Di kedai bakso, tempat mangkal anak-anak MA Al Fatma, “Jadi kau mau mau mondok sambil kuliah? Apa Ummi Aruni tak tahu dampak buruk dari berlebihan belajar selain vertigo dan kejang-kejang?” Neng Mas berbicara dengan sangat serius dan penuh percaya diri. Seolah ia seorang profesor yang serba tahu. Ia mengusap dagunya dan terlihat mengerutkan keningnya, berpikir keras tentang masalah yang menimpa sahabatnya. Kemudian wanita bertubuh berisi tersebut menggerakan bibirnya, kembali menyuarakan pendapatnya, “Aku bisa membayangkan, pagi sampai sore kuliah. Sepulang kuliah langsung pulang ke pesantren. Istirahat sejenak, ishoma lanjut mengaji sampai malam. Minimal mengaji sampai jam sepuluh malam, kadang ada jadwal mengaji sampai jam kunti. Insyaallah keluar dari pondok dan lulus fakultas kedokteran kau akan dilarikan ke rumah sakit jiwa Kesehatan Umat Manusia. Kau bukan menyandang dokter tetapi menjadi orang yang ditangani dokter.” Neng Mas mengomentari ide Aruni yang menginginkan Salwa
Tak terasa hari demi hari terlewati, hari yang dinanti tiba. Hari di mana Salwa Salsabila akan melepas statusnya sebagai pelajar SMA. Esok hari ia akan mengikuti kegiatan wisuda kelulusan yang akan diselenggarakan MA Al Fatma di gedung balai kota sebab aula sekolah takkan muat menampung para siswa termasuk keluarga mereka yang ingin menghadiri acara penting tersebut.Di kamar bernuansa pastel, Salwa tengah duduk di tepi ranjang sedang merapikan beberapa barang untuk acara besok.Di ambang pintu, Aruni menatap anak gadisnya dengan tatapan sendu dan haru. Kemarin Nuha sudah diperistri oleh seorang pria. Ia sudah tak tinggal di rumah lagi karena sudah berumah tangga.Kini, anak gadisnya yang lain, sebentar lagi akan memasuki dunia baru. Sebagai anak mahasiswa. Ia bukan lagi anak remaja yang manja namun seorang anak gadis yang harus mulai hidup mandiri. Ia akan meninggalkan rumah dan mengenyam pendidikan di universitas dan tinggal di pondok pesantren sesuai rencananya.Terasa berat bagi
Darren tengah menyesap secangkir kopi espresso di atas kursi ergonomis di ruangan kantornya untuk menenangkan suasana hatinya. Ia terlihat gelisah karena pekerjaannya masih menumpuk. Sementara itu pikirannya sudah berkelana ke sana kemari karena memikirkan istri tercinta. Ia baru ingat jika hari itu istrinya akan menghadiri acara Graduation Day, perayaan momen kelulusan adik iparnya.Ia bukan mengkhawatirkan soal kepergian istrinya sebab seorang pengawal terus mendampinginya. Saudara kembar Riko, Rakha.Ia khawatir disebabkan oleh alasan lainnya yaitu soal ketakutan istrinya bertemu dengan mantan calon suaminya duluSepengetahuannya, Maesarah Basri ialah salah satu ustazah atau guru yang mengajar di sekolah adik iparnya. Dan, Maesarah Basri ialah istrinya calon mantan suami istrinya sehingga otomatis kemungkinan di sana akan ada Muhammad Attar.Mengingat semua itu, Darren butuh aspirin sebab kepalanya tiba-tiba sakit.Sementara itu hari yang sama ia harus menandatangani berkas-berka
Setelah acara gladi resik berlangsung, tak berselang satu menit acara prosesi pelepasan para murid pun berlangsung. Pembukaan acara dimulai dari penampilan nasyid, murotal alquran hingga sambutan dari pihak civitas akademika. Kemudian dilanjutkan acara inti prosesi Wisuda hingga diakhiri penampilan-penampilan para murid yang unjuk gigi, sebagai hiburan melalui bidang seni dan bela diri. Acara pun selesai pada waktunya. Para orang tua yang hadir dalam acara graduation day para murid kelas dua belas ikut terharu melihat anak-anak mereka mengikuti prosesi momen penting tersebut. Usai acara dilanjutkàn pengambilan dokumentasi foto. Di sana telah disediakan fotografer khusus untuk mengabadikan momen penting tersebut. Ada juga yang membawa kameramen pribadi, menggunakan smartphone masing-masing sehingga memilih studio foto profesional yang terletak tak jauh dari area gedung. Salwa merasa lega telah melewati acara tersebut, akhirnya ia bisa melepas atribut wisuda yang merepotkan termasuk
“Tentu saja kau bahagia. Maaf aku menanyakan pertanyaan retorik. Kau sudah bahagia menjadi istri dan juga ibu tiga orang anak.” Muhammad Attar meralat perkataannya. Ia melambaikan tangannya memanggil putra semata wayangnya. “Yusuf, ayo, Nak! Ummi kasihan mencarimu,” seru Attar lagi. Sementara itu Yusuf terlihat mencebik karena harus berpisah dengan Farrah. “Tak mau Abi! Aku masih mau main sama Farrah.” Yusuf menggeleng ribut. “Ayo Sayang! Lain kali mainnya.” Attar membujuk putranya. “Gak mau!” Kembali Yusuf merajuk. “Ayah! Ayah Darren!” pekik Farrah ketika melihat Darren berjalan ke arahnya melewati Attar. Attar spontan menoleh pada Darren dengan sedikit terkesiap. Khawatir perkataannya barusan terdengar olehnya. “Yusuf, dia Ayahku! Handsome bukan?” cicit Farah langsung merentangkan ke dua tangannya ingin digendong ayahnya. “Sweety, kau sedang bermain dengan siapa?” tanya Darren menatap wajah cantik putri kesayangannya. Farrah menghujani wajah ayahnya dengan ciuman penuh k
“Maaf, Bu Ustazah Linda, saya tak ingin berduet dengan Salwa. Soalnya takut Neng Mas marah.”Acep mendekati Linda dan berbicara serius padanya.“Kenapa marah?” Linda memandangi wajah muridnya dengan serius.“Bu, Neng Mas itu calon jodoh masa depan Acep. Doain ya biar Acep cepat kerja dan dapat restu dari Mandor Soleh,”Linda menahan tawa. Setahu dirinya, Neng Mas terlihat memandang Acep seperti memandang sesuatu yang paling dibencinya.“Iya, Ibu doain! Kau kuliah yang benar baru kerja. Setelah itu baru kau lamar si Neng!”Ustazah Linda menepuk-nepuk pundak Acep. Mata Acep langsung berkaca-kaca, mendapat dukungan moril pertama kali dirinya dalam meraih cinta Neng Mas.Acep menyerahkan mikrofon pada Salwa. Salwa pun menaiki panggung minimalis tersebut dengan perasaan riang gembira. Pada dasarnya ia memang suka bernyanyi.“Bang, lagunya yang viral itu loh! Yang menyedihkan!” seru Salwa pada pemain instrumen musik di belakangnya.Kemudian intro musik mulai mengalun. Dawai gitar mulai dip
“Hei, kok kelihatan bete?” tanya Raja melihat Daniel yang duduk dengan menggenggam gelas berisi soda di tangan kanannya.Daniel menghela nafas panjang.“Tadi gadis yang suaranya bagus itu cewek lo?”Raja tak berhenti mengoceh, penasaran melihat mimik wajah rekan kerjanya yang awalnya ceria dan bersemangat, kini setelah kepergian gadis itu terlihat semacam anak kecil yang ditinggalkan oleh ke dua orang tuanya.Daniel meneguk soda dingin perlahan untuk menghilangkan rasa haus pada tenggorokannya. Lebih tepatnya menenangkan diri.Biasanya ia memilih minuman beralkohol, minimal bir dalam kemasan kaleng untuk memperbaiki suasana hatinya yang buruk. Namun semenjak mengenal gadis itu perlahan ia mulai meninggalkan minuman haram tersebut.“Dia bukan cewekku!” sahut Daniel kemudian menaruh gelas kosong di atas meja, memandang Raja dengan serius.Raja sontak menaikkan alisnya sebelah, berupaya membaca isi kepala temannya tersebut.“Dia calon istriku!” ucap Daniel dengan tegas.“Wow! It’s amazin
Setelah menyelesaikan urusan administrasi, Aruni pergi kembali menemui Salwa karena sebentar lagi seorang musyrifah akan mengantar mereka menuju asrama perempuan. (Musyrifah; pengurus asrama pondok perempuan)Ketika Aruni menemui Salwa, terlihat di sana ada Zahra dan Ilham. Aruni pun menyapa mereka. Ilham kemudian memperkenalkan Zahra pada Aruni yang baru pertama kali bertatap muka dengannya.“Ummi Aruni ini Zahra adik saya. Dia baru masuk madrasah aliyah sambil mondok di sini juga.” Ilham memperkenalkan adik perempuannya.“Nak Zahra cantik mirip sekali Ummi nya. Di mana sekarang Ummi dan Abi mu?” tanya Aruni yang mendapat tatapan tajam dari putrinya yang enggan mondok di pesantren.Namun Aruni berteguh keyakinan, ia mengabaikan sikap apapun putrinya tersebut. Ia tahu dan sepenuhnya sadar jika putrinya memang agak bandel dan sukar diatur sehingga jalan satu-satunya ialah putrinya harus didisiplinkan melalui pendidikan agama di pesantren.Kehilangan sang ayah membuatnya kehilangan figu