"Jadi parfum itu limited edison?" tanya Laura memastikan. Steve tersenyum angkuh, "Ya, parfum itu memang hanya dibuat beberapa saja dan harganya sangat mahal."Mendengar penjelasan Steve tentang parfum yang digunakan oleh CEO itu, membuat Valery terdiam, memikirkan kembali malam panas yang pernah dia lewati dengan lelaki asing. Apa mungkin lelaki itu ... Steve? pikirnya. Laura menatap Steve lekat, mencoba mengingat kembali kejadian malam itu. Namun, semua ingatannya seakan hilang."Memangnya kenapa kamu menanyakan tentang parfum yang saya pakai?" tanya Steve menatap wanita cantik di depannya.Laura bergeming, tatapannya kosong dan hanya tertuju pada gelas di atas meja.Yona melirik bosnya. "Kamu kenapa?"Laura menggeleng lalu tatapannya beralih pada Steve. "Anda pernah menginap di hotel .... "Belum selesai ucapan Laura, Steve sudah beranjak dari duduknya saat melihat ada panggilan masuk di ponselnya."Maaf, saya terima telepon dulu." Steve meninggalkan meja makan yang diduduki Laur
Perjalanan berakhir, Laura di hotel sewaannya. Ia melangkah gontai melewati lobby hotel menuju lift.Lelah yang terasa menyiksa harus ia lupakan untuk sementara waktu, sampai tiba saatnya ia akan beristirahat ketika kandungannya sudah membesar.DEG!Setibanya di kamar hotel, Laura tertegun saat melihat sang ibu berada di dekat pintu, menyambut kedatangannya dengan senyuman lebar."Sayang, kamu sudah pulang," sambut Grace yang duduk di atas kursi roda. Melihat ibunya sudah bisa duduk di kursi roda tanpa bantuan siapapun, membuat Laura menatap bingung. Ia melepas tas tenteng di tangan kemudian berjongkok di depan sang ibu. "Ma, i-ini beneran. Mama sudah bisa duduk di kursi roda? A-aku tidak salah lihat kan?" Laura memegang kedua kaki ibunya sambil menatap tak percaya. "Kok bisa Ma?" Bulir bening mengalir dengan sendirinya. "Kamu sama sekali tidak salah lihat. Mama sudah bisa menggerakkan tubuh Mama. Ya, walau pun hanya bisa meraih kursi roda ini lalu duduk, tapi semua ini suatu kemaj
Pagi harinya, seperti biasa ... morning sickness yang dirasakan Steve terasa sangat mengganggu, bahkan membuatnya semakin tersiksa. CEO tampan itu terus memuntahkan isi perut hingga membuat kondisi tubuh melemah. Namun ia harus tetap beraktivitas seperti biasa.Steve berjalan gontai keluar kamar, pemandangan tak biasa itu disaksikan langsung oleh sang ibu. "Kamu kenapa, Bara?" tanya ibunya yang melihat wajah Steve pucat pasi. "Aku agak mual dan pusing," jawab Steve sambil memegang kening. "Mau ke Dokter? Kita periksakan kondisimu ya. Akhir-akhir ini Mama lihat kamu kok kayak orang sakit parah. Sebenarnya kamu kenapa? Salah makan? Atau kamu sering minum minuman beralkohol?" selidik Yohana menatap anaknya lekat."Aku baik baik saja, Ma, hanya sedikit kelelahan. Maybe. Nanti juga semua keluhan ini hilang." Steve menarik kursi lalu duduk di depan meja makan. "Makan dulu sarapanmu. Jangan terlalu lelah bekerja. Tubuh jug
Steve mengalami morning sickness, sementara itu hal yang tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan Steve juga dialami oleh Laura, karena kehamilannya itu memang menyiksa.Yona mendatangi Laura di hotel tempat wanita cantik itu menginap karena dia merasa khawatir dengan keadaan bosnya."Sepertinya hari ini aku tidak bisa bekerja. Badanku tidak enak, dan tidak bisa dipaksakan untuk bergerak. Bahkan untuk ke kamar mandi saja rasanya aku hampir mati," ucap Laura, wajahnya terlihat sangat pucat. "Sebaiknya kita ke rumah sakit, aku khawatir dengan keadaanmu. Kasihan janin di dalam perutmu." Yona dengan setia mendampingi bos yang sudah dianggap adiknya sendiri. "Aku takut ada yang tahu kalau aku sedang mengandung." Laura memalingkan wajahnya lalu menunduk."Tidak mungkin ada yang tahu. Memangnya di setiap rumah sakit ada wartawan? Atau mata-mata? Kan tidak. Lagi pula kita bisa meminta pihak rumah sakit untuk menjaga privasi pasien, dengan tidak
Seperti biasa, Steve kembali menjalankan aktivitasnya sebagai seorang CEO meski kondisi tubuh masih lemah. Steve datang ke kantornya dan langsung disambut oleh sekretaris yang berdiri di depan ruangan CEO tampan itu."Pagi Pak Steve," sapa sang sekretaris ramah. "Hmm, pagi," sahut Steve, memegang handle pintu keemasan di depannya. "Pak," tahan sang sekretaris."Ada apa?" tanya Steve melirik sekretarisnya. "Maaf Pak, hari ini bintang iklan kita, Bu Laura tidak bisa melakukan pemotretan karena dia masuk rumah sakit." "Masuk rumah sakit? Memangnya di sakit apa?""Kalau itu saya kurang tahu Pak, tapi dia bilang kemungkinan dia akan dirawat selama satu minggu ke depan."Steve mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruang kerja. "Katakan di mana alamat rumah sakit tempat dia dirawat. Saya ingin meminta office boy untuk mengantar sesuatu ke sana.""Baik Pak, tunggu sebentar."Tak
Di tempat berbeda, Yeni mulai menjalankan rencananya untuk menyingkirkan Laura dari dunia ini. Pembunuh bayaran profesional sudah disewa oleh wanita paruh baya itu. Namun berbeda dengan pikiran piciknya, sikap Yeni di depan Nikolas sangatlah manis hingga membuat Nikolas semakin menyayangi wanita penggoda di dalam rumah tangganya tersebut. Saat ini di dalam kamar mewah di kediaman Nikolas, lelaki paruh baya itu sedang bersiap untuk berangkat ke toko perhiasan miliknya. "Kamu sudah mau berangkat ke toko perhiasan?" tanya Yeni sambil merapikan kemeja yang dikenakan calon suaminya. Bukannya menjawab, Nikolas justru memberi kecupan panas di jenjang leher wanita yang masih terlihat sangat cantik, seksi dan menggai-rahkan. "Mas, aku bertanya. Kamu sudah mau berangkat ke toko?" ulang Yeni dengan suara manja. Nikolas menatap calon istrinya sangat lekat lalu mengatakan, "Tidak, sebelum kamu memberiku j
Steve besar berdiri di depan pintu kamar perawatan Laura. "Kenapa kalian mengunci pintu ini? Buka pintunya!" Menyadari ada yang tidak beres, Steve terus berteriak meminta agar pintu itu dibuka. "Breng-sek! Kalian semua siapa? Mau apa masuk ke dalam kamar Laura?" pekik Steve sambil terus memutar-mutar handle pintu. Tak ada pilihan lain, setelah mengawasi keadaan aman. Ia melangkah mundur ke belakang lalu mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menendang pintu tersebut. BRUK! Pintu berhasil dibuka, kedua mata Steve membulat sempurna saat melihat dua orang perawat sedang memegang lengan Laura yang terus memberontak. Dokter yang terlihat mencurigakan tengah memegang jarum suntik di tangan kanannya. "Apa yang ingin kalian lakukan?" bentak Steve mendekati dokter tersebut. "Kami hanya ingin memberinya vitamin dan obat penguat kandungan," jawab dokter gadungan itu.
Yohana mendapatkan kabar dari rumah sakit, anak lelakinya ditikam oleh seseorang yang tidak dikenal. Ibu satu orang anak itu panik dan langsung bersiap-siap untuk melihat anaknya di rumah sakit tersebut.Wajahnya terlihat pucat, panik dan khawatir memikirkan kondisi Steve. "Pa, cepat kita berangkat ke rumah sakit sekarang," ajak Yohana pada suaminya yang masih merapikan kancing kemeja. "Tunggu sebentar, Ma," balas Kristian masih berusaha mengancing satu persatu kemeja putih yang dikenakan denda tangan gemetar.'Semoga anakku baik-baik saja,' gumam Kristian dalam hati, memikirkan kondisi anak lelaki satu-satunya.Ia memiliki satu orang anak dari pernikahan terdahulu. Anak perempuan bernama Evelyn, yang selalu mengganggu ketenangan Steve karena ingin menguasai salah satu perusahaan miliknya. Selesai memakai pakaian lengkap, Kristian keluar dari dalam kamar bersama istrinya. "Bagaimana keadaan anak kita? Apa k