Gedung sekolah MA Al FATMA,“Hai, akhirnya si pendekar silat masuk sekolah lagi! Ya elah, mentang-mentang kakak iparnya bule, sekarang jalan-jalan nya ke luar negeri! Spec nya udah ganti! Mirip selebgram dan artis!Hei, aku lagi di Belanda nih, Gengs! Aku ke sini cuma pengen makan keju langsung dari peternakan!Hem, aku lagi di Turki nih Genks! Pengen makan kebab.”Neng Mas menggoda Salwa yang terlihat kecut masuk sekolah tak seperti biasanya. Wajahnya terlihat ditekuk macam dimarahi habis-habisan oleh Ummi Aruni.Salwa hanya bergeming dan asik dengan pikirannya yang rumit mirip benang kusut. Berdiri disamping meja kantin, dengan tatapan menyedihkan sedangkan tangannya mengetuk-ketuk meja tak karuan.“Padahal dulu biasanya jalan-jalan paling ke alun-alun beli rambut nenek sama gulali. Atau ke dangau makan nasi liwet dan ikan asin.”Neng Mas terus beleter, menggoda sahabatnya. Ia menyambut kedatangan Salwa dengan perasaan membuncah setelah hampir seminggu anak itu tidak masuk sekolah.
“I want you,” bisik Violeta dengan suara sensual dan tangan lentiknya membelai pipi Daniel Dash. Gadis itu sudah menanggalkan urat malu bahkan pakaiannya demi menggoda sang pemuda yang kini sudah menjadi obsesinya. Jika dulu mendapat perlakuan manis dari wanita cantik nan sexi, mantan cassanova sekaligus mantan idola kampus berwajah bule tersebut akan langsung luluh, mendapat sentuhan para wanita. Karena itu kelemahannya. Namun saat ini, jangankan merasa tergoda mendapat sentuhan yang membuat sekujur bulu romanya merinding bagaikan jarum, kebalikannya, perasaannya justru merasa bersalah. Semua serba terbalik. Pikirannya bukan lagi disibukan oleh fantasi liar, adegan ranjang dengan gadis berparas cantik nan molek di hadapannya. Namun pikirannya disibukan oleh gadis berhijab yang sukses mengobrak-abrik perasaannya. Rasa bersalah karena berdua dengan gadis itu meski tak sengaja. Gadis itu mengekori langkah kakinya ketika ia masuk kamar secara diam-diam. “Violeta, keluar sekarang!” ti
Bab 50 Diam-diam perhatianDi atas bumi ini ku berpijakPada jiwa yang tenang di harikuTak pernah ada duka yang terlintasKu bahagiaIngin ku lukis semua hidup iniDengan cinta dan cita yang terindahMasa muda yang tak pernah kan mendung Ku bahagiaDi balik lantunan lagu romantis yang disenandungkan oleh Bunda Melly, semua anak murid yang tengah melakukan class meeting dengan diisi acara pertandingan olahraga tiba-tiba berhenti bergerak. Slow motion mendadak.Musababnya ialah musik pop yang tak biasa mereka dengar muncul memenuhi sound system di lapangan. Syak wasangka mencuat. Mereka mengenal dengan sangat baik siapa penggemar atau penggila lagu tersebut. Wanita paruh baya cantik tapi berwajah ketus dan sialnya seorang guru BK.Bulu roma mereka merinding ketika otak mereka berhenti berpikir dan teringat satu nama. Wali kelas Linda ialah pelakunya. Dengan memutar lagu kesayangannya berarti Linda sedang dalam kondisi buruk emosinya. Ia pasti tengah menghukum murid yang bandel dan mel
Seorang pemuda sudah siap berdandan rapi. Outfit yang ia kenakan kali ini terlihat santai, sopan dan jauh dari kesan urakan.Ia mengenakan setelan kemeja berwarna putih dan celana berbahan denim berwarna dark blue. Tak lupa rambutnya ia sisir dengan rapi kemudian ia ikat dengan karet karena rambutnya mulai memanjang. Sepasang sepatu sneaker ia pakai untuk melengkapi penampilannya hari itu.Sebuah parfum beraroma amberwood ia semprot ke tubuhnya hingga harumnya yang memabukkan seperti feromon menguar beberapa meter tertinggal ketika ia lewat.“Mas Daniel, yuk!” ucap Riko di bibir pintu flat, penampilannya juga terlihat rapi seperti majikannya.“Mana kunci mobil?” tanya Daniel mengedarkan pandangannya ke meja ruang tamu.“Mas Daniel ini kuncinya!”Riko mengangkat kerincing kunci ke hadapan tuan mudanya. Daniel menyambar kunci tersebut lantas berlari kecil keluar melewati anak tangga di depan pintu.“Aku akan menyetir. Jika aku lelah, gantian,” ucap Daniel berjalan dengan begitu bersem
“Salwa, aku tak yakin Ummi ngijinin. Soalnya acaranya malam.”Tiba-tiba Neng Mas berkomentar setelah sebelumnya ia menyetujui untuk pergi merayakan pesta acara kelulusan yang diadakan oleh salah satu teman sekelas mereka.Ia merasa gamang jika sahabatnya itu mendapat ijin dari ibunya. Aruni sangat ketat dan tak mudah mengiyakan permintaan anak-anaknya meski kadangkala anak-anaknya juga tak kalah menyerah.“Hem, betul juga. Tapi, tenang semua bisa diatur kok.”Salwa tetap bersikukuh. “Kalau cafe punya Widia ‘kan dekat rumah Teh Nuha. Pasti diijinin.”“Oke, kalau begitu,” sahut Neng Mas antusias.“Acara utama, makan-makan di sana bebas sebagai pesta kelulusan. Hiburan diisi nyanyian. Tiup lilin. Penyerahan kado buat si Widia. bintang tamunya loh, penyanyi cowok yang lagi viral. Adiguna Jen.”Acep membacakan isi undangan virtual dari Widia. “Satu lagi, dresscode baju seragam sekolah kita.”“Serius? Ada Adiguna Jen?” tanya Salwa tak percaya dengan apa yang ia dengar.“What? Pake baju sera
“Mas tidak pulang ke rumah?” tanya Riko sembari menyeret koper milik Daniel.Daniel menoleh dan tersenyum tipis, tak biasanya.“Aku tak sabar bertemu Raja. Aku akan melihat perkembangan cafe. Setelah kejadian perampokan itu, aku hanya sekali mengecek keadaan cafe. Tapi, kami selalu komunikasi. Raja orangnya amanat dan jujur. Di tangannya, cafe berjalan lagi. Setelah lihat cafe baru pulang ke rumah,” jawab Daniel dengan antusias.“Mas, gak pengen ketemu si anu loh,” goda Riko sembari berdehem.“Hem, aku tak sanggup kalau bertemu sebentar lalu harus berpisah. Aku pengen cepet …”“Cepet, apa Mas? Halalin!”“Kau kepo Riko, lama kelamaan,”Daniel berjalan lebih dulu menuju taxi yang dipesannya. Dari bandara Soetta mereka menaiki taxi online dan melesat berangkat menuju cafe miliknya yang dikelola oleh Raja. Cafe tersebut berada di Jakarta Pusat.“Sudah lama Bro?”Daniel dan Raja saling bersalaman dan berpelukan ketika mereka tiba.“Maaf Ja, kau jadi bolak-balik cafe.”“It’s okay, Bro! Aku
“Kenapa lo cengengesan Zen?” Lisa menyenggol lengan mantan kekasihnya yang seorang mahasiswa. Mereka tengah berdiri dekat taman sembari menyesap rokok. Meskipun Lisa menimba ilmu di sekolah madrasah aliyah, namun ia seorang anak yang pembangkang dan kritis mirip Salwa Salsabila. Ia selalu ingin tahu dunia luar termasuk pergaulannya. Mungkin kenakalannya lebih daripada Salwa, ia berpacaran dan merokok tanpa sepengetahuan ke dua orang tuanya. “Serius lo masih inget first kiss sama gue? Hem, I am good kisser,” Zen mengerlingkan matanya pada Lisa. Ia tersenyum jumawa. “Gue inget lah, kan lo nyuri ciuman pertama gue! Nyosor kayak bebek! Sialan!” sahut Lisa dengan mendelik tajam. Ia menginjak sepatu Zen hingga sang empunya meringis. “Lo ngambek makin cantik aja, Lisa!” pujinya dengan mengedipkan sebelah matanya. “Lo kalo muji pasti ada maunya. Emang dasar playboy lo!” Lisa membuang puntung rokok kemudian mengusaknya dengan sepatu sneaker miliknya. “Biarin lo ngatain gue playboy. E
Neng Mas merasa letih setelah mencari Salwa di berbagai sudut cafe termasuk setiap ruangannya. Hasilnya nihil. Salwa tak bisa ditemukan.Sang empunya acara pun, Widia sudah pulang bersama ibunya. Mereka mengira jika Salwa hanya berada di toilet. Namun Cafe masih ramai karena tentu saja ada para karyawan yang mengelolanya dan pengunjung silih berganti berdatangan.Neng Mas tak menyerah, terus mencari informasi keberadaan Salwa pada setiap orang yang ia lihat, dari mulai memperlihatkan fotonya hingga menjelaskan ciri-ciri fisiknya.Ia memutuskan untuk duduk sejenak istirahat dan meminum air putih. Namun semangat untuk mencari Salwa kembali bangkit berkali-kali lipat ketika ia mengingat satu nama yang tak lain Aruni. Bisa-bisanya Aruni menghabisinya jika ia pulang tanpa membawa Salwa.Ia langsung berdiri dan beranjak kendati nafasnya ikut memburu. Segala kekhawatiran tentang menghilang sahabatnya muncul secara nyata. Mungkin Salwa diculik oleh mafia human trafficking dengan dibius. Ya,