Selesai membaca buku, Arjun bergegas ke ruang kerjanya. Membaca memang membuatnya tidak fokus pada pekerjaan, sehingga ia harus bekerja sampai larut malam.
Fallen makan malam sendirian karena Arjun masih ada di ruang kerjanya. Sedangkan Kate sedang ada urusan penting di luar. Setelah selesai makan, ia melihat Asti mengisi nampan dengan berbagai lauk pauk dan nasi, serta air minum.
"Asti, mau dibawa kemana?" tanya Fallen.
"Saya akan membawanya kepada Tuan Arjun."
"Biarkan aku saja." Fallen segera meraih nampan yang dipegang Asti, lalu membawanya ke ruang kerja Arjun.
Bunyi bel pintu membuat Arjun menghentikan aktivitasnya. Ia segera melihat dari monitor, ternyata yang datang adalah Fallen dengan sebuah nampan berisi makanan.
Ia pun segera membuka pintu, lalu mengambil nampan dari tangan Fallen. Namun, saat nampan sudah terlepas, Fallen tak kunjung pergi. Hal i
Hari yang ditunggu pun tiba. Hari ini, Arjun dan Fallen menggelar resepsi pernikahan. Di sebuah gedung mewah, dengan dekorasi serta hidangan yang tak kalah mewah. Fallen dibalut dengan gaun pengantin yang sangat cantik. Begitu juga dengan Arjun, ia terlihat sangat gagah dan berwibawa dengan setelah tuksedo.Mereka sedang duduk di singgasana bak ratu dan raja. Memperhatikan banyaknya tamu undangan yang hadir menyaksikan acar pernikahan mereka. Tak terkecuali Gunanda, ayah Fallen sendiri. Namun, dalam acara ini, Gunanda hanya sebagai tamu undangan saja, karena Arjun sudah memberitahu dirinya mengenai identitas Fallen yang belum boleh diketahui publik. Hmm, ada apa ya?Tampak Gunanda sedang berbicara dengan rekan kerjanya di acara itu. Fallen melihat ayahnya dari kejauhan sembari tersenyum. Tampak jelas kerinduan yang melekat di mata gadis itu."Jika kau rindu, besok aku bisa mengantarmu ke rumah ayahmu," tawar Arjun.
Pesta telah usai. Para tamu undangan pun sudah bubar. Tinggallah Arjun, Fallen dan Kate."Ini, hadiahku untuk kalian." Kate memberikan sebuah kunci kepada Arjun."Apa ini?" tanya Arjun."Ini kunci, apa kau buta?""Aku tahu ini kunci, tapi untuk apa?""Ini kunci kamar hotel yang sudah aku dekorasi untuk kalian.""Apa?" Arjun dan Fallen sama-sama terkejut."Kenapa terkejut? Kalian kan sudah menikah. Wajar kalau tidur di hotel.""Kate, aku mengerti maksud tujuanmu baik, tetapi kau sudah tahu 'kan bahwa kami,,,,,""Ya, aku tahu kalian tidak saling suka, tapi setidaknya, kau harus menghargai hadiahku, jika tidak, aku akan marah padamu." Kate menatap serius."Kenapa kau selalu mengusahakan dirimu sendiri?" Arjun menatap heran pada Kate."Kau tahu, 'kan kalau aku
"Kenapa kau gugup?" tanya Arjun setengah berbisik."Maaf, a-aku hanya,,,,,bi-bisakah kau berdiri?""Kenapa? Kau istriku. Bukankah tugas istri adalah melayani suaminya?" Arjun tersenyum menyeringai."Ap-apa maksud mu? Aku ti-tidak mengerti." Fallen mengalihkan pandangannya dari Arjun. Sebisa mungkin ia tidak beradu pandangan dengan pria tampan itu."Jangan pura-pura bodoh. Kau ini memang polos, tetapi pikiranmu agak kotor.""Bu-bukankah tidak ada cin-cinta di antara kita?""Cinta? Jika itu mengenai hasrat, maka tidak perlu cinta." Arjun mengusap leher Fallen. Menyingkirkan rambut yang menutupi leher jenjang itu. Dengan sekali kecupan, tertoreh tanda merah di lehernya.Fallen terkejut setengah mati. Ia tidak menyangka Arjun akan melakukan hal itu padanya. Bahkan, kini kehangatan bibir Arjun masih terasa di lehernya."De
Keesokan harinya, pengawal sudah mengantarkan pakaian Fallen dan Arjun. Mereka pun segera pulang ke rumah, tak lupa Arjun mengganti rugi atas sprei yang sudah dijadikan baju darurat untuk Fallen.Mereka baru saja memasuki rumah. Fallen terlihat menutupi bagian lehernya dengan rambutnya. Namun, Arjun segera mengibaskan rambutnya ke belakang. "Biarkan saja Kate melihatnya."Fallen menghembuskan nafas pelan. Ia pun mengalah, membiarkan leher bagian kiri terlihat jelas."Selamat datang, pengantin baru." Kate datang menghampiri mereka."Selamat pagi, Kak," sahut Fallen."Bagaimana dekorasi yang aku buatkan?" tanya Kate tidak sabar."Oh, sa-sangat bagus, Kak." Fallen menatap dengan ragu."Wah, bagus kalau begitu. Lain, kali, aku akan mendekor kamar kalian." Kate tersenyum senang."Eh, Kakak tidak perlu repot-repot, kami suk
Fallen telah selesai mandi. Dengan langkah yang pelan dan hati-hati, ia segera pergi ke ruang ganti, memilih pakaian yang nyaman untuk ia pakai. Entah mengapa rasanya sangat sakit sekali. Bahkan, saat terkena air pun, rasanya sangat perih."Kalau tahu sakit begini, aku tidak akan mau membayangkan adegan di film yang aku tonton. Kata mereka rasanya nikmat, tetapi yang aku rasakan malah sakit begini. Apalagi, milik Arjun,,,,ah sudahlah kenapa aku malah membayangkannya lagi." Fallen menggelengkan kepalanya, menepis segala bayangan tentang pergumulan panas tadi."Harusnya aku sadar. Dia mencintai orang lain." Wajah Fallen berubah menjadi sedih karena mengingat kekasih Arjun.Selesai memakai baju, Fallen segera membereskan sprei, membawanya ke ruang laundry, lalu mencucinya sendiri. Tentu ia tidak ingin pelayan tahu bercak darah di sprei akibat pergumulan panasnya dengan Arjun tadi.Selesai mencuci, ia se
Beberapa hari kemudian, Arjun tengah bekerja di kantornya. Ia berkutat dengan laptop di depannya. Hingga sebuah ketukan pintu pun terdengar.Arjun melihat dari CCTV dan ternyata yang datang adalah Jim. Ia segera memencet remot, dan pintu pun terbuka. Jim masuk lalu membungkukkan tubuhnya, memberi hormat."Katakan," ucap Arjun tanpa menoleh."Saya sudah mengecek semua CCTV tepat di lokasi kecelakaan itu yang diberikan oleh orang suruhan saya. Beruntung masih ada, berkat bantuan Tuan Alex Wlison. Dalam rekaman CCTV tersebut, tampak mobil yang dikendarai oleh ibu Nona Fallen sempat ugal-ugalan sebelum akhirnya menambrak tembok salah satu bangunan.""Hmmm, aneh sekali, kenapa dia bisa ugal-ugalan?""Menurut keterangan warga karena Nona Fallen mengejutkannya dengan mainan tikus.""Mainan tikus? Mana rekaman videonya?" tanya Arjun.Jim me
Arjun baru saja sampai rumah. Ia bergegas masuk ke dalam rumah, mencari sosok Fallen yang terbaik sedang tidur cantik di atas ranjang. Ia tersenyum menatap wanita kesayangannya itu tertidur dengan lelap. Matanya beralih menangkap sebuah buku kecil yang terletak di atas nakas. Ia pun segera mengambilnya, membuka isinya, lalu membacanya. Dahinya mengernyit saat melihat isi buku itu adalah ciri-ciri wanita yang pernah disebut Arjun sebagai kekasihnya. Ia pun tersenyum penuh kemenangan. "Kini aku benar-benar yakin, kau pasti sangat mencintai ku." Arjun kembali meletakkan buku ditempatnya. Ia akan berpura-pura tidak tahu agar nantinya Fallen tidak merasa malu. Arjun pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya, sembari memikirkan rencana selanjutnya. Ia berdiri di bawah guyuran shower yang membasahi rambut dan tubuhnya. Memejamkan matanya, merasakan sensasi kesegaran dari air tersebut. Saat itu, tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka. Arjun yang masih memejamkan m
Fallen sedang merenung di kamar lamanya. Ia tidak menyentuh makanannya sedikitpun. Ia tampak sedang memandangi sebuah lukisan ibunya dan dirinya yang tergantung di dinding kamar itu. Ukurannya tidak terlalu besar, namun sangat jelas dan cantik. Lukisan itu dibuat saat Fallen masih berusia lima tahun. Wajahnya masih sangat menggemaskan.Fallen berdiri, lalu mendekati lukisan tersebut. Ia menyentuh kaca lukisan tepat di wajah ibunya. Membuatnya menitihkan air mata. "Bu, ini kamarku, tetapi aku tidak betah berada di sini. Padahal di sini banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan ibu, termasuk lukisan ini.""Sampai kapan ayah akan membenciku, Bu?" Fallen kembali bertanya, menatap sedih pada lukisan itu. Ia mengambil lukisan itu, lalu membawanya duduk di sofa. Ia memangkunya seraya mengusap pelan lukisan tersebut."Kenapa ibu meninggalkan aku dalam keadaan begini, Bu?" Fallen menggoyang-goyangkan lukisan kecil itu pertanda
Sore harinya, terdengar suara tawa dari taman belakang.Kate yang merasa heran langsung mendatangi adanya sumber suara itu."Bagaimana? Terasa, kan?" tanya Fallen sambil menempelkan kepala Arjun di perutnya."Hahaha, dia baru saja menendangku." Arjun tergelak saat merasakan tendangan di bagian pipinya."Sepertinya dia ingin menjadi pemain sepak bola." Fallen menanggapi."Ya, kalau begitu, aku harus mempersiapkan lapangan sepak bola untuknya nanti," sahut Arjun dengan antusias."Jadi benar, anaknya laki-laki?" tanya Kate yang baru saja datang menghampiri mereka."Siapa yang bilang?" tanya Arjun."Kau ingin membelikannya lapangan sepak bola. Dia pasti laki-laki, iya, kan? Kalian tidak mau memberitahu kami hasil USG. Memangnya apa salahnya kalau kami tahu.""Kakak, bukan begitu, kami hanya tida
"Arjun!" teriak Airin yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Arjun dan Fallen. "Hmmm, ada apa, Bu? Kenapa teriak-teriak?" tanya Arjun yang masih berbaring di atas ranjangnya dengan pakaian kerjanya. "Sedang apa kau di sini, Nak. Apa kau tahu, Kate kerepotan karena mengurus klien yang kau tinggalkan di restoran barusan." Arjun bangkit dari posisi berbaring nya. "Aku terpaksa meninggalkan mereka karena Fallen tiba-tiba saja memintaku pulang dengan sebuah tangisan dari seberang telepon." "Hah? Ada apa dengannya?" tanya Airin dengan khawatir. "Mau melahirkan? Tapi kan masih beberapa minggu lagi." "Tidak, Bu. Ternyata dia hanya merindukan aku. Dia bahkan tidak mau berpisah jauh-jauh dariku. Dan sekarang aku disuruh menunggunya yang sedang mandi." Arjun menjelaskan. "Astaga, ibu kira apa. Lalu, kenapa kau terlihat mengantuk sekali?" Airin berja
Beberapa bulan telah berlalu. Kini, hidup Arjun maupun Fallen sudah bahagia. Mereka tengah menantikan kehadiran buah hati yang sebentar lagi akan lahir ke dunia ini, hanya tinggal menghitung minggu.Rania dan Airin tinggal di sebelah rumah Arjun. Ya, Arjun membeli rumah untuk nenek dan ibunya tepat di samping rumahnya agar ia mudah jika ingin bertemu dengan mereka. Terlebih lagi, Fallen yang tengah hamil trimester ke-tiga itu tidak bisa terlalu lama melakukan perjalanan.Pagi ini, bertepatan dengan hari libur, mereka tengah bersantai di taman belakang rumah. Ditemani Kate dan Airin. Sedangkan Rania sedang ada acara arisan di rumah temannya."Indah sekali pagi ini, ya, Bu." Arjun menatap langit yang sama sekali tidak ada matahari karena tertutup awan mendung."Indah apanya? Ini sedang mendung," gerutu Kate."Aku berkata pada ibu ku, bukan pada mu." Arjun menatap Kate dengan kesal.
Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang ditunggu oleh seluruh stasiun televisi. Pasalnya, hari ini, jam ini, detik ini tengah diadakan konferensi pers oleh Arjun dan Fallen di sebuah gedung yang merupakan milik Arjun.Para reporter mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka. Dengan jelas, Arjun menceritakan setiap detail kejadian yang mereka alami. Begitu juga dengan Fallen, ia menceritakan bagaimana kejahatan ayahnya terbongkar."Jadi, karena kecelakaan yang disengaja oleh Gunanda, makanya Nona Fallen berhasil mengingat kenangan masa kecil yang menyimpan rahasia besar tersebut?" tanya seorang reporter."Benar, bisa dikatakan, bahwa Gunanda sendirilah yang telah membuat kejahatannya selama ini terbongkar." Arjun menjawab."Tuan, kami dengar, Anda membantu anak dari orang yang dijadikan kambing hitam, setelah ditelusuri, ternyata suami dari wanita itu adalah Tuan Danu, yang mempunyai hutang
Arjun merangkul pundak Fallen, menemaninya berjalan keluar dari lapas tersebut setelah polisi memastikan semua bukti yang ada di kartu memori yang ia bawa adalah asli. Dengan begitu, Gunanda akan segera diproses hukum sebagaimana mestinya.Sepanjang perjalanan Fallen masih saja menangis. Bukan karena kenyataan pahit yang kini ia terima, melainkan karena ia adalah seorang yatim piatu. Tiada ayah dan ibu, hanya sebatang kara di dunia ini."Bahkan dulu aku sangat menyayanginya meski dia sangat membenciku." Fallen menangis tersedu-sedu."Tenangkan dirimu, Sayang." Arjun memeluk Fallen, lalu mengusap rambutnya dengan lembut."Aku bahkan menyesali kenapa ingatanku malah pulih. Lebih baik aku hilang ingatan seumur hidup, daripada mengetahui bahwa kenyataan sepahit ini.""Sayang, dengarkan aku, ini semua adalah takdir. Kau tidak boleh menyesalinya. Bayangkan jika saat ini ingatanmu belum
Flashback On Setelah kecelakaan yang menimpa Arjun, Fallen, serta Kate, satu persatu ingatan Fallen mulai muncul. Semula, ia berpikir bahwa itu adalah mimpi. Namun, lama-kelamaan bayangan itu semakin jelas. Beberapa kali ia mengingat peristiwa kecelakaan yang menimpa dirinya serta ibunya yang ternyata disebabkan mobil yang kehilangan kendali karena dikejar seseorang. Hingga saat ia sudah pulang dari rumah sakit, ia akhirnya mengingat seluruh memori yang selama ini hilang. Dan salah satunya adalah penyebab kecelakaan dan ucapan sang ibu yang selama ini selalu mengisi mimpinya namun hanya sepenggal. Sedangkan kali ini, ucapan ibunya terngiang sangat jelas. Saat Arjun menanyakan perihal sikapnya yang aneh, Fallen belum berani mengatakan perihal ingatannya. Namun, setelah ia mendengar bahwa Gunanda berusaha mencelakai mereka, barulah ia bertekad membuka kedok Gunanda. Pagi ini, setelah Arjun perg
Beberapa hari kemudian.Seorang pebisnis yang bernama Gunanda Permana diamankan pihak kepolisian setelah terbukti melakukan tindakan percobaan pembunuhan terhadap Arjun Wijaya.Begitulah berita yang saat ini tengah menggemparkan dunia bisnis. Ya, Gunanda ditangkap pagi ini setelah Arjun menyerahkan semua bukti atas tindak kriminal yang ia lakukan.Ditemui di kediamannya, Arjun tak banyak bicara saat ia melewati para wartawan yang telah menunggunya di depan gerbang rumahnya.Dengan mobil mewahnya, ia pun melaju ke kantor polisi untuk menemui Gunanda untuk mendapatkan jawaban atas apa yang telah ia perbuat.Sepanjang jalan, Arjun hanya diam. Ia masih memikirkan Fallen yang memang terlihat sangat aneh belakangan ini. Contohnya seperti malam tadi.Flashback OnArjun dan Fallen baru selesai makan malam. Mereka pun duduk di sofa kamar itu.
Hari ini, Kate dan Fallen sudah boleh pulang ke rumah. Dengan dituntun Arjun, Fallen melangkah dengan perlahan menuju pintu utama rumah mereka.Sedangkan Kate dituntun Jim meskipun berkali-kali menolak, bahkan menginjak kaki Jim."Kate, bisakah kau bersikap sedikit lembut pada Jim?" tanya Arjun saat mereka sudah sampai ruang tamu rumah itu."Salah sendiri kenapa tidak menurut. Aku tidak hamil dan aku bukan wanita tua yang harus dituntun," gerutu Kate tanpa memperdulikan keberadaan Jim di samping Arjun."Maafkan kakak ipar, ya, Jim." Fallen menambahkan.Jim hanya mengangguk dan tersenyum. Ia tidak begitu peduli tentang hal yang mereka ucapkan, yang penting sekarang, kakinya seakan mati rasa karena terlalu sakit. Tenaga Kate memang lumayan kuat hingga injakan kakinya membuat Jim kesakitan."Sekarang katakan, apakah pelakunya sudah ditangkap?" tanya Kate pada Ar
Beberapa hari telah berlalu. Keadaan Fallen maupun Kate sudah berangsur membaik. Saat ini, Arjun tengah duduk di depan seorang wanita yang merupakan tersangka atas kasus kecelakaan yang menimpanya beberapa waktu lalu, yaitu Farah, wanita separuh baya yang pernah ia tolong, kedua anaknya pun selalu dijaga dan diberikan santunan setiap bulan.Farah ditetapkan sebagai tersangka setelah liontin miliknya yang berisikan fotonya dan keluarganya ada di sana.Saat kejadian kecelakaan itu pun, Farah tidak berada di rumah. Dan ketika ia berdalih, ia tidak punya alibi karena ia keluar tanpa bertemu dengan seseorang yang bisa menguatkan alibinya."Farah, apa salahku padamu? Setelah apa yang aku lakukan untukmu, kau malah mencoba membunuh keluarga ku." Arjun menatap Farah dengan tatapan penuh kekecewaan."Aku bersumpah, Arjun. Aku tidak mencelakai keluarga mu! Ku mohon, percayalah padaku!" Farah memohon sembari me