Satu Setengah bulan berikutnya, Rangga meminta izin pada Febby untuk pulang ke Sun City.“Sayang, aku pergi dulu ya. Pesawatnya berangkat dua jam lagi. Besok begitu selesai sidangnya aku akan langsung pulang.”Febby mengangguk, walau di dalam hati berteriak tak ingin berpisah semenitpun dari suaminya, terlebih jelang kelahiran anak pertama mereka.Namun ia menyadari ini adalah hari yang penting untuk Rangga.“Iya sayang, hati-hati di jalan ya,” jawab Febby.“Terima kasih sayang.” Rangga mengecup bibir dan kening sang istri. Lalu beralih ke perut istrinya yang sangat besar.“Papa berangkat dulu ya sayang, jangan nakal sama Mama ya,” ucapnya. “Aduuuh!” Rangga mendapat dua kali tonjokan dari kedua calon anaknya. Febby terkekeh melihat suaminya kesakitan.Rangga pun menuju ke Bandara bersama Arka yang sudah menunggunya di bawah.****Sun CitySidang perdana Brian pagi itu membawa suasana yang begitu tegang. Ruang sidang dipenuhi oleh berbagai pihak, termasuk media yang ingin meliput kasu
Setelah 4 jam melakukan perjalanan udara, dan 1 jama darat, akhirnya Rangga tiba di ruma sakit, dia bergegas menuju ruang persalinan, kali ini sang istri ngotot akan melahirkan secara normal.Di luar ruangan ada sang kepala pelayan, dan pelayan lain serta ahli gizi Febby, dan Arkana bergabung di sana. Sementara suster Barbara penjaga Febby ada di dalam ruangan menemani Febby sejak pertama kali di bawa ke rumah sakit. Rangga mendekati sang istri."Sabar ya, sayang," bisik Rangga sambil memberi kecupan lembut di kening istrinya.Febby merasakan sakit di pinggul, perut, dan bagian lain tubuhnya. Meski rasa sakitnya luar biasa, ia merasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan. Tidak semua perempuan bisa merasakan momen seperti ini."Aku mau kamu yang nemenin aku," ucap Febby sambil meringis.Febby tentu ingin agar suaminya tahu betapa beratnya melahirkan pewaris kerajaan bisnis Wijaya Group. Ia tidak ingin suaminya menunggu di luar; Febby ingin Rangga tetap berada di sampingnya di ru
Detik berikutnya, Febby merasakan kebas pada daerah kewanitaannya. Dokter pun memberikan penjelasan kepada Febby mengenai prosedur yang akan dilakukan, agar kedua bayi tersebut bisa dilahirkan tanpa menyebabkan sobekan pada area intim Febby.Tak ada yang bisa Febby lakukan selain mengangguk pasrah. Ia yakin bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh dokter dan tim medis adalah yang terbaik untuknya dan kedua bayinya.Penjelasan dari dokter tadi membuat Febby semakin lemas. Ia tidak berani menatap dokter yang tengah meminta alat-alat medis kepada suster.Jangankan Febby, Rangga saja sudah ketakutan luar biasa. Wajah pria itu pucat pasi, dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi istrinya, terutama melihat bagaimana perjuangan Febby saat ini untuk melahirkan anak-anak mereka."Ayo, Nyonya, bantu dorong, ya," perintah sang dokter.Febby menggenggam tangan Rangga erat-erat, lalu mendorong sekuat tenaga, namun kedua bayi itu masih belum keluar.Febby membua
Elio Maharaja Putra Rangga Wijaya, nama yang diberikan oleh sang mama untuk si sulung. Elina Maharatu Putri Rangga Wijaya, nama yang diberikan oleh sang papa untuk si cantik berbadan gempal.Saat ini, kedua bayi tersebut berada di ruang perawatan, terlihat dari balik kaca di ruangan tersebut. Gerakan mereka menunjukkan bahwa mereka lahir dengan sehat walafiat; satu tampan dan satu lagi cantik, keduanya begitu menggemaskan.Kebahagiaan menyelimuti Febby dan Rangga saat mereka resmi menjadi orang tua. Setelah melewati proses persalinan yang penuh tantangan dan rasa sakit, Febby akhirnya melahirkan si kembar yang menggemaskan: Elio dan Elina. Meski setiap detik saat melahirkan terasa seperti bertaruh nyawa, Febby merasa semua itu sepadan ketika melihat wajah mungil anak-anaknya.Kebahagiaan yang mendalam dirasakan terutama oleh kedua orang tua si kembar. Mereka sangat bersyukur telah dikaruniai anak kembar. Setelah memberikan nama kepada kedua bayi, kini yang menemani Febby di rumah sa
Ditempat berbeda Monica duduk di sofa empuk di ruang tamunya, matanya tak lepas dari layar ponsel. Berita tentang kelahiran anak kembar Febby dan Rangga menghiasi feed media sosialnya. Gambar ceria pasangan itu, dengan senyum lebar di wajah mereka dan bayi-bayi kecil yang terbungkus selimut pastel, membuat hatinya bergetar. “Keduanya sehat dan bahagia,” tulis akun Wijaya Group di postingan tersebut. Monica menggigit bibir, merasakan amarah menggelora dalam dadanya.“Apa ini?” Monica bergumam sambil memandang foto itu dengan tatapan tajam. “Febby merasa sudah mendapatkan segalanya.”Dia menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. Namun, perasaan tidak tenang itu terus menjalar. Bagaimana bisa mereka hidup bahagia sementara dia hanya bisa menatap dari kejauhan? Rangga seharusnya bersamanya, bukan dengan wanita itu. Dia mengatur ulang pikirannya, berusaha untuk tetap fokus pada rencananya.Monica beranjak dari sofa, berjalan ke jendela, dan melihat keluar. Jalanan di depan rumahnya
Dua Hari KemudianBaby Elio dan Elina, buah cinta Rangga dan Febby, akhirnya pulang ke rumah setelah tiga hari berada di rumah sakit. Setibanya di rumah, suasana langsung meriah dengan semua pelayan berkumpul di ruang tamu, siap menyambut dua bayi mungil yang akan menjadi pusat perhatian semua orang di rumah itu."Selamat datang, Tuan dan Nona muda Elio dan Elina!" seru salah satu pelayan, disambut tawa bahagia dan tepuk tangan dari yang lain. “Terima kasih,” jawab Luna dan Rangga kompak.Mereka tampak begitu antusias, mengagumi bayi kembar yang baru saja tiba. Beberapa pelayan sudah menyiapkan dekorasi khusus di ruang bayi yang terletak di lantai dua. Ruangan itu didesain khusus untuk si kembar, dengan dua tema yang mencerminkan perbedaan mereka, nuansa biru lembut untuk Elio dan pink manis untuk Elina.Begitu Rangga dan Febby masuk ke ruang bayi bersama si kembar, mereka langsung disambut pemandangan yang begitu indah. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan gambar-gambar lucu, pernak-
“Siapa Bi?” tanya Rangga.“Katanya dari Klien bisnis anda, Tuan.”Rangga mengangguk, lalu meminta izin pada Febby untuk menemui tamu yang dimaksud.Ternyata bukan klien bisnisnya yang datang, melainkan asisten dari klien bisnis Rangga membawa banyak perlengkapan bayi untuk Elina dan Elio.Banyak sekali yang ikut bahagia dengan kelahiran si kembar. Setelah menurunkan semuanya dari mobil box, Rangga mengucapkan terima kasih.“Sampaikan salam saya pada atasanmu ya, Mike,” ucap Rangga.“Baik Tuan, saya pamit dulu.”Rangga pun mengangguk dan mengantar sampai halaman depan. Setelah itu kembali masuk ke dalam rumah.Rangga sangat bahagia, ternyata begini rasanya menjadi orang tua, pikirnya. Rangga bersumpah akan menjaga istri dan anak-anaknya dengan segenap jiwa dan raga, dia juga tidak akan membiarkan Febby memakai KB karena Rangga ingin punya banyak anak agar rumahnya ramai. Semua sudah terencana dalam benaknya.****Suasana di rumah besar itu malam ini terasa lebih hangat sejak kepulangan
Pagi berikutnya, sinar matahari menembus tirai kamar tidur mereka, memberikan cahaya lembut yang membangunkan Rangga. Dia melirik ke sebelahnya, Febby masih terlelap dengan nafas yang tenang. Senyum kecil tersungging di wajahnya, menyadari betapa hebat istrinya dalam menghadapi peran baru sebagai ibu.Sebelum tangis si kembar memecah kesunyian pagi, Rangga memutuskan untuk bangun lebih dulu. Rangga menuju ke kamar mandi untuk gosok gigi dan membersihkan wajah.Kemudian dia berjalan menuju kamar bayi, memastikan Elio dan Elina masih tidur dengan tenang. Suster Barbara sudah bersiap di sana, menyiapkan botol susu dan perlengkapan pagi untuk si kembar."Selamat pagi, Tuan," sapa suster Barbara dengan senyuman hangat. “Pagi juga suster.”Tangisan Elina mengusik obrolan pagi itu, “saya kasih susu dulu untuk baby Elina Tuan, anda istirahat saja,” kata Barbara.Rangga mengangguk, merasa bersyukur memiliki suster Barbara yang selalu sigap membantu. Kini giliran Elio yang mulai merengek."Te