Pov Adit"Ya, Ampun, bagaimana ini, Bu?" kataku tak kalah terkejutnya. Kabar ini membuat kepalaku jadi keliyengan.Bagaimana nggak keliyengan, sudah banyak dana yang telah kami digelontorkan untuk merawat tembakau ini. Kalau beneran sampai gagal panen, sudah dipastikan uang kami benar-benar menipis.Apalagi rencananya hasil dari menanam tembakau ini, akan kami gunakan untuk tambahan biaya pernikahaanku dengan Zaskia. Karena ibu sudah berencana membuatkanku pesta pernikahan yang sangat megah.Coba saja kalau kemarin adikku tidak minta uang ke padaku. Sudah dipastikan aku nggak akan pusing seperti ini.Sebenarnya aku kemarin sudah berat untuk memberikan uang ke pada mereka, karena baru dua hari sebelumnya mereka juga sudah minta uang sama aku. Yang buat jalan-jalan lah yang buat ini lah. Dan menurutku uang yang aku berikan itu tidak digunakan untuk keperluan yang penting.Ya begitulah kalau sudah menyangkut adikku, seperti makan buah simalakama. Kalau dikasih, uangku terkuras abis, tapi
Pov AditSetelah kejadian itu, aku jadi malas memberikan uang gajiku kepada Rina. Karena selama ini akulah yang mencukupi semua kebutuhan keluargaku, dari ibu dan kedua adikku semua adalah tanggung jawabku.Setelah aku pikir-pikir benar kata ibu setelah menikah aku jadi suka disetir oleh istriku sendiri. Jadi kurang memperhatikan keluargaku yang sesungguhnya.Makanya sejak menikah dengan Rina, ibu sangat tidak setuju kalau uang yang selama ini aku hasilkan dikelola oleh dia.Selain karena dia anak mantu dia juga tidak akan memikirkan keperluan keluargaku dengan detail. Ditambah ibu juga lebih pengalaman darinya.**"Sudahlah, kamu nggak usah terlalu pusing memikirkan tembakau itu. Nanti biar ibu yang akan mengurusnya. Kamu fokus saja bagaimana menjalin hubungan dengan Zaskia. Jangan sampai kamu gagal nikah dengan dia loh, Dit. Dia itu anak orang kaya. Setara dengan kita, beruntung kamu mendapatkan Zaskia." Aku hanya menganggukkan kepalaku mendengarkan perkataan ibu."Yang jelas kali in
Pov AditIbu langsung mematung setelah mendengar pekikanku. Seketika suasana rumah langsung hening."Apa-apaan sih Ibu ini?! Jika Ibu memang tidak suka dengan Rina nggak perlu bawa-bawa nama Romi segala. Romi itu darah dagingku, Bu!" Kali ini perkataan beliau membuatku emosi.Meski aku sudah ingin berpisah dengan Rina, tapi entah kenapa hatiku terasa seperti tak rela jika ibu dari anakku dijelek-jelekkan di hadapanku sendiri. Apalagi menyangkutkan nama Romi di dalamnya. Mau bagaimanapun, akulah ayah biologisnya. Yang aku takutkan adalah jika pembicaraan ini sampai didengar oleh orang lain dan mereka sampai menyebarkan ke pada semua orang bisa dipastikan mereka bakal melabeli Romi sebagai anak haram, dan aku akan benar-benar murka jika hal itu sampai terjadi."Kenapa, Dit? Kamu masih mau membela Rina, ha? Jelas-jelas dia pernah selingkuh. Masih saja kamu menutupinya?""Tidak, Bu. Rina bukan wanita yang seperti itu. Memangnya Ibu ada buktinya?" kataku dengan penuh penekanan.Meski ini ha
Pov AditTanpa komando badanku terhenyak seketika lalu aku berkata, "Apa-apaan sih Ibu ini? Ini punya Romi, Bu!" Tak sadar aku setengah membentak beliau."Kamu sudah berani membentak ibu, ha?!" Ibu membalas bentakanku. Namun bentakan beliau tidak aku tanggapi. Dengan segera aku memunguti mainan dan beberapa lembar baju yang berserakan di lantai."Kalau kamu terus saja mikirin Romi ataupun Rina, lebih baik kamu pergi saja dari rumah ini! Lebih baik ibu tidak mempunyai anak lelaki sekalipun. Punya anak laki-laki seperti kamu bikin aku sakit hati. Ibu sudah ikhlas melepas kamu."Perkataan macam apalagi ini yang keluar dari mulut wanita yang melahirkan aku ini, hingga membuatku langsung menghentikan kegiatanku."Bu, jangan, bicara seperti itu dong, Bu!" kataku masih dalam emosiku."Adit! Kamu sudah berani bentak ibu?! Kamu adalah anak durhaka! Pergi dari sini!" kata ibu sambil melotot ke arahku.Seketika membuatku langsung tersadar. "Ibu, maafin Adit. Adit sudah khilaf. Jangan, usir Adit d
Pov Adit"Apa aku bisa pegang kata-kata kamu, Adit?""Bisa, Bu, percayalah dengan Adit. Adit janji tidak akan mengecewakan Ibu.""Kamu berani bersumpah atas apa yang kamu katakan ini?!" tanya beliau lagi.Aku langsung terdiam mendengar perkataan ibuku."Kenapa kamu, diam? Aku yakin kamu nggak bakalan bisa bersumpah ya, kan? Baiklah, kalau itu maumu."Sambil tersedu-sedu ibu berbicara. Kini racun yang beliau pegang sudah siap masuk ke dalam kerongkongan.Brak! Dengan cepat aku pun menghempaskan racun itu hingga bercecer di lantai."Ibu jangan begitu, Bu. Ibu jangan lakukan itu kepada Adit. Adit sangat sayang sama Ibu."Ku peluk dengan erat tubuh wanita yang telah melahirkan dan merawatku sejak kecil. Di usianya yang sudah tidak muda lagi kini terlihat jelas badannya mulai terlihat mengeriput."Adit bersumpah akan selalu menurut perkataan Ibu.""Baiklah kalau kamu sayang sama ibu, lakukan apa yang ibu minta. Bakar semua mainan Romi dan baju-bajunya yang masih tersisa di sini termasuk b
Setelah semuanya masuk ke dalam tas, aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Aku mencari tempat yang aman agar ibu tidak akan bisa menemukannya."Ah lega."Meskipun belum semuanya setidaknya sebagian besar sudah aku amankan. Nanti kalau situasinya mendukung akan aku lakukan lagi.Setelah selesai aku kembali ke dalam rumah. Kelihatannya ibu benar-benar sedang bahagia. Beberapa kali terdengar suara ibu tertawa lepas."Baik, Bu besan. Pokoknya nanti pernikahan Adit dan Zaskia bakalan megah. Serahkan semuanya ke pada kami. Kami tidak akan mengecewakan Ibu besan," kata beliau dalam telepon."Siap Bu Besan. Iya, Bu. Semua pasti beres tenang saja pokoknya.""Ibu tahu sendirilah ya, kita ini selevel. Bisa dipastikan selera kita pasti sama."Beberapa kali ibu tertawa kembali. Memang beliau ini benar-benar bahagia sekali dengan pernikahanku yang ke dua ini. Berbeda sekali dengan pernikahanku dengan Rina dulu.Teringat sangat saat aku meminta pendapat ibu mengenai baju seragam dan dekorasi manten dulu
Pov Adit"Nah, pintar kamu, Dit. Itulah yang ibu harapkan dari kamu, selalu nurut apa yang diperintahkan oleh ibu."Aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa mengucapkan sepatah kata pun ke pada beliau."Barang-barang milik Romi yang ada di dalam kamar kamu, apakah sudah kamu bakar sekalian?""Mm ... su-sudah, Bu.""Kamu yakin?""Ya-yakin, Bu, kenapa harus nggak yakin?" jawabku tergagap."Pintar ...." puji ibu sambil mengelus pundakku. Kemudian beliau pergi meninggalkanku yang masih menunggu api di halaman takut merembet ke arah lain."Ibu mau ke mana?!" tanyaku karena ku perhatikan ibu berjalan mengarah ke arah kamarku."Aku mau periksa apakah kamu benar-benar sudah membakar semua barang milik Romi, atau belum," kata beliau sambil terus berjalan meninggalkanku."Sudahlah, Bu, yakinlah sama Adit. Mana mungkin Adit bohong sama ibu." Tak sedikitpun ibu menoleh ke arahku."Bu!" teriakku lagi. Dengan cepat aku pun langsung menyusul beliau."Kenapa, kamu bohong ya?""Siapa yang bohong, Bu? Adi
Pov Adit"Oh, buat fitting baju Zaskia. Iya-iya baiklah, Bu Besan.""Oh ya yang bagus sekalian dong, Bu. Biar Zaskia terlihat sangat cantik. Zaskia kalau dandan pasti wajahnya bakalan cantik mirip artis tipi itu siapa ya namanya Amanda Manopo. Zaskia saja kalau nggak dandan sudah kelihatan cantik apalagi dandan," kata ibu sambil terkekeh. Beliau sekarang sudah ada di dekataku."Oh, baiklah kalau begitu akan saya tambah lima juta lagi ya, Bu. Yang penting baju yang dipakai Zaskia baju yang paling bagus dan terlihat mewah, Bu. Aku kepingin menantu jadi semakin cantik biar Adit semakin jatuh cinta sama dia.""Tunggu ya, Bu, setelah ini akan saya kirim ke sana uangnya.""Loh, sekarang ibu dan keluarga tidak ada di rumah. Baiklah biar nanti saya akan minta tolong Adit bawa saya ke bank saja kalau begitu.""Iya, Bu Besan, tidak masalah. Hati-hati diperjalanan ya, Bu. Jangan lupa nomor rekeningnya dikirimkan ke saya biar segera saya proses.""Baik, Bu, salam untuk semuanya."Tebakanku tadi te