Ratu Minerva tersenyum mendengar titah tersebut, tapi hal itu malah membuat wajahnya terlihat semakin tak bersahabat. “Duke Gramer adalah mantan mertua Illarion, aku yakin ia akan sangat canggung dengan hal itu. Terlebih harus membawa istri barunya. Bagaimana kalau Pangeran Alex-,” ucapan Ratu Minerva langsung terpenggal melihat tatapan tak suka penguasa Anarka itu.
“Kau mencoba mengaturku, Minerva?”
“H-hamba….”
Pemandangan yang sangat aneh bagi Amanda, ia tak menyangka Ratu Minerva yang terlihat angkuh dan kaku langsung menciut begitu Raja Abraham menegurnya. Hubungan mereka seolah begitu dingin.
‘Bahkan keluarga pria ini juga tak jauh lebih hancur jika dibandingkan dengan hidupku, tak ada kehangatan. Mungkin karena itu aku bisa mencintai pria ini, kami terliha
Terima kasih telah membaca. Dukung penulis dengan VOTE novel ini ya ^^
Illarion berjongkok di sebelahnya. “Dengar aku tak peduli, ambilah gadis itu. Aku juga ingin segera membuangnya,” ujar Illarion sambil menaikkan alisnya yang memiliki bekas luka. Kemudian ia berdiri dan menendang ulu hati Apollo sebelum berjalan keluar ruangan. Erangan mengerikan keluar dari mulut Pangeran yang berasal dari Landyork itu. “Siapkan pasukan, kita menuju tempat Duke di Elger sekarang!” perintah Illarion pada Andreas. Hal itu langsung membuat pria yang sebentar lagi genap berumur empat puluh tahun itu mengumpat dalam hati. ‘Ah sial, aku lelah sekali. Kita bahkan belum setengah hari sampai dari Eden.’ Amanda merapikan bajunya, pandangan mata ungunya kosong menatap ke arah gundukkan tanah basah di bawah jendela kamarnya. ‘Karena aku begitu lemah, semua ini ter
“Semua siaga!” perintah Jenderal Andreas. Illarion berdecih di tempat duduknya. ‘Jalanan sepi dengan hutan rimbun dan tanah lapang berujung jurang, tempat yang bagus untuk mencegat siapa pun yang lewat. Harusnya aku sudah menduga hal ini. Wanita iblis itu tak akan mudah membuatku menjalankan perintah Baginda Raja di daerah kekuasaannya.’ Suasana begitu hening, setelah penyerangan pertama belum ada lagi serangan susulan. Pria bersurai hitam itu mendekatkan diri pada jendela tempat pengawal setianya itu berada. “Kurasa kita kalah jumlah, Tuan” bisik Jenderal Andreas. “Tapi Hamba punya rencana, Tuan.” “Jelaskan,” perintah Illarion, ia begitu mempercayai Andreas yang sudah sangat berpengalaman dalam situasi ini.
‘Aku membuatnya mengorbankan nyawa dan ia sama sekali tidak menggila malah mengucapkan terima kasih? Bukankah itu berarti anak buah wanita sialan itu tak akan membunuhnya? bahkan mungkin mereka akan memperlakukannya begitu hormat! Sialan! Aku benar-benar terkecoh olehnya!’ Tangan Illarion tergenggam erat karena kemarahan, dan memacu kuda hitamnya makin kencang. Rombongan besar Pangeran Hitam berbelok ke arah hutan rimbun, sedangkan kereta yang dinaiki Amanda menuju padang gersang berujung jurang tanpa pengawalan. Hal ini membuat kesan pada para penyerang bahwa justru di dalam kereta itulah sosok orang yang mereka harus bunuh sebenarnya berada. Karena melarikan diri tanpa pengawalan, berusaha mengecoh mereka. Amanda mendengar puluhan mungkin ratusan derap langkah kuda mendekat ke arahnya. Ia berada di dalam keret
Brak! Pintu kereta yang sekarang sudah menghadap atas, dibuka paksa oleh salah satu pemimpin penyerangan. “Kau ternyata jauh lebih kecil dari apa yang aku pikirkan, Pangeran,” ujar pembunuh bayaran itu. Dengan sekali tarik, ia berhasil melempar Amanda keluar kereta. Gadis itu menarik tudung kepala dan jubahnya agar tak terhempas membuka. ‘Aku harus menyamar menjadi Tuan, sampai rombongan pria itu benar-benar pergi jauh dari tempat ini.’ “Astaga! Ini kah sosok Pangeran Hitam yang bahkan bisa mengalahkan kerajaan Exilas. Dia hanya pria mungil!” Gelegar tawa dari para penyerang itu terdengar hingga atas bukit tempat Illarion menonton kejadian itu dari jauh. ‘Kenapa ia belum membuka penyamarannya?’ Pembunuh ba
Ucapan Andreas berhasil menghentikan langkah lIlarion Black. Jenderal pasukan berkuda itu tampak terkejut, rasa kaget yang sama juga dialami para pria berprofesi pembunuh bayaran yang mengelilingi Amanda. 'Mereka tak akan membunuhnya,' batin Illarion terus meyakinkan dirinya. 'Mereka masih satu kubu.' “Apa! Kita ditipu. Ia seorang wanita! Pangeran Hitam sudah menghilang,” geram salah seorang dari mereka kemudian menampar Amanda. Gadis itu terlempar lagi, baju putihnya sudah berlumuran bercak darah bercampur debu, menjadikan Amanda terlihat seperti mayat hidup. Salah satu pria itu mendekat ke arah Amanda yang tergeletak lemas. “Aku tak pernah melihat wanita seperti ini sebelumnya. Kulit dan rambutnya begitu putih, seakan ia bukan berada dari dunia in
Para pembunuh bayaran itu terperangah, kemudian mereka semua memusatkan perhatiannya pada hal yang sama. Pria yang menembakkan anak panahnya di atas bukit. “Sial kita dijebak!” kata salah seorang dari mereka. Para pembunuh yang bertubuh besar itu mulai berkumpul membuat kelompok, mereka seperti ikan kecil yang terperangkap pada bubu jebakan. Di belakang Illarion, Andreas dan pasukan panah berapi berbaris rapi, tinggal menunggu perintah. “Kami sudah siap Tuan.” Illarion menyipitkan matanya, melihat jauh pada tempat Amanda berada. Gadis itu tampak tergeletak tak bergerak di samping kaki pembunuh bayaran yang bertubuh paling besar. ‘Dia mati?’ Illarion menggigit bibirnya. Andreas melihat kegalauan di mata Tuannya. “Jika kita menyerang mereka dengan pasukan berpana
“Apa Nyonya baik-baik saja Tuan?” Andreas sebenarnya ragu untuk bertanya, terlebih wajah Illarion semakin tertekuk dalam, tapi rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. “Menurutmu?” Sepatah kata yang diucapkan Illarion barusan, lebih terasa sindiran daripada sebuah pertanyaan bagi Andreas. Andreas langsung menyesali pertanyaanya atas dasar penasaran itu. Pria yang merupakan ‘tangan kanan’ Pangeran Hitam itu menelan saliva, dan mengutuk diri kenapa berani bertanya seperti itu. ‘Tapi kenapa ia terlihat begitu geram dengan gadis itu?’ Tiba-tiba suara lirih Amanda terdengar mengigau di antara tidurnya. “Tuan Apollo … hentikan, kumohon Tuan Apollo.” ‘Ah gadis sialan ini m
Segera Illarion dan Andreas berlari ke sumber suara. Tapi langkah mereka terhenti saat melihat hujan panah berapi berjatuhan di tempat pasukan hitam berkemah, seolah balasan atas apa yang mereka lakukan tadi siang. Gelap malam berubah menjadi terang benderang seakan matahari muncul kembali di tengah hari. Dan saat keadaan semakin carut marut, rombongan besar tentara bayaran mengepung tempat itu. “Sial!” umpat Andreas. “Jumlah mereka lima kali lebih banyak dari sebelumnya, Tuan.” Perkataan itu ia tujukan untuk Illarion, tapi pria bersurai hitam itu justru sudah tak berada lagi di sebelahnya. Pangeran Hitam ternyata sudah melesat cepat menuju tenda tempat Amanda berada. “Mereka tak akan membiarkan kita semudah itu kan?” ujar Illarion sambil tersenyum miring menghujamkan pedangnya ke arah tentara bayaran yang mulai merangsek masuk.
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny