Share

4. Dinikahi CEO Tampan

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2023-07-21 10:26:01

"Nggak! Aku nggak boleh percaya lagi sama Reno. Aku yakin dia hanya ingin memanfaatkan kelemahanku kembali."

Sebuah suara kecil mengejutkan Dea. Ia dapat melihat pintu kamar yang terbuka perlahan. Menampilkan sesosok perempuan paruh baya. Ia adalah mama Dea.

"Sayang, kamu sudah siap?"

"Mama!" Dea segera memeluk sang mama.

Amelia membelai lembut kepala putrinya. Ia tahu jika Dea belum mau menikah. Apalagi baru saja diselingkuhi oleh tunangannya.

"Mama percaya 'kan sama Dea? Dea dan Kak Bian nggak nglakuin apa-apa."

"Maafkan mama, Sayang."

Amelia ikut bersedih. Ia merasa bersalah kepada putri kesayangannya tersebut.

"Ada apa, Ma? Kenapa Mama minta maaf?" tanya Dea penasaran.

"Sebenarnya Bian hendak membatalkan pernikahan ini. Tetapi mama yang memintanya untuk menikahimu. Papa tirimu meninggalkan banyak hutang Dea. Hanya Bian yang bisa menolong."

Dea membelalakkan matanya. Ia sangat terkejut mendengar penuturan sang mama.

"Mama?" Dea kesulitan untuk berkata-kata lagi.

"Kamu akan bersama Bian. Mama tidak mau jika papa tirimu nanti menjualmu, Dea. Itu bisa saja terjadi jika kamu tidak segera menikah."

Amelia segera memeluk putrinya. Berkali-kali ia meminta maaf karena salah lagi dalam memilih suami.

"Dea benci sama Kak Bian," lirih gadis itu sendu.

"Nggak boleh kayak gitu, Dea. Walau bagaimanapun nanti Bian akan menjadi suamimu. Kamu harus taat dan nurut sama dia."

Dea hanya bisa terdiam dan pasrah. Ia akan melakukan yang terbaik untuk mamanya meski harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri.

Dengan segala rasa bersalah, sang mama membujuk putrinya agar segera keluar dari kamar. Warga terdekat dari rumah itu sudah menanti sejak tadi.

Dengan mengenakan make up tipis dan gaun sederhana pemberian mamanya, Dea keluar untuk menemui Bian dan yang lainnya.

Gadis itu hendak duduk di samping Bian. Sesaat pendangan mereka saling bertemu. Dea masih merasa kesal. Ia kecewa dengan keputusan sepihak dari Bian.

Sedangkan Bian menatap Dea dengan segala kekagumannya. Meski Dea hanya mengenakan bedak tipis-tipis dan lipstik natural, ia terlihat begitu menawan.

'Dea, kamu sangat cantik!' batin Bian tidak dapat berdusta.

Sebuah tepukan mendarat di pundak Bian. Seketika ia menundukkan kepalanya sejenak.

"Dilanjut nanti malam. Halalkan dulu."

Bian hanya terdiam. Ia merasa malu. Perasaannya saat ini benar-benar tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Di sana juga ada papa kandung Dea. Memang Bian yang memohon agar lelaki paruh baya itu menjadi wali nikah putrinya. Sayang sekali papa Dea menyanggupinya setelah Bian memenuhi sebuah syarat darinya.

Dengan lantang dan penuh keyakinan Bian mengucapkan ijab kabul.

Terdengar ucapan hamdalah yang saling bersahutan setelah Bian berhasil menghalalkan Dea—perempuan yang sangat ia cintai.

Berbeda dengan Dea. Tidak ada kebahagiaan yang ia rasakan. Ia justru semakin membenci Bian.

Satu per satu para warga berpamitan. Begitu pula papa dan mama Dea. Mereka langsung meninggalkan Bian dan Dea di rumahnya.

Dea segera masuk ke dalam kamarnya. Ia sudah merasa gerah.

"Kamu beneran mau tidur di sini?" tanya Bian seraya dagunya menunjuk ke arah kamar yang ditempati Dea.

"Jangan harap Dea mau tidur satu ranjang dengan Kakak. Nggak akan pernah!" ancam Dea tegas.

Bian hanya mampu menghembuskan nafas berat. Tanpa berkata-kata ia berjalan menuju kamarnya sendiri. Bian mengetik nama Dea pada sebuah kertas, lalu memberikannya kepada gadis itu.

"Baca dan tanda tangani," ucap Bian santai.

Dea menaikkan sebelah alisnya. Tangannya meraih kertas itu dan membacanya.

"Surat perjanjian pernikahan?"

Bian mengangguk yakin. "Satu tahun pernikahan kontrak ini. Setelah itu kamu bebas berbuat apapun yang kamu mau. Bahkan kamu berhak mendapatkan sebagai harta pemberian dari papaku."

Dea memandangi kertas di tangannya. 'Jadi karena itu Kak Bian bersikeras mau menikahiku. Untuk mendapatkan warisan dari keluarganya.'

Dengan cepat Dea menandatangani surat perjanjian itu. Ia meyakinkan diri jika satu tahun bukan waktu yang lama.

"Dea sudah menandatanganinya." Gadis itu menyerahkan kembali kertas itu kepada Bian.

CEO tampan itu segera kembali ke kamarnya. Ia berniat untuk mengemasi baju-baju Dea dari almari.

Melihat Bian sudah pergi, Dea berusaha untuk melepaskan pakaiannya. Ia cukup kesulitan karena gaunnya menggunakan resleting panjang di bagian belakang.

"Ya ampun! Ini kenapa susah sekali. Tangan Dea kurang panjang."

Tiba-tiba saja Bian sudah berdiri di ambang pintu kamar Dea.

"Butuh bantuan?" tanya Bian lirih.

"Kenapa Kakak ke sini? Buat apa? Awas ya, jangan macam-macam."

"Kakak cuma mau anterin baju-baju buat kamu. Kakak pikir kamu mau tidur di kamar utama. Ini baju-baju baru dan sisanya masih ada di kamar sana," terang Bian sambil menunjuk ke arah kamarnya.

Bian meletakkan baju-baju itu di atas ranjang. Kemudian berjalan ke luar kamar.

"Eh, mau ke mana?" teriak Dea.

"Mau cari makan di luar. Mau ikut?" tanya Bian santai.

"Ini tolongin dulu. Tega banget!" gerutunya.

Bian tersenyum tipis. Ia berjalan menghampiri Dea dan membantu melepaskan pakaian istri barunya tersebut.

***

Dea mengurungkan niatnya untuk mandi. Ia hanya mencuci wajah saja dan segera menyusul Bian yang sudah menantinya di depan rumah.

"Kenapa sih, perut nggak bisa diajak kompromi. Mana laper banget!" Dea kembali menggerutu seorang diri.

Gadis itu segera menghampiri kakak angkat yang kini sudah menjadi suaminya.

Bian hendak menggandeng tangan Dea, namun dengan cepat gadis itu menarik tangannya dan berjalan mendahului Bian menuju mobil.

Bian masih berusaha bersikap tenang. Dulu mereka terbiasa jalan beriringan dan saling bergandengan tangan.

Sepanjang perjalanan, Dea hanya diam. Ia lebih suka melihat ke arah luar. Tidak peduli Bian akan membawanya ke mana.

Teryata Bian mengajak Dea makan di sebuah restoran yang cukup mewah. Padahal biasanya hanya makan di warung pinggir jalan.

Kini mereka duduk bersebrangan dengan sebuah meja di tengah-tengahnya. Dea hanya bisa memainkan jari-jarinya. Ia ketuk-ketukkan ke atas meja sesuka hatinya. Sementara Bian sibuk dengan ponselnya.

"Sebel banget!" Karena terburu-buru, ponsel Dea ketinggalan di kamarnya.

Dea sudah merasa bosan, tetapi sesaat kemudian makanan dan minuman yang dipesan telah datang.

Semua yang ada di atas meja adalah menu makanan favorit Dea. Dan yang memesan adalah Bian.

"Makan yang banyak biar tidak stress," celetuk Bian tanpa melihat ke arah istrinya.

"Suka-suka Dea lah," balas gadis itu sambil melirik kesal ke arah suaminya.

Tiada percakapan lagi setelah itu. Bian sibuk menikmati makanan. Sementara Dea melirik sekilas ke arah kakaknya. Ia langsung mengambil ponsel Bian tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

Gadis itu sibuk mengambil foto beraneka macam makanan favorit yang ada di depannya tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Ternyata masih sama. Ponselnya nggak pakai pin."

Bian hanya mampu geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Dea.

"Tidak pernah berubah!"

Dea merasa tersindir. Harusnya ia mampu menjaga image malam itu.

Gadis itu segera meletakkan ponsel yang ia pegang lalu menikmati makanannya. Takut jika kejadian dulu terulang kembali.

Kala itu Bian sudah terlalu lama menunggu Dea. Akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya seorang diri tanpa melakukan pembayaran terlebih dahulu.

Dea sampai harus mencuci piring waktu itu karena lupa membawa dompet. Dan tiba di rumah justru Bian menertawakannya.

"Kenapa terburu-buru?" tanya Bian kemudian.

"Takut ditinggalin!" jawab Dea jujur.

Bian terkekeh. Padahal ia tidak terpikirkan hal itu sama sekali. Mana mungkin ia meninggalkan istri cantiknya seorang diri di tempat itu.

"Pelan-pelan saja. Kakak tidak sibuk malam ini. Apalagi tidak bisa unboxing!"

Bian segera membuang muka saat menyadari ekor mata milik Dea melihatnya dengan tajam.

'Apa maksudnya ngomong begituan? Nyebelin banget.'

Dea tak ingin ambil pusing. Ia melahap habis semua makanan yang ada sampai kekenyangan.

Setelah merasa kenyang, keduanya memilih untuk langsung pulang ke rumah.

Belum ada setengah perjalanan, Dea sudah ketiduran. Bahkan ia tertidur sangat lelap saat mobil Bian telah berhenti di depan rumahnya.

Mulanya Bian berusaha untuk membangunkan Dea, tetapi gadis itu tidak juga membuka kedua matanya.

"Kasihan sekali kamu, Dea. Pasti ini karena kamu terlalu banyak menangis."

Dengan hati-hati Bian menggendong tubuh Dea ala bridal style. Tidak peduli jika gadis itu akan marah saat menyadarinya.

Tubuh Dea cukup berat. Bian cukup kesulitan saat membuka pintu rumahnya. Dan saat hendak membuka pintu kamar Dea, rupanya pintunya terkunci.

"Ada-ada saja, Dea. Pakai dikunci segala."

Terpaksa Bian membawa Dea ke kamarnya. Membaringkan tubuh sang istri di ranjangnya.

Sesaat Bian bisa menikmati wajah lelah Dea yang membuatnya semakin bertambah sayang.

"Maafkan aku, Dea. Hanya dengan cara ini aku bisa melindungi dan menjaga kamu setiap waktu. Aku tidak akan pernah melepaskanmu."

Malam itu mereka tidur di ranjang yang sama dan satu selimut. Bian merasa sangat bahagia. Ia benar-benar puas bisa memandang wajah sang istri begitu dekat.

Keesokan harinya Dea terbangun terlebih dahulu. Ia merasakan tangannya tengah memeluk sesuatu yang membuatnya merasa nyaman. Begitu menyadari ada yang salah, ia berteriak cukup kencang.

"Aaaaaa ...!!!"

Gadis itu merasa syok melihat wajah Bian begitu dekat dengannya. Bahkan bibir mereka hampir saling menyentuh.

Related chapters

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   5. Terdiam Seketika

    Bian membuka kedua matanya. Ia berucap dengan tenang. Sudah memprediksikan sebelumnya jika Dea akan histeris karena ulahnya."Masih pagi Dea. Kenapa berteriak seperti itu?"Bian memandangi Dea tanpa rasa bersalah sama sekali. Meski sebenarnya hatinya merasa takut jika Dea bertambah marah dan benci kepadanya."Kenapa Dea bisa tidur di sini?"Dea melihat tubuhnya dibalik selimut. Takut jika Bian memanfaatkan keadaan."Pasti Kakak sengaja, ya?" Meski pakaian yang dikenakan gadis itu masih sama seperti tadi malam, Dea tetap tidak terima. Ia menganggap Bian sengaja ingin tidur berdua dengannya.Bian hanya geleng-geleng kepala. Ia bangun dari tidurnya dengan tubuh bagian atas yang tidak mengenakan apa-apa.Dea berusaha tetap tenang. Sudah lama ia tidak melihat Bian seperti itu. Dulu kakak angkatnya tersebut sangat kurus dan tidak berotot. Tetapi kini sungguh berbeda jauh."Kenapa kamu mengunci pintu kamarmu? Kamu ketiduran di mobil. Dan kakak bangunkan berkali-kali tetap tidak mau membuka

    Last Updated : 2023-07-21
  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   6. First Kiss

    "Dea, kakak mau bicara sama kamu!" Tanpa menunggu jawaban dari Dea, Bian segera menarik tangan gadis itu untuk meninggalkan David yang masih terbengong di tempatnya."Kakak?" David tidak begitu paham mengapa mereka terlihat sangat dekat.Setelah keluar dari area kantin, Bian masih menggenggam tangan Dea begitu kuat. Ia membawa gadis itu masuk ke dalam lift yang kebetulan sepi."Ih, lepaskan! Apa-apaan sih, Kak Bian! Sakit!" rintih Dea. Ia merasa kesal dengan sikap kakaknya."Kenapa kamu dekat-dekat sama cowok lain?" ujar Bian tegas. Kali ini ia benar-benar merasa cemburu."Bukan urusan Kakak!" Dea sedikit membentak. Ia tidak suka diatur-atur oleh siapapun.Bian terdiam. Ia mencoba menahan emosinya agar tidak meledak hingga menyakiti wanita yang dicintainya.Bian mendorong tubuh istrinya hingga gadis itu tidak dapat bergerak. Ia mengunci tubuh Dea dan menautkan jemarinya pada jari-jari gadis bertubuh mungil itu."Aku ini suami kamu, Dea!" lirih Bian seraya mendekatkan wajahnya. Ia pand

    Last Updated : 2023-08-01
  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   7. Menyentuh Bibir Dea

    Dea menggeser posisinya ke kanan sedangkan lelaki berpenampilan urakan itu ikut duduk tepat di sisi kirinya."Sa–saya mau pulang Bang," jawab Dea terbata.Gadis itu terus membatin di dalam hatinya. Berharap ada seseorang berhati baik yang mau menolong."Bagaimana kalau kita bersenang-senang sebentar dengannya, Bos. Mumpung lagi sepi," ucap salah satu anak buah lelaki itu sambil memperhatikan keadaan sekeliling."Sepertinya dia anak baru di sini," ujar yang lain ikut menimpali."Saya harus pergi."Tanpa berpikir panjang lagi Dea segera meninggalkan tempat itu. Lebih baik ia berjalan menuju keramaian. Tetapi sayangnya para preman itu terus mengikuti Dea. Semakin Dea mempercepat langkah kakinya, semakin para lelaki itu bersemangat untuk mengejarnya.Hingga akhirnya mereka berhasil mengepung Dea. Gadis itu tidak bisa lagi bergerak untuk kabur."Apa yang kalian inginkan! Tolong pergi! Jangan sakiti saya."Dea mengiba. Ia memeluk tubuhnya sendiri sambil menundukkan kepalanya."Kamu tidak p

    Last Updated : 2023-08-02
  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   8. Sangat Menawan

    Bian berniat untuk menggantikan pakaian istrinya agar tidak merasa sesak. Namun sungguh di luar kuasanya. Lelaki itu justru terpesona dengan kulit putih dan bersih milik Dea."Jangan hiraukan itu Bian! Kau bisa membuatnya semakin membencimu."Setelah beberapa menit lamanya, Bian sudah berhasil mengganti pakaian Dea dengan piyama tidur yang longgar.Lalaki itu bangga dengan dirinya sendiri karena masih bisa untuk mengontrol diri agar tidak bertindak lebih kepada istrinya.Bian segera menyelimuti tubuh Dea hingga ke lehernya. Setelah itu ia keluar dari kamar dan berniat untuk tidur di kamarnya sendiri.***Pagi harinya Bian bersemangat untuk membuat sarapan nasi goreng. Ia sengaja menyediakan dua porsi untuk dirinya sendiri juga untuk istrinya."Aaaaa....!!!!"Sebuah teriakan melengking dari kamar Dea mengejutkan Bian seketika. Lelaki itu hampir saja menjatuhkan makanannya."Kenapa lagi dengan Dea?"Bian segera berjalan menuju kamar istrinya. Ia mencoba untuk membuka pintu kamar Dea, tet

    Last Updated : 2023-08-03
  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   9. Acara Makan Malam

    "Kenapa kamu mau menjadi sekretaris di perusahaan ini?"Bian berdiri dari tempatnya. Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celananya."Kau masih jadi simpanan Papa Reza? Bagaimana jika dia selingkuh dengan sekretarisnya?" ucap Bian dengan santai. Ia ingin Mawar sadar bahwa semua tindakannya tidak benar."Aku tidak peduli Pak Bian. Sepertinya sekarang aku mulai tertarik denganmu. Aku akan membuatmu bertekuk lutut kepadaku," balas Mawar tak kalah santai.Ia sangat yakin bisa meluluhkan hati Bian. Tidak ada lelaki yang bisa menolak pesonanya.Bian segera menjauh dari tubuh Mawar ketika menyadari wanita itu mulai berulah lagi."Jangan pernah berharap. Dan mulai besok, gunakan pakaian yang lebih sopan."Bian meninggalkan Mawar seorang diri. Ia keluar dari ruangannya hendak menemui seseorang yang mengadakan janji temu dengannya."Lebih baik aku tidak mengajak Mawar."CEO tampan itu melangkah dengan tenang. Di saat itu teleponnya berdering. Bian berbicara sambil berjalan, namun langkahnya

    Last Updated : 2023-08-04
  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   10. Akibat Obat Perangsang

    "Auh! Kakiku!" keluh Dea. Ia merasakan kakinya sakit. Sepertinya telah terjadi sesuatu pada kaki kanannya.Bian menyadari perubahan raut wajah Dea. Seolah gadis itu merasa tidak nyaman. "Apa yang terjadi Dea?" tanya Bian khawatir. Ia masih menopang tubuh istrinya.Tanpa menunggu jawaban dari Dea, CEO tampan itu segera mengangkat tubuh istrinya ala bridal style. Membuat pandangan orang-orang tertuju kepada mereka. Tak terkecuali dengan Reno yang menghentikan dansanya bersama Mawar.Bian langsung membawa Dea ke dalam mobil dan berniat untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Ia tak peduli dengan tatapan tajam dari semua orang."Sial! Pasti dia sengaja memanas-manasiku!" umpat Reno tidak terima. Lelaki itu pun mengajak Mawar pergi dari acara makan malam tersebut.Setelah menunggu beberapa menit, seorang dokter telah selesai memeriksa Dea."Apakah istri saya baik-baik saja, Dok?" ucap Bian merasa khawatir dengan keadaan Dea."Bapak tidak perlu khawatir. Kakinya hanya keseleo saja."Dea

    Last Updated : 2023-08-05
  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   11. Malam Pertama Yang Tak Diinginkan

    Sebuah suara jeritan memenuhi ruang kamar kecil itu. Dea menahan rasa sakit yang luar biasa pada inti tubuhnya. Begitu menyakitkan baginya.Air mata terus mengalir deras dari kedua mata milik Dea. Namun Bian tak peduli sama sekali. Ia terus bergerak sesuka hatinya sambil sesekali meracau menyebut nama Dea."Cukup Kak," ucap Dea namun tersekat di tenggorokannya.Beberapa jam berlalu. Bian mulai terkapar lemah di sebelah Dea. Gadis itu menangis hingga ikut tertidur di samping seorang lelaki yang telah merenggut kesuciannya.Keesokan harinya Dea terbangun terlebih dahulu. Ia masih merasakan sakit yang tiada terkira.Perlahan gadis yang tak lagi perawan itu mulai bangun. Ia mencoba melangkah menuju kamar mandi. Jalannya tertatih seakan sangat sulit untuk bergerak bebas.Dea mengahabiskan waktunya di bawah kucuran air shower. Hatinya sakit meski sebenarnya akan lebih sakit jika Bian melakukan hal itu dengan Mawar."Kenapa Kak Bian tega?"Dea memejamkan sejenak kedua matanya. Tanpa terasa a

    Last Updated : 2023-08-06
  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   12. Khawatir

    "Mawar apa yang sedang kamu lakukan?" Bian menaikkan sebelah alisnya sambil membetulkan dasinya."P–Pak Bian?" Tergagap Mawar menjawab pertanyaan dari sang atasan.Bian melihat jam di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Seharusnya mereka sudah berada di ruangan kerja masing-masing."Ikut ke ruangan saya!" perintah Bian kepada sekretarisnya. Ia ingin Mawar tidak bertindak seenaknya sendiri saat di kantor tempatnya bekerja.Mawar pun hanya menurut saja. Tidak mungkin ia melawan saat di kantor. Ia pun tidak mau dipecat secepat itu.Sementara dari kejauhan, Dea tengah memperhatikan. Kini ia bingung dengan perasaannya sendiri. Ada rasa cemburu tiap kali melihat Bian dengan Mawar. Apalagi setelah kejadian tadi malam."Apa benar Kak Bian mencintaiku? Atau dia juga ada affair dengan Mawar?"Meski kesal dan sangat sakit hati dengan Mawar, Dea tidak ingin bertindak gegabah. Ia harus bisa membalaskan dendamnya kepada Mawar dengan cara yang licik.Gadis itu pun tidak ingin terba

    Last Updated : 2023-08-07

Latest chapter

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   56. Sang Buah Hati

    Beberapa bulan telah berlalu, Dea merasakan perutnya begitu sakit. Di saat itu dia sedang berada di rumah sang mama. Seketika Amelia membawanya ke rumah sakit. Wanita paruh baya itu langsung menelepon Bian yang masih di kantor bersama Marco. “Ada apa, Ma?” tanya Bian dari balik teleponnya. “Dea masuk rumah sakit, Sayang. Kamu segera ke sini ya? Sepertinya dia akan segera melahirkan.” Tanpa berpikir panjang, Bian langsung menyanggupi permintaan sang mama. “Kenapa?” Marco penasaran karena melihat tingkah Bian yang tidak tenang. “Aku harus ke rumah sakit, Marco. Sepertinya Dea akan segera melahirkan.” Marco terlihat bahagia mendengar kabar bahwa Dea akan menjadi seorang Ibu. “Waow, itu berita yang sangat baik. Aku akan menghubungi Mama dan Papa Justin. Kamu tidak boleh panik.” Bian menepuk pelan bahu Marco. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Bian begitu polos. Tiba-tiba telapak tangannya terasa sangat dingin. “Kamu pulang dulu. Persiapkan segala kebutuhan untuk bayi baru lahir

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   55. Bahagia

    Setelah siuman dari pingsan, Lusi segera memberikan minuman kepada Bian. Gadis itu menanyakan bagaimana keadaannya. "Mas Leo, apakah kepalanya masih sakit?" tanya Lusi khawatir. "Aku sudah ingat semuanya, Lusi. Kenapa kamu membohongiku?" balas Bian balik bertanya. Lusi terlihat gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Satu kali dalam seumur hidupnya merasakan jatuh cinta. Dan kini harus terluka. Patah dan hancur hatinya. Ternyata gadis itu mencintai lelaki yang sudah beristri. Kakek Baya menghampiri Bian. "Lusi melakukan hal itu karena dia sangat mencintaimu, Bian. Maafkan kakek juga. Kakek merasa bahagia melihat Lusi bisa tersenyum kembali semenjak kepergian kedua orangtuanya." Kakek Baya menjelaskan semuanya. Ia membawa Lusi ke hutan dan jauh dari tempat tinggalnya semula karena tidak ingin gadis itu kenapa-napa. "Maafkan saya. Saya harus kembali untuk menemui istri saya." "Tapi Mas?" Lusi terkesiap. Ia belum siap jika harus kehilangan Bian secepat itu. "Maaf Lusi. Bian harus

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   Bertengkar

    Beberapa bulan telah berlalu. Keadaan Bian semakin membaik, tetapi ia masih belum mengingat apapun tentang masa lalunya. Lelaki tampan itu telah selesai membantu Kakek Baya mencari kayu di hutan. "Kakek, apakah setiap hari mencari kayu di hutan seorang diri?" tanya Bian kepada kakek itu. "Ya terkadang Lusi menemani Kakek. Tetapi ia lebih sering di rumah untuk memasak dan mempelajari tentang meracik obat seperti kakek. Ia ingin seperti kakek yang jago mengobati orang-orang." "Boleh saya menemui Lusi sebentar, Kek?" pamit Bian. "Tentu saja. Pasti ia sangat senang jika kamu membantu pekerjaannya." Kakek Baya tertawa renyah. Ia senang melihat hubungan Lusi dengan lelaki itu yang semakin dekat. Bian pun mengangguk senang. Ia pergi ke bagian dapur untuk melihat Lusi yang sedang sibuk memasak. "Hai, masih sibuk?" sapa Bian kaku. Padahal ia sudah mulai menerima Lusi sebagai calon istrinya. Tetapi selalu seperti itu saat berbicara dengan gadis itu. "Mas Leo? Ngapain datang ke sini? Mem

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   53. Berdebar-Debar

    Uhuk !Dea tersedak oleh air liurnya sendiri. Ia tidak menyangka jika Marco akan menanyakan hal itu kepadanya. Wanita segera menghabiskan air putih yang ada di dekatnya."Em, maaf Dea. Kamu tidak apa-apa?" Marco tentu saja panik melihat Dea terbatuk-batuk karena pertanyaan konyolnya. Lelaki itu mencoba memijit tengkuk leher Dea."Aku baik-baik saja, Marco. Tidak perlu khawatir." Dea berusaha mengelak. Tidak enak jika dipandang banyak orang di sana.Untuk sesaat Marco membiarkan Dea mengatur nafasnya agar kembali stabil. Namun ia juga menanti sebuah jawaban dari wanita itu."Bagaimana kamu bisa tahu tentang Reno? Aku dan dia—" Dea menghentikan ucapannya. Seakan berpikir sejenak. "Ah, sebaiknya tidak perlu membahas tentang dia.""Kamu yakin? Tidak ada yang perlu dijelaskan tentang masalah ini? Apakah kamu sudah melupakan Bian?" tanya Marco penuh selidik. Padahal jelas-jelas ia tahu jika di kantor tadi melihat Dea menangis gara-gara mengingat kenangan bersama Bian.Dalam sekejap saja kedu

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   52. Sepasang Kekasih

    "Belum ada perkembangan. Maafkan kakek ya, Nak?" Kakek Baya tampak bersedih."Tidak apa-apa, Kek. Kakek sudah berusaha. Mungkin besok dia akan sadar."Lusi segera menemui Bian di kamar. Perempuan itu semakin mengagumi wajah tampan milik lelaki itu."Andai saja kamu bisa berbicara hari ini. Aku pasti sangat senang."Setelah mengatakan kalimat itu, tiba-tiba kedua mata Bian terbuka. Tentu saja Lusi merasa terkejut."Kamu sudah sadar?" tanya Lusi bersemangat."Aku di mana?" tanya Bian seraya memegangi kepalanya. Ia tidak mengingat apapun selain saat dirinya tertabrak mobil dan kepalanya terbentur."Kamu di sini bersamaku, Mas. Aku Lusi calon istrimu.""Calon istri?" Bian terlihat kebingungan.Lusi meminta Bian untuk menunggu sebentar. Wanita itu segera menemui sang kakek untuk menyampaikan kondisi Bian."Kakek, lelaki itu sudah sadar. Sepertinya dia kehilangan sebagian memorinya. Mungkin dia tidak mengingat namanya sendiri.""Kamu serius, Lusi? Kamu tidak menemukan kartu identitas atau ap

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   51. Tenaga Dalam

    Amelia tersenyum kala menyadari siapa yang datang. Sepertinya wanita paruh baya itu mulai tertarik kepada lelaki tersebut."Nak Reno? Tumben pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Amelia dengan wajah sumringahnya.Amelia melihat penampilan Reno. Lelaki itu mengenakan pakaian joging."Saya ingin mengajak Dea jalan-jalan pagi, Tante. Bukankah baik buat kesehatan ibu hamil?" ungkap Reno ramah."Memangnya Nak Reno tidak bekerja hari ini? Tante sih setuju banget kalau Dea diajak jalan-jalan pagi."Amelia semakin merasa bahagia. Karena pagi itu ia ada janji dengan Reza untuk bertemu di suatu tempat."Reno hari ini libur, Tante. Ada yang handel di kantor!" jawab Reno tegas.Dea yang sudah selesai menyiapkan makanan di atas meja jadi penasaran dengan siapa yang datang. Ia pikir papanya yang berkunjung untuk temu kangen dengan sang mama."Siapa, Ma? Ini sarapannya sudah siap," teriak Dea dari arah meja makan."Ayo, Nak Reno. Silahkan masuk," ajak Amelia kemudian."Terima kasih, Tante."Amelia berjala

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   50. Menepati Janji

    Bian berhasil melepaskan ikatan tangannya. Ia segera mencari jalan ke luar. Sayangnya telapak kaki lelaki itu menginjak sebuah pecahan kaca yang tersebar sepanjang area belakang."Ternyata mereka sudah merencanakan semua ini."Bian merobek pakaiannya sendiri. Kemudian mengikatnya pada kaki yang berdarah."Aku tidak punya banyak waktu. Aku harus segera kabur dari tempat ini."Bian melihat ada sebuah jendela kaca. Ia mencari sebuah besi untuk memecahkan kaca itu. Tertatih Bian untuk mencapai jendela itu. Ia berusaha sekuat tenaga agar bisa selamat.Jalanan terlihat sepi. Daerah yang sangat gelap dengan minim pencahayaan. Dinginnya malam menerobos masuk ke kulit Bian. Membuat lelaki itu menggigil dan kelelahan."Aku harus mencari bantuan."Tanpa diduga ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang. Bian hendak mengelak namun terjatuh hingga akhirnya ia tertabrak dan tak sadarkan diri.***Keesokan harinya Annisa dan lelaki pilihan ibunya resmi menikah. Dia adalah Rasyid, lelaki yang terkena

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   49. Hangus Terbakar

    "Aku turut berduka cita atas meninggalnya suamimu. Kedatanganku ke sini untuk meminta maaf kepadamu. Sebenarnya selama ini aku masih mencintaimu, Dea.""Sudahlah, Ren. Kamu tidak perlu membahas masalah itu. Aku sudah memaafkanmu.""Terima kasih, Dea. Aku berjanji akan selalu ada untukmu. Sekarang kita pulang, ya? Semua orang pasti mengkhawatirkan kamu."Dea berdiri dari tempatnya. Namun tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Hampir saja ia pingsan, namun tubuhnya segera ditangkap oleh Reno."Dea, kamu kenapa? Bangun Dea!" Bergegas Reno mengangkat tubuh Dea dan memasukkannya ke dalam mobil lalu ia menemani gadis itu di kamarnya.Reno menanti Dea hingga sadar. Amelia sudah menyiapkan teh hangat dan membalurinya minyak kayu putih.Dengan perlahan Dea membuka kedua matanya. Amelia segera mengambilkan teh buatannya, namun Reno mendekat dan meminta agar dirinya diberi kesempatan untuk menjaga Dea."Biar saya saja yang memberikan minumannya, Tante. Saya ingin memperbaiki semua kesalahan saya dah

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   48. Kangen

    Sore yang cerah telah berganti menjadi gelap. Bian belum pulang dari mini market. Hal itu membuat Dea kebingungan."Ma, kenapa Kak Bian lama sekali, ya? Tadi katanya cuma sebentar."Dea semakin merasa risau. Perasaannya sudah tidak enak. Ia takut terjadi apa-apa dengan suaminya."Kamu yang sabar ya, Dea. Coba hubungi nomornya dan cepat suruh pulang.""Baik, Ma."Dea segera mencari ponselnya. Ia mencoba menghubungi Bian dan ternyata ponsel suaminya tertinggal di meja nakas."Yah, Ma. Ponsel Kak Bian ketinggalan. Bagaimana ini?" Dea semakin risau. Harusnya ia bahagia karena hubungan semakin dekat."Sudah. Kita tunggu saja. Sebaiknya kita berdo'a agar Bian baik-baik saja."Dea mengangguk cepat. Ia sampai belum mau minum obat yang harusnya sudah ia konsumsi."Apakah sebaiknya kita menyusul Kak Bian, Ma? Seharusnya Kak Bian berada di tempat yang tidak terlalu jauh dari sini," ungkap Dea kepada sang mama."Suasana sudah gelap, Sayang. Mama tidak mau nanti kamu kenapa-napa. Mama yakin Bian a

DMCA.com Protection Status