“Kenapa lo cengengesan Zen?” Lisa menyenggol lengan mantan kekasihnya yang seorang mahasiswa. Mereka tengah berdiri dekat taman sembari menyesap rokok. Meskipun Lisa menimba ilmu di sekolah madrasah aliyah, namun ia seorang anak yang pembangkang dan kritis mirip Salwa Salsabila. Ia selalu ingin tahu dunia luar termasuk pergaulannya. Mungkin kenakalannya lebih daripada Salwa, ia berpacaran dan merokok tanpa sepengetahuan ke dua orang tuanya. “Serius lo masih inget first kiss sama gue? Hem, I am good kisser,” Zen mengerlingkan matanya pada Lisa. Ia tersenyum jumawa. “Gue inget lah, kan lo nyuri ciuman pertama gue! Nyosor kayak bebek! Sialan!” sahut Lisa dengan mendelik tajam. Ia menginjak sepatu Zen hingga sang empunya meringis. “Lo ngambek makin cantik aja, Lisa!” pujinya dengan mengedipkan sebelah matanya. “Lo kalo muji pasti ada maunya. Emang dasar playboy lo!” Lisa membuang puntung rokok kemudian mengusaknya dengan sepatu sneaker miliknya. “Biarin lo ngatain gue playboy. E
Neng Mas merasa letih setelah mencari Salwa di berbagai sudut cafe termasuk setiap ruangannya. Hasilnya nihil. Salwa tak bisa ditemukan.Sang empunya acara pun, Widia sudah pulang bersama ibunya. Mereka mengira jika Salwa hanya berada di toilet. Namun Cafe masih ramai karena tentu saja ada para karyawan yang mengelolanya dan pengunjung silih berganti berdatangan.Neng Mas tak menyerah, terus mencari informasi keberadaan Salwa pada setiap orang yang ia lihat, dari mulai memperlihatkan fotonya hingga menjelaskan ciri-ciri fisiknya.Ia memutuskan untuk duduk sejenak istirahat dan meminum air putih. Namun semangat untuk mencari Salwa kembali bangkit berkali-kali lipat ketika ia mengingat satu nama yang tak lain Aruni. Bisa-bisanya Aruni menghabisinya jika ia pulang tanpa membawa Salwa.Ia langsung berdiri dan beranjak kendati nafasnya ikut memburu. Segala kekhawatiran tentang menghilang sahabatnya muncul secara nyata. Mungkin Salwa diculik oleh mafia human trafficking dengan dibius. Ya,
Ragu-ragu, Daniel membuka mulut gadis itu untuk kemudian ia beri nafas buatan lewat mulutnya. Satu-satunya cara pertolongan pertama sebelum dilarikan ke rumah sakit.Tak berselang lama Salwa bangun dan nafasnya mulai teratur. Ia mulai membelalakan mata dengan meringis. Tubuhnya terlihat sangat lemah.“Kau selalu saja membuatku panik!” omel Daniel menatap gadis itu yang terlihat sendu dan bermata sembab.Tanpa sadar karena saking bahagia melihat kondisi Salwa, Daniel mendekapnya erat dengan air mata yang berlinang. Ia mengecup pucuk kepalanya.Salwa yang tak berdaya hanya pasrah ketika Daniel membopong tubuh ringkihnya dan membawanya masuk ke dalam mobil yang sudah dibawa oleh Pak Li.Pak Li membukakan pintu jok ke dua di belakang dan mengatur memory seat, agar bisa rebahan. Salwa diletakan di sana dengan dialasi bantal di bagian bawah kepalanya. Daniel berada di sisinya, duduk bersebelahan mendampinginya. Ia sudah seperti suami yang siap siaga.“Kenapa Non Salwa?” tanya Pak Li panik n
Malam itu, semenjak kepergian Salwa, perasaan Aruni sebagai seorang ibu gundah gulana. Ia terus menerus kepikiran putrinya tersebut dengan tanpa alasan. Piring porselen yang dibawanya tiba-tiba jatuh sehingga menyebabkannya pecah menjadi beberapa potongan dan pecahan kecil. Pun, ketika ia tengah menguliti kulit buah mangga untuk menghidangkannya saat makan malam dirinya bersama Rasyid tiba-tiba saja pisau buah tersebut menyabet ujung jarinya hingga bersimbah darah. Ini tidak benar, kilahnya. Pasti terjadi sesuatu pada putrinya yang saat ini tengah berada di luar jangkauannya. Melihat sang ibu setengah melamun di bibir pintu penghubung dapur, Rasyid memanggil ibunya. “Ummi, ada apa?” tanya Rasyid penasaran dengan apa yang ia lihat. Ibunya melamun seperti tengah memiliki masalah yang berat. Sepengetahuannya, tipikal Aruni ketika punya masalah selalu memendamnya sendiri. Bahkan ia mampu menyimpannya rapat-rapat. Sendiri. “Ah, Rasyid, apa?” Kurang fokus, Aruni balik bertanya pada put
Beberapa hari yang lalu, di depan gerbang sekolah MA Al Fatma, beberapa murid hilir mudik keluar masuk area sekolah karena hari itu kegiatan belajar-mengajar tidaklah efektif. Jam kosong usai diselenggarakannya assessment nasional digunakan dengan pertandingan olahraga antar kelas. Oleh karena itu suasana sekolah senantiasa riuh ramai dan tak pernah sepi.Seorang wanita dalam balutan kasual mengenakan kerudung yang asal, serupa selendang terlihat memasuki area sekolah mengikuti gerak beberapa murid kelas dua belas.Siapapun tidak akan menyangka jika wanita muda yang masuk ialah wanita asing sebab pada saat yang sama ada beberapa alumnus sekolah tersebut yang datang berkunjung mengenakan pakaian bebas.Ia memakai kaca mata hitam dan masker sehingga wajahnya tak kelihatan. Tempat yang ia tuju ialah kantin sekolah. Ia akan menggali informasi tentang seorang gadis yang menimba ilmu di sana.Biasanya kantin ramai dan acapkali dijadikan tempat para murid berkumpul dan mengobrol sehingga ia
Daniel mendengus kasar ketika mendengar kabar dari security bahwa Violeta sedang pergi keluar kota bersama ibunya. Namun security tersebut sama sekali tidak memberitahu kemana tujuan kepergian mereka.Sebuah pesan notifikasi dari Salwa Salsabila meredam kekesalan dan amarahnya. Ia begitu senang ketika melihat isi pesan gadis itu yang ingin bertemu dengannya. Tanpa mengambil tempo, Daniel langsung membalas pesannya dan menjawab bersedia datang menemuinya.Namun seketika Daniel baru teringat jika hari itu hari minggu di mana ia harus pergi menemani ibunya seperti biasa ke tempat arisan sosialitanya. “Oh, Damn! Aku bahkan lupa jika hari ini hari minggu. Mommy pasti menunggu.”Ia berpikir sejenak, apakah ia akan mengantar ibunya ke tempat arisan atau menemui gadis pemilik hatinya. Lalu ia pun memutuskan menelepon ibunya dan membatalkan untuk ikut dengannya dengan alasan mau bertemu dengan kawannya mumpung ia berada di Indo. Padahal ia ingin bertemu dengan gadis bertahi lalat sebelum ia k
Pagi itu, gadis petakilan yang tak bisa diam seperti biasa dengan semangat Cut Nyak Dien merapikan kamarnya. Ia berniat akan menata ulang kamarnya agar terlihat lebih berbeda dan indah.It’s starting point!Hari yang baru, sebagai calon mahasiswi kedokteran yang masih sedang merasakan kegamangan mau kuliah di mana.Sembari menunggu tes pada bulan depan, ia mengisi waktu senggangnya dengan banyak melakukan aktifitas positif selain belajar; beres-beres kamar termasuk rumah, berlatih silat, membantu sang ibu mengurus kebun dan kegiatan bakti sosial.Setelah diterima langsung melalui jalur prestasi pada fakultas kedokteran salah satu universitas negeri di Jogja, Aruni justru menyuruh Salwa untuk tidak mengambilnya setelah banyak pertimbangan.Setelah berbagai kejadian atau peristiwa yang dialami putri ke duanya, level kecemasan Aruni semakin berlipat. Ia meminta Salwa mengikuti tes di universitas negeri ataupun swasta yang berada di lokasi antara Bogor dan Jakarta. Ia tak ingin berjauhan
Seorang gadis berjalan dengan terhuyung-huyung dan meringis kesakitan melewati lorong kampus yang sepi. Mendapat serangan yang tiba-tiba, ia tak kuasa melakukan self-defense atau upaya melindungi diri dari serangan seseorang hingga membuat tubuhnya tersakiti. Bagian lengannya terasa sangat sakit sebab terkena tendangan T dari jurus silat seorang gadis yang menjadi rivalnya dalam memperebutkan hati pemuda tampan, Daniel Dash. Sebelah telapak tangan kanannya menggapai-gapai dinding untuk menopang tubuhnya yang terasa lesu akibat tendangan mematikan dan menyakitkan yang baru saja ia alami. Ia mengira jika gadis muda itu akan bersikap seperti kakaknya yang alim dan tenang. Tak menaruh dendam. Namun di luar dugaan ‘BMKG’, sikap gadis itu bertolak belakang dengan kakaknya. Tak ada lembut-lembutnya dan bar-bar. Pantas saja ia disanjung dan dielu-elukan satu sekolah, sebab ia seorang ahli bela diri dan berkarakter keras. Wanita dengan tatanan rambut ekor kuda itu tidak masuk kelas, ia m