Keesokan harinya, Arjun bersiap berangkat, namun tidak ke kantor karena hari libur. Ia akan berangkat ke suatu tempat. Hari ini adalah jadwalnya mengunjungi dan menjenguk yang menjadi tanggung jawabnya.
Ia hanya bersama Jim dan seorang sopir, juga dua orang pengawal di mobil yang lain. Sedangkan Kate mengajak Fallen berjalan-jalan ke mall.
Mobil sampai di sebuah rumah yang tak terlalu besar. Tampak dua orang remaja laki-laki dan perempuan menghampiri dirinya. Mereka memeluk Arjun dan mencium punggung tangannya.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Arjun seraya melangkah bersama dengan kedua remaja itu menuju dalam rumah.
"Baik, Paman. Kami sangat merindukan Paman," ucap salah seorang remaja perempuan bernama Devi, sedangkan kakak laki-lakinya bernama Dava.
"Maaf, aku baru bisa mengunjungi kalian sekarang, pekerjaan membuat aku tak punya banyak waktu." Arjun mendudukkan dirinya di sofa
Fallen dan Kate sedang berjalan-jalan ke mall. Mereka tidak hanya berdua. Mereka dikawal oleh beberapa orang pengawal. Itupun sudah membuat mereka risih karena orang-orang melihat ke arah mereka. Entah dalam penilaian seperti apa karena kebanyakan pria sedang menatap Kate.Kate yang memang bergaya modis berhasil mencuri mata para lelaki yang melihat nya berjalan dengan anggunnya.Sedangkan pada Fallen, jangankan melihat, melirik saja pun mereka tidak berani. Karena, setelah konferensi pers yang digelar Arjun, tentu tidak ada yang berani mendekati atau bahkan hanya sekadar memandang."Lihatlah mata para buaya itu, benar-benar menjijikkan." Kate berbisik kepada Fallen."Buaya? Dimana ada buaya, Kak?" Fallen melihat ke kanan dan ke kiri dengan tatapan penuh ketakutan.Kate menepuk dahinya. "Bukan, bukan itu. Maksudku, buaya darat atau biasa disebut pria hidung belang."
Kate menggenggam tangan Fallen, menatapnya dengan penuh harapan. "Adik ipar, maukah kau melakukan satu hal untuk Arjun?""Melakukan apa, Kak?""Bujuklah dia agar dia mau bertemu dengan ibunya."Fallen tertegun mendengar ucapan Kate. "Maaf, Kak. Sepertinya kau salah orang. Aku bukanlah yang seperti kau pikir. Maksudku, Arjun tidak mencintai ku. Jangankan mencintai, mempedulikan ku saja pun tidak. Dan juga, aku sangat takut padanya. Aku tidak akan berbicara jika dia tidak memulai duluan, Kak.""Tidak, dia itu sebenarnya tidak menakutkan. Sebenarnya dia itu mempunyai hati yang sangat baik. Hanya saja, demi mengantisipasi niat jahat seseorang, dia menjadi sosok yang terlihat kejam. Aku tanya padamu, pernahkan dia memukul, menampar, atau mencambuk mu?"Fallen langsung menggeleng."Jika dia memang kejam, dia pasti akan melakukan hal itu padamu tanpa ampun."
Keesokan harinya, tepat seperti yang direncanakan Fallen, akhirnya buku yang ia pesan pun diberikan Asti. Yaitu buku berjudul Berbakti kepada ibu, dan kisah-kisah anak durhaka."Bagaimana aku memberikan padanya? Mana mungkin aku menawarkan buku ini padanya, sama saja aku yang membuat bom untukku sendiri," gumam Fallen."Baiklah, sepertinya, aku harus membaca buku ini saat dia sedang membaca buku yang lain." Fallen meletakkan satu buku berjudul Berbakti kepada ibu, lalu membaca buku kisah-kisah anak durhaka.Tak berselang lama, Arjun pun pulang. Dengan segera, ia menghampiri Arjun, lalu mencium punggung tangannya. Namun ada yang berbeda hari ini.Ketika Fallen mencium punggung tangan Arjun, tanpa disangka, Arjun malah mengusap kepalanya dengan pelan, lalu mengusap pipinya dengan ibu jari. Tentu saja perlakuan Arjun membuat jantung Fallen hampir runtuh. Ia tidak pernah menyangka jika Arjun akan berlaku
Selesai membaca buku, Arjun bergegas ke ruang kerjanya. Membaca memang membuatnya tidak fokus pada pekerjaan, sehingga ia harus bekerja sampai larut malam.Fallen makan malam sendirian karena Arjun masih ada di ruang kerjanya. Sedangkan Kate sedang ada urusan penting di luar. Setelah selesai makan, ia melihat Asti mengisi nampan dengan berbagai lauk pauk dan nasi, serta air minum."Asti, mau dibawa kemana?" tanya Fallen."Saya akan membawanya kepada Tuan Arjun.""Biarkan aku saja." Fallen segera meraih nampan yang dipegang Asti, lalu membawanya ke ruang kerja Arjun.Bunyi bel pintu membuat Arjun menghentikan aktivitasnya. Ia segera melihat dari monitor, ternyata yang datang adalah Fallen dengan sebuah nampan berisi makanan.Ia pun segera membuka pintu, lalu mengambil nampan dari tangan Fallen. Namun, saat nampan sudah terlepas, Fallen tak kunjung pergi. Hal i
Hari yang ditunggu pun tiba. Hari ini, Arjun dan Fallen menggelar resepsi pernikahan. Di sebuah gedung mewah, dengan dekorasi serta hidangan yang tak kalah mewah. Fallen dibalut dengan gaun pengantin yang sangat cantik. Begitu juga dengan Arjun, ia terlihat sangat gagah dan berwibawa dengan setelah tuksedo.Mereka sedang duduk di singgasana bak ratu dan raja. Memperhatikan banyaknya tamu undangan yang hadir menyaksikan acar pernikahan mereka. Tak terkecuali Gunanda, ayah Fallen sendiri. Namun, dalam acara ini, Gunanda hanya sebagai tamu undangan saja, karena Arjun sudah memberitahu dirinya mengenai identitas Fallen yang belum boleh diketahui publik. Hmm, ada apa ya?Tampak Gunanda sedang berbicara dengan rekan kerjanya di acara itu. Fallen melihat ayahnya dari kejauhan sembari tersenyum. Tampak jelas kerinduan yang melekat di mata gadis itu."Jika kau rindu, besok aku bisa mengantarmu ke rumah ayahmu," tawar Arjun.
Pesta telah usai. Para tamu undangan pun sudah bubar. Tinggallah Arjun, Fallen dan Kate."Ini, hadiahku untuk kalian." Kate memberikan sebuah kunci kepada Arjun."Apa ini?" tanya Arjun."Ini kunci, apa kau buta?""Aku tahu ini kunci, tapi untuk apa?""Ini kunci kamar hotel yang sudah aku dekorasi untuk kalian.""Apa?" Arjun dan Fallen sama-sama terkejut."Kenapa terkejut? Kalian kan sudah menikah. Wajar kalau tidur di hotel.""Kate, aku mengerti maksud tujuanmu baik, tetapi kau sudah tahu 'kan bahwa kami,,,,,""Ya, aku tahu kalian tidak saling suka, tapi setidaknya, kau harus menghargai hadiahku, jika tidak, aku akan marah padamu." Kate menatap serius."Kenapa kau selalu mengusahakan dirimu sendiri?" Arjun menatap heran pada Kate."Kau tahu, 'kan kalau aku
"Kenapa kau gugup?" tanya Arjun setengah berbisik."Maaf, a-aku hanya,,,,,bi-bisakah kau berdiri?""Kenapa? Kau istriku. Bukankah tugas istri adalah melayani suaminya?" Arjun tersenyum menyeringai."Ap-apa maksud mu? Aku ti-tidak mengerti." Fallen mengalihkan pandangannya dari Arjun. Sebisa mungkin ia tidak beradu pandangan dengan pria tampan itu."Jangan pura-pura bodoh. Kau ini memang polos, tetapi pikiranmu agak kotor.""Bu-bukankah tidak ada cin-cinta di antara kita?""Cinta? Jika itu mengenai hasrat, maka tidak perlu cinta." Arjun mengusap leher Fallen. Menyingkirkan rambut yang menutupi leher jenjang itu. Dengan sekali kecupan, tertoreh tanda merah di lehernya.Fallen terkejut setengah mati. Ia tidak menyangka Arjun akan melakukan hal itu padanya. Bahkan, kini kehangatan bibir Arjun masih terasa di lehernya."De
Keesokan harinya, pengawal sudah mengantarkan pakaian Fallen dan Arjun. Mereka pun segera pulang ke rumah, tak lupa Arjun mengganti rugi atas sprei yang sudah dijadikan baju darurat untuk Fallen.Mereka baru saja memasuki rumah. Fallen terlihat menutupi bagian lehernya dengan rambutnya. Namun, Arjun segera mengibaskan rambutnya ke belakang. "Biarkan saja Kate melihatnya."Fallen menghembuskan nafas pelan. Ia pun mengalah, membiarkan leher bagian kiri terlihat jelas."Selamat datang, pengantin baru." Kate datang menghampiri mereka."Selamat pagi, Kak," sahut Fallen."Bagaimana dekorasi yang aku buatkan?" tanya Kate tidak sabar."Oh, sa-sangat bagus, Kak." Fallen menatap dengan ragu."Wah, bagus kalau begitu. Lain, kali, aku akan mendekor kamar kalian." Kate tersenyum senang."Eh, Kakak tidak perlu repot-repot, kami suk