdua saja tidak apa-apa, kan? Soalnya Mas Arka belum pulang, lembur katanya.”Satu kali, dua kali, bahkan hal itu terjadi sampai tiga kali.Dahayu terus saja memanggil Liana — mengetuk pintu serta mengajaknya untuk makan malam bersama, tetapi ia tetap tak mendapati jawaban dan atau respon apa pun dari yang bersangkutan. Sunyi, senyap, tak terdengar suara apa-apa.“Ya Alla
Selamat membaca❤️°°“Dahayu? Hey! Apa yang sedang kalian berdua lakukan?”Satu suara itu berhasil menyapa rungu Dahayu dan Rakyan dengan sangat baik, pun berhasil pula membuat keduanya langsung melempar arah pandangnya ke sumber suara, ke arah seorang lelaki yang sedang berdiri dengan nafas yang memburu dan tatapan mata yang tajam.“Mas Arka? Kamu—”“Iya, ini aku. Apa yang sedang kalian berdua lakukan? Duduk dekat-dekat seperti itu, hanya berdua saja pula!”Suami mana yang tak marah saat melihat Sang istri sedang duduk berdua dengan lelaki lain? Catat ; hanya berdua saja, yang bahkan posisinya saat itu cukup dekat, ditambah pula dengan adanya kontak fisik yang terjadi antara keduanya.Cemburu, Arka benar-benar sakit hati dan tak terima.“Mas, kenapa kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu ada di Bogor untuk—”“Memangnya kenapa kalau aku ada di sini? Apa kamu takut kalau waktumu dengan lelaki itu akan terganggu? Begitu ya, Dahayu?” sindir Arka diakhiri dengan tawanya, “Tenang saja,
Selamat membaca❤️°°“Aduh, Mas. Kenapa jadi begini ya? Mama sampai dirawat di rumah sakit, aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya. Kasihan sekali, Mas.”“Ya mau bagaimana lagi, Yu? Aku juga merasakan hal yang sama, tidak tega dan kasihan. Tetapi ya sudah, kita anggap saja kejadian ini sebagai ujian dari Allah untuk keluarga kita. Lagi pula Mama sudah ditangani oleh Dokter, jadi tugas kita sekarang adalah berdoa, berharap agar kondisi Mama bisa cepat membaik.”“Iya, Mas. Aamiin.”Arka dan Dahayu ; saat itu keduanya hanya bisa pasrah dan lebih memilih untuk menyerahkan semuanya kepada Dokter dan juga tenaga medis lainnya untuk membuat Sang Mama kembali membaik, pun hanya mampu berdoa pada Allah — karena mau seperti apa permasalahan yang terjadi, semua pasti akan berakhir dan berlalu atas kehendak-Nya.“Oh, iya, Yu. Malam ini kamu bisa temani Mama, kan? Karena aku harus kembali ke Bogor.” Arka meminta dengan maksud untuk memerintah, “Maaf ya, Yu. Aku lupa kalau besok masih ada ja
Selamat membaca❤️°°“Mama tidak menerima alasan apa pun, paham? Pokoknya Mama hanya ingin ditemani oleh Damara, tak mau dengan yang lain. Tetapi kalau kamu tetap memaksa, terserah saja. Mama tidak akan mau makan dan minum obat, biar Mama sakit terus seperti ini.”Si keras kepala itu kembali berulah.Ya, Liana berhasil melontarkan ancamannya pada Arka, pun berhasil pula membuat yang mendengarnya mendengus — kesal, marah, tak percaya kalau pada akhirnya mereka akan kembali berhubungan dengan Damara.Pasti, sudah pasti. “Jangan mengada-ada begitu, Ma. Sudah, ya? Arka mohon. Kesehatan Mama itu tergantung diri Mama sendiri loh, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Mama fikir menginap di rumah sakit begini enak? Tidak, Ma. Arka dan Dahayu pun tidak tega melihatnya,” tutur Arka menasehati, “Arka mohon kerjasamanya, ya? Jangan menyusahkan diri sendiri, tolong turunkan ego Mama. Bisa, kan?” lanjutnya“Turunkan ego Mama, katamu?” tanya Liana diakhiri dengan tawanya, “Aduh, apa tidak terbal
Selamat membaca❤️ °° “Aku dan Jeenara pamit ya, Mas. Terima kasih karena sudah mengantar kami. Oh, iya. Tolong titipkan salamku pada Bu Liana ya, sampaikan juga permintaan maafku padanya—” “Mama sudah tidak ada, Yu. Mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu karena jatuh di kamar mandi, dia terpeleset. Dokter berkata kalau Mama mengalami serangan jantung.”Lagi, Dahayu kembali dikejutkan dengan pernyataan Arka, ia benar-benar tak menyangka jikalau ternyata wanita paruh baya yang selalu membencinya itu kini sudah tiada.“Innalillahi, ya Allah. Turut berduka cita ya, Mas. Maaf, a-aku tidak tahu tentang hal itu,” ucap Dahayu“Tidak perlu minta maaf, tidak apa-apa, karena itu memang bukan hal penting yang harus kamu ketahui. Iya, kan?” balas Arka sembari menundukan kepalanya, “Hm... Oh, iya. Ta-tapi ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Tepat sehari sebelum Mama pergi, dia berkata padaku kalau katanya dia rindu kamu, ingin bertemu dan juga minta maaf. Ingin sekali rasanya dia
Selamat membaca❤️ °° 8 Tahun kemudian… “Sayang, kamu dan Jeenara sudah berangkat belum? Sekali lagi aku minta maaf ya karena tidak bisa jemput kalian, ada meeting mendadak sampai jam 12 siang dengan team. Tapi kalian tenang saja ya, aku akan langsung pergi menyusul ke sana setelah meetingnya selesai. Plaza Indonesia, kan?”(Jeenara, dibaca ; Jinara). “Iya, Mas. Tidak apa-apa. Aku dan Jeenara sudah siap, kami hanya tinggal menunggu taksi onlinenya datang, sepertinya sebentar lagi. Oh, iya, Mas. Anakmu ini bawel sekali, katanya sudah tidak sabar untuk bermain di tempat bermain. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Papa juga katanya.” “Aduh, manisnya anak Papa. Ya sudah, kalau begitu sampai bertemu nanti ya. Kabari aku terus, Ma.” “Oke, Papa sayang. Sampai bertemu nanti ya! Jeenara and Mama loves you.” “Papa loves you two too, sayang-sayangnya Papa. Hati-hati di jalan ya, see you.” Sambungan telepon keduanya pun berakhir, dan kebetulan pula taksi online yang ditunggu sudah datan
Selamat membaca❤️ °° “Sekarang aku harus apa? Aku merasa seperti tidak memiliki arah dan tujuan. Aku hilang tanpa tahu ingin pergi kemana.” Hampa, itu yang sekiranya sedang dirasakan oleh Arkatama Maheswara. Baginya, semua telah menghilang — semuanya tak lagi sama, tak ada lagi rasa kasih sayang dan cinta tulus yang menyelimuti hatinya. Melindungi dirinya dari kejamnya kenyataan di dunia.Rumahnya itu kini sudah tiada, tempat ternyaman untuknya pulang dan mengadu itu kini sudah pergi meninggalkannya. Hidupnya kini benar-benar terasa sangat sunyi sepi, bahkan ia merasa jikalau dirinya sudah tak lagi berguna untuk siapa pun — termasuk dirinya sendiri.Rasa bersalah yang ada pun sudah berhasil menghantuinya. Namun, ia bisa apa selain pasrah? Semuanya sudah terjadi. Ingin marah? Tentu saja, ingin sekali. Namun dengan siapa?“Kamu marahi saja dirimu sendiri, Arkatama! Apa kamu tak sadar kalau kamu itu bodoh? Bodoh karena sudah melepas wanita yang begitu sempurna seperti Dahayu. Kamu bod
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu benar-benar hamil. Dan pertanyaanku hanya satu, bagaimana nasib hidupnya dengan Sang anak nanti? Tidak mudah kalau mereka hanya harus hidup berdua tanpa ada sosok suami dan juga Ayah yang menemaninya. Wah, lelaki itu memang sangat keterlaluan! Gila dan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal setega ini pada Dahayu.” Rakyan menghela nafasnya sembari memejamkan mata — untuk mengatur emosi yang saat itu sedang ia rasakan, lalu setelahnya ia menoleh ke belakang, mengarahkan tatapnya ke arah Dahayu yang sedang berbaring di kasur periksa.Lemas, begitulah keadaan Dahayu yang bisa Rakyan lihat.Ya, saat itu Dahayu masih dibiarkan berbaring di atas kasur periksa dengan infus yang tersambung ke tangannya — hal yang memang sengaja dilakukan karena keadaannya saat itu masih lemah, Dokter yang menyuruhnya untuk menjaga kondisi tubuhnya ; agar tidak kembali menurun.“Kandungan Bu Dahayu saat ini sudah memasuki usia enam minggu ya, Pak. Dan alhamdulillah
Selamat membaca❤️ °° “Mas Rakyan, jadi orang yang selalu membersihkan makam Ibu dan menaburkan bunga di atasnya itu kamu?” “Iya, Dahayu. Aku yang melakukannya.” Ya, dia orangnya. Rakyan Pradana.Kalian masih ingat dengan lelaki itu, kan? Jika lupa, sini, biar aku bantu ingatkan kembali.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa ingat betapa seringnya lelaki itu untuk mencari masalah dengan Pak Yugi karena tidak pernah masuk ke dalam kelasnya. Betul, tidak?”Ya, lel
Selamat membaca❤️ °° “Kamu tidak salah dengar, Mas. Nama lelaki itu Kaivan Daffa, dan dia adalah Kakak sepupuku. Dia yang sudah membantu aku selama beberapa hari terakhir ini, bahkan dia juga yang sudah menolongku dari keterpurukan, menolongku agar aku tetap bangkit dan sembuh dari luka yang cukup membekas. Walau nyatanya tidak mudah, sangat sulit dan menyakitkan hati.” “Dahayu, maaf. A-aku tidak tahu, maaf. Sekarang aku ulangi pertanyaanku, ya? A-apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku? A-apa kamu benar-benar ingin bercerai? Tolong fikirkan itu lagi, Yu. Jangan gegabah, kita hanya butuh waktu untuk bicara dan menenangkan hati serta fikiran.” Nyatanya, Arka kepalang malu. Rasa malu itu sudah berhasil menyelimuti dirinya, pun merasa tak enak hati karena sudah menuduh Dahayu — tanpa bukti. Hingga akhirnya ia kembali mengulang apa yang sudah ditanyakan, dengan harap bisa mendapati jawaban yang berbeda. “Dahayu, coba lihat aku. Me-memangnya kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Kam
Selamat membaca❤️ °° Kaivan Daffa… Ya, Kaivan Daffa — sebuah nama yang memiliki makna pria tampan nan penuh dengan kehangatan, yang mana nama itu sendiri juga benar-benar menjadi doa atas harapan dan permintaan yang terkabul.Sesuai dengan arti dari namanya ; lelaki bernama Kaivan itu sangat tampan, pun juga hangat, sehingga membuat siapa saja yang berada di dekatnya menjadi nyaman — termasuk Dahayu.Namun dalam kisah ini kalian tak boleh salah menyangka — seperti Arka, karena nyatanya lelaki itu adalah Kakak sepupu Dahayu — anak dari Kakak Sang Ibu ; Inka. Umur mereka pun tak jauh dan hanya terpaut usia 2 tahun saja, namun Kaivan sangatlah dewasa dan pantas untuk disebut sebagai Kakak.Dan dialah — lelaki yang bertemu dengan Dahayu di taman dekat rumah sakit.Flashback On Dahayu terus menangis, air mata itu terus mengalir — tanpa henti dan bahkan semakin deras. Sebenarnya Dahayu malu, tapi rasa sesak itu sudah tak mampu untuk ia tahan, hingga tiba-tiba ada seorang lelaki yang dat
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusan itu? Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Tolong fikirkan lagi, Yu. Apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku?” “Iya, Mas Arka. Aku yakin, masih sama yakinnya seperti dulu aku memutuskan untuk menikah dengan kamu, pun di saat aku memutuskan untuk kembali setelah kamu menalak aku. Ini bukan hanya keputusan semata, tetapi aku benar-benar ingin melakukannya.” Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pukul 11.00 WIB. Hari ini — di salah satu tempat yang dapat dikatakan cukup menyeramkan bagi sepasang suami istri, yaitu ; Pengadilan Agama, ada Arka dan juga Dahayu yang nyatanya kembali bertemu setelah hampir melewati hari yang cukup panjang, yang mana saat itu keduanya sedang berada di salah satu lorong kosong yang ada di sekitaran tempat itu.Flashback On “Dahayu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Bagaimana ini? Aku tak mau cerai, yang aku mau adalah hidup bahagia dengan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu, sayang. Kembal
Selamat membaca❤️ °° Assalamualaikum, Mas Arka sayang… Bersamaan dengan surat ini, aku — Dahayu Ishvara, istrimu, ingin mengucapkan serta mengutarakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada kamu, suamiku. Terima kasih untuk segalanya ya, Mas. Terima kasih banyak karena kamu sudah pernah hadir ke dalam hidupku. Terima kasih banyak atas tiap-tiap warna nan indah yang sudah kamu goreskan di atas kertas polos kehidupanku. Mas Arka sayang… Mungkin perpisahan ini akan terasa begitu menyakitkan hati dan diri kita, tapi aku yakin akan menjadi lebih menyakitkan lagi kalau kita tetap memaksa untuk terus bersama.Mas, bila nyatanya kita berdua — aku dan atau kamu sudah tak bisa untuk saling mencintai lagi, maka percayalah kalau semua ini hanya akan lebih menyiksa lagi. Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Pasti akan ada waktu dimana orang yang awalnya sabar berubah menjadi jengkel, orang yang awalnya peduli berubah menjadi segan, bahkan orang yang setia akan berubah menjadi khi